Pelaku bom bunuh diri beraksi ditengah prosesi pemakaman, 12 tewas
A
A
A
Sindonews.com - Seorang pelaku bom bunuh diri melancarkan aksinya di tengah prosesi Mudher al-Shallal al-Araki di wilayah Irak tengah, Minggu (1/12/2013). Mudher al-Shallal al-Araki adalah anak seorang pemimpin suku dan anti dengan al-Qaeda yang tewas akibat ledakan bom pinggir jalan didekat rumahnya di Kota Baquba, satu hari sebelumnya.
Menurut kolonel polisi dan dokter Hussein al-Tamimi, ledakan bom bunuh diri tersebut menewaskan 12 orang dan melukai 25 orang, termasuk kerabat dan anggota suku yang hadir dalam prosesi penguburan itu.
Araki sendiri dianggap sebagai pejuang di wilayah Sahwa, milisi yang dibentuk kelompok Sunni pada akhir 2006, mereka berpihak kepada pasukan Amerika Serikat dan menantang al-Qaeda yang membantu meredam gelombang pemberontakan di Irak. Oleh karena itu mereka dianggap kelompok militan Sunni sebagai penghianat dan sering menjadi sasaran serangan.
Provinsi Diyala adalah salah satu dari provinsi yang kerap menjadi sasaran serangan bom kelompok militan Irak. Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir Irak terus dirundung berbagai aksi kekerasan.
Hal itu meningkatkan kekhawatiran pemerintah Irak bahwa gelombang kekerasan yang sempat memuncak pada 2006 dan 2007, kembali terjadi. Saat itu, setiap bulannya lebih dari 3.000 warga Irak tewas setiap bulannya.
Menurut kolonel polisi dan dokter Hussein al-Tamimi, ledakan bom bunuh diri tersebut menewaskan 12 orang dan melukai 25 orang, termasuk kerabat dan anggota suku yang hadir dalam prosesi penguburan itu.
Araki sendiri dianggap sebagai pejuang di wilayah Sahwa, milisi yang dibentuk kelompok Sunni pada akhir 2006, mereka berpihak kepada pasukan Amerika Serikat dan menantang al-Qaeda yang membantu meredam gelombang pemberontakan di Irak. Oleh karena itu mereka dianggap kelompok militan Sunni sebagai penghianat dan sering menjadi sasaran serangan.
Provinsi Diyala adalah salah satu dari provinsi yang kerap menjadi sasaran serangan bom kelompok militan Irak. Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir Irak terus dirundung berbagai aksi kekerasan.
Hal itu meningkatkan kekhawatiran pemerintah Irak bahwa gelombang kekerasan yang sempat memuncak pada 2006 dan 2007, kembali terjadi. Saat itu, setiap bulannya lebih dari 3.000 warga Irak tewas setiap bulannya.
(esn)