Negosiasi nuklir, Iran kehilangan kepercayaan
A
A
A
Sindonews.com - Kepala negosiator nuklir Iran, Abbas Araghchi, mengatakan, Iran telah kehilangan kepercayaan pada perundingan nuklir yang kembali digelar kemarin di Jenewa, Swiss. Negara-negara kekuatan dunia, telah diminta Iran untuk memahami hak-hak negara itu untuk melakukan pengayaan uranium.
”Kendala utama adalah kurangnya kepercayaan karena apa yang terjadi pada putaran terakhir,” kata Abbas Araghchi, mengacu pada pembicaraan di awal November 2013 lalu, ketika negara-negara kekuatan dunia membuat draf kesepakatan.
Negara-negara kekuatan dunia yang terlibat negosiasi dengan Iran itu adalah negar-negara P5+1. Yakni, Amerika Serikat, Inggris, Rusia, China, Perancis, dan Jerman. ”Selama kepercayaan tidak dikembalikan, kita tidak bisa melanjutkan negosiasi yang konstruktif,” kata Araghchi kepada televisi Pemerintah Iran, seperti dikutip Reuters.
Araghchi mengakui, negosiasi itu sangat sulit. “Ada perbedaan besar. Ada kemungkinan kesepakatan besok ( Jumat) tapi itu adalah tugas yang sulit,” ujar Aragachi. Dia mendesak para negosiator dari negara-negara P5+1 bisa fleksibel dan menujukkan niat baik.
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan perbedaan yang meruncing dalam negosiasi itu, adalah mencari kesepakatan, di mana Iran diminta untuk membatasi program pengayaan uranium, dan sebagai kompensasinya sanksi atau embargo ekonomi akan dikurangi.
”Ini adalah kesempatan terbaik untuk waktu yang lama, dalam membuat kemajuan pada salah satu masalah yang paling berat untuk urusan kebijakan luar negeri,” kata Hague dalam sebuah konferensi pers di Istanbul.
Seorang perunding senior Amerika Serikat lebih berhati-hati saat berbicara kepada wartawan. ”Saya pikir kita bisa (mendapatkan kesepakatan). Tapi ini sanga sulit. Jika itu mudah dilakukan, itu akan dilakukan sejak lama.”
”Kendala utama adalah kurangnya kepercayaan karena apa yang terjadi pada putaran terakhir,” kata Abbas Araghchi, mengacu pada pembicaraan di awal November 2013 lalu, ketika negara-negara kekuatan dunia membuat draf kesepakatan.
Negara-negara kekuatan dunia yang terlibat negosiasi dengan Iran itu adalah negar-negara P5+1. Yakni, Amerika Serikat, Inggris, Rusia, China, Perancis, dan Jerman. ”Selama kepercayaan tidak dikembalikan, kita tidak bisa melanjutkan negosiasi yang konstruktif,” kata Araghchi kepada televisi Pemerintah Iran, seperti dikutip Reuters.
Araghchi mengakui, negosiasi itu sangat sulit. “Ada perbedaan besar. Ada kemungkinan kesepakatan besok ( Jumat) tapi itu adalah tugas yang sulit,” ujar Aragachi. Dia mendesak para negosiator dari negara-negara P5+1 bisa fleksibel dan menujukkan niat baik.
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan perbedaan yang meruncing dalam negosiasi itu, adalah mencari kesepakatan, di mana Iran diminta untuk membatasi program pengayaan uranium, dan sebagai kompensasinya sanksi atau embargo ekonomi akan dikurangi.
”Ini adalah kesempatan terbaik untuk waktu yang lama, dalam membuat kemajuan pada salah satu masalah yang paling berat untuk urusan kebijakan luar negeri,” kata Hague dalam sebuah konferensi pers di Istanbul.
Seorang perunding senior Amerika Serikat lebih berhati-hati saat berbicara kepada wartawan. ”Saya pikir kita bisa (mendapatkan kesepakatan). Tapi ini sanga sulit. Jika itu mudah dilakukan, itu akan dilakukan sejak lama.”
(mas)