Hizbullah: Perang menghantui kegagalan kesepakatan nuklir Iran
A
A
A
Sindonews.com - Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan, kegagalan untuk mencapai kesepakatan dengan sekutu Iran atas pengembangan program nuklirnya akan menjadi sebuah mantra perang di kawasan Timur Tengah. Ungkapan tersebut disampaikan Nasrallah dihadapan lautan orang di Beirut dalam peringatan Hari Asyura, salah satu hari besar bagi muslim Syiah, Rabu (13/11/2013).
Seperti diketahui, pekan lalu Iran dan negara kekuatan dunia tengah menyetujui kesepakatan awal yang dapat menjadi jalan pembukan menerbitkan sebuah pakta yang komprehensif. Namun, perbedaan besar mencegah kedua belah pihak yang tengah berunding untuk mencapai terobosan penting, hingga akhirnya kedua belah pihak memutuskan untuk bertemu lagi di Jenewa pada 20 November mendatang.
"Apa alternatif untuk kesepakatan dengan Iran dan seluruh negara di dunia," tanya Nasrallah kepada massa. "Alternatifnya adalah perang di kawasan," jawab Nasrallah.
Pemimpin Hizbullah itu kemudian menuding Israel menjadi dalang di balik skenario ini bersama sejumlah negara Liga Arab.
"Israel tidak menginginkan kesepakatan untuk mencegah perang di kawasan. Sangat disesalkan beberapa negara Arab berada di sisi Israel dan ini merupakan keputusan kejam," ungkap Nasrallah.
"Sangat disesalkan bahwa (Perdana Menteri Israel Benjamin ) Netanyahu menjadi juru bicara untuk beberapa negara-negara Arab," imbuhnya.
Tudingan Nasrallah tersebut jelas tertuju kepada kelompok negara muslim Sunni, seperti Arab Saudi dan Qatar, negara yang sangat kuat mendukung pemberontah Suriah. Nasrakah mengatakan, negara-negara ini telah menolak setiap solusi politik yang dapat menghentikan pertumpahan darah dan kehancuran di Suriah. Mereka juga sangat menentang setiap kesepakatan antara Iran dengan sejumlah negara di dunia.
"Kami memiliki dua sekutu, yakni Iran dan Suriah," ungkap Nasrallah. "Dan kami yakin dengan sekutu kami," imbuhnya.
Seperti diketahui, pekan lalu Iran dan negara kekuatan dunia tengah menyetujui kesepakatan awal yang dapat menjadi jalan pembukan menerbitkan sebuah pakta yang komprehensif. Namun, perbedaan besar mencegah kedua belah pihak yang tengah berunding untuk mencapai terobosan penting, hingga akhirnya kedua belah pihak memutuskan untuk bertemu lagi di Jenewa pada 20 November mendatang.
"Apa alternatif untuk kesepakatan dengan Iran dan seluruh negara di dunia," tanya Nasrallah kepada massa. "Alternatifnya adalah perang di kawasan," jawab Nasrallah.
Pemimpin Hizbullah itu kemudian menuding Israel menjadi dalang di balik skenario ini bersama sejumlah negara Liga Arab.
"Israel tidak menginginkan kesepakatan untuk mencegah perang di kawasan. Sangat disesalkan beberapa negara Arab berada di sisi Israel dan ini merupakan keputusan kejam," ungkap Nasrallah.
"Sangat disesalkan bahwa (Perdana Menteri Israel Benjamin ) Netanyahu menjadi juru bicara untuk beberapa negara-negara Arab," imbuhnya.
Tudingan Nasrallah tersebut jelas tertuju kepada kelompok negara muslim Sunni, seperti Arab Saudi dan Qatar, negara yang sangat kuat mendukung pemberontah Suriah. Nasrakah mengatakan, negara-negara ini telah menolak setiap solusi politik yang dapat menghentikan pertumpahan darah dan kehancuran di Suriah. Mereka juga sangat menentang setiap kesepakatan antara Iran dengan sejumlah negara di dunia.
"Kami memiliki dua sekutu, yakni Iran dan Suriah," ungkap Nasrallah. "Dan kami yakin dengan sekutu kami," imbuhnya.
(esn)