Dicap ingin merdekakan Tibet, Dalai Lama dikecam

Sabtu, 19 Oktober 2013 - 11:47 WIB
Dicap ingin merdekakan...
Dicap ingin merdekakan Tibet, Dalai Lama dikecam
A A A
Sindonews.com - Seorang pejabat senior China, Zhu Weiqun, mengecam pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama. Pasalnya, Dalai Lama dianggap meminta otonomi khusus untuk Tibet yang diartikan seperti menuntut kemerdekaan.

Weiqun, yang merupakan ketua badan penasihat untuk urusan agama dan etnis parlemen China mengatakan, Pemerintah China akan menolak kompromi yang tengah diupayakan Dalai Lama.

Dalai Lama, yang meninggalkan China pada 1959 setelah gagal dalam upaya pemberontakan terhadap penguasa China, dianggap sebagai pelaku sparatis oleh Pemerintah Beijing. Sedangkan Dalai Lama yang berbasis di India, mengklaim, ia hanya menuntut otonomi yang lebih besar untuk tanah airnya, Himalaya.

”Dalam arti fundamental, 'otonomi tingkat tinggi' itu berarti Kemerdekaan Tibet,” ucap Weiqun kepada media China, seperti dikutip Reuters, Sabtu (19/10/2013). ”Hal ini dipisahkan menjadi dua tahap. Langkah pertama yang disebut otonomi . Yang kedua adalah kemerdekaan yang sebenarnya.”

”Otonomi ala Dalai Lama adalah melawan sistem otonomi China, dia tidak melakukan apapun kecuali memasukkan unsur sparatis dalam sebuah elemen yang menjadi undang-undang otonomi daerah etnis China,” lanjut Weiqun.

Selama ini, kompromi yang diupayakan Dalai Lama dikenal dengan istilah “Jalan Tengah” oleh masyarakat Tibet. Menurut mereka, kompromi “Jalan Tengah” Dalai Lama itu, hanya menuntut agar Tibet mempunyai hak otonomi daerah seperti halnya Hong Kong, dan Tibet tetap mengormati kedaulatan China sebagai tanah air mereka.

Beberapa aktivis Tibet telah frustrasi dengan kompromi "Jalan Tengah" itu. Mereka akhirnya menuntut kemerdekaan, bukan lagi otonomi. Pada 2010, pembicaraan soal otonomi antara Pemerintah China dan Dalai Lama gagal. Kegagalan itu, semakin membuat warga Tibet frustasi. Sebagian dari mereka pernah melakukan serentetan protes bakar diri, yang mereka sebut sebagai bentuk protes atas operasi keamanan aparat China.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0621 seconds (0.1#10.140)