OPCW hancurkan senjata kimia Suriah di tengah berkecamuknya perang
A
A
A
Sindonews.com - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon memperingatkan inspektur gabungan PBB dan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) menjalankan misi menghancurkan 1.000 ton senjata kimia berbahaya milik Suriah secara berhati-hati. Sebab, hingga hari ini pemberontak tetap melancarkan serangan terhadap tentara Suriah, Senin (7/10/2013).
Seperti diketahui, awal pekan ini, sebanyak 19 ahli senjata dari OPCW dan 16 personil keamanan dan logistik dari PBB sudah mulai menghancurkan fasilitas produksi campuran senjata kimia. Sesuai dengan resolusi yang telah ditetapkan PBB, tim itu dijadwalkan selesai menghancurkan fasilitas tersebut pada 1 November mendatang.
Ki-moon melanjutkan, para ahli bekerja di tengah kondisi berbahaya yang mudah berubah, terutama di wilayah Kota seperti Damaskus, Homs, dan Aleppo. "Mereka bekerja di tengah serangan udara, artileri berat, ledakan mortir, kontak senjata antara tentara dan pemberontak Suriah, serta, wilayah pertempuran yang bergeser dengan cepat," papar Ki-moon.
Menurut laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, pertempuran antara tentara dan pemberontak Suriah terus berlanjut. Kemarin, tentara Suriah berhasil membuka kembali jalur yang menghubungkan wilayah utara Kota Aleppo menuju ke pusat Suriah, satu tahun setelah bertempur sengit dengan pemberontak.
Di Provinsi Idlib, tentara menggelar operasi "Gempa" untuk merebut Wilayah Wadi Deif dan Hamidiyeh yang telah dikuasai selama hampir satu tahun. Tentara Suriah membombardir pemberontak dari udara. Tentara Suriah berhasil membunuh pemberontak, namun jumlah militer Suriah mengalami kerugian lebih besar, serangan roket dan mortir pemberontak menewaskan 10 tentara dan menghancurkan tiga tank.
Guna meningkatkan mengoptimalkan implementasi misi tersebut, Ki-moon merekomendasikan untuk meningkat anggota tim yang bertugas menghancurkan senjata kimia Suriah menjadi 100 orang, yang terdiri dari ahli kimia dan personil keamanan dan logistik dari PBB. "Misi mereka akan berbasis di wilayah Damasku dan Cyprus," ungkap Ki-moon. "Ini merupakan operasi sederhana yang belum pernah dicoba sebelumnya," imbuhnya.
Seperti diketahui, awal pekan ini, sebanyak 19 ahli senjata dari OPCW dan 16 personil keamanan dan logistik dari PBB sudah mulai menghancurkan fasilitas produksi campuran senjata kimia. Sesuai dengan resolusi yang telah ditetapkan PBB, tim itu dijadwalkan selesai menghancurkan fasilitas tersebut pada 1 November mendatang.
Ki-moon melanjutkan, para ahli bekerja di tengah kondisi berbahaya yang mudah berubah, terutama di wilayah Kota seperti Damaskus, Homs, dan Aleppo. "Mereka bekerja di tengah serangan udara, artileri berat, ledakan mortir, kontak senjata antara tentara dan pemberontak Suriah, serta, wilayah pertempuran yang bergeser dengan cepat," papar Ki-moon.
Menurut laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, pertempuran antara tentara dan pemberontak Suriah terus berlanjut. Kemarin, tentara Suriah berhasil membuka kembali jalur yang menghubungkan wilayah utara Kota Aleppo menuju ke pusat Suriah, satu tahun setelah bertempur sengit dengan pemberontak.
Di Provinsi Idlib, tentara menggelar operasi "Gempa" untuk merebut Wilayah Wadi Deif dan Hamidiyeh yang telah dikuasai selama hampir satu tahun. Tentara Suriah membombardir pemberontak dari udara. Tentara Suriah berhasil membunuh pemberontak, namun jumlah militer Suriah mengalami kerugian lebih besar, serangan roket dan mortir pemberontak menewaskan 10 tentara dan menghancurkan tiga tank.
Guna meningkatkan mengoptimalkan implementasi misi tersebut, Ki-moon merekomendasikan untuk meningkat anggota tim yang bertugas menghancurkan senjata kimia Suriah menjadi 100 orang, yang terdiri dari ahli kimia dan personil keamanan dan logistik dari PBB. "Misi mereka akan berbasis di wilayah Damasku dan Cyprus," ungkap Ki-moon. "Ini merupakan operasi sederhana yang belum pernah dicoba sebelumnya," imbuhnya.
(esn)