Temui SBY, Abbott bergeming soal kebijakan 'manusia perahu'
A
A
A
Sindonews.com - Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, mengatakan, Australia tetap dengan kebijakannya dalam upaya menghalau laju para pencari suaka atau “manusia perahu”. Hal itu disampaikan Abbott, di hari keduanya berkunjung ke Jakarta, untuk bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Selasa (1/10/2013).
Abbott mengabaikan ketegangan diplomatik antara Indonesia dengan Australia. Ketegangan itu dipicu, rencana Abbott untuk menempatkan polisi-polisi Australia di wilayah Indonesia untuk menghalau laju “manusia perahu”. Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, dengan tegas menolak kebijakan Abbott itu, dengan alasan bisa mengusik kedaulatan Indonesia.
”Tentu saja kami berdiri dengan kebijakan kami. Tapi di atas segalanya, kita ingin bekerja efektif untuk menghentikan perahu (pencari suaka),” kata Abbott, yang menambahkan, bahwa Australia akan bekerja sama dengan Indonesia.
Sekitar 400 awak kapal pencari suaka telah tiba di Australia selama 12 bulan terakhir dan sekitar 45.000 pencari suaka telah tiba sejak akhir 2007. Pemerintah Australia, akhir-akhir ini memperketat akses untuk para pencari suaka. Bahkan, penanganan para pencari suaka menjadi misi utama Abbott, seperti yang dia sampaikan saat kampanye pemilu Australia lalu.
Sementara itu, mengutip laporan Reuters, pertemuan Abbott dengan SBY lebih didominasi pembahasan soal rencana Indonesia untuk berinvestasi di bidang peternakan sapi di Australia. Investasi itu, juga untuk membantu mengakhiri sengketa perdagangan yang telah mengacaukan harga daging sapi di Indonesia.
”Jika beberapa perusahaan patungan Indonesia berinvestasi pada peternakan sapi, silakan. Ini penting untuk memulihkan kembali iklim perdagangan,” ujar Abbott.
Kata Abbott, investasi asing di peternakan Australia merupakan isu sensitif. Dia telah berjanji untuk melakukan pengawasan yang lebih besar terhadap investasi asing di negaranya, dalam bidang pertanian.
”Ini tidak dirancang untuk mengunci negara kita,” katanya. ”Ini dirancang untuk memastikan bahwa orang-orang Australia memahami bahwa investasi yang kita miliki, juga dimiliki asing.”
Abbott mengabaikan ketegangan diplomatik antara Indonesia dengan Australia. Ketegangan itu dipicu, rencana Abbott untuk menempatkan polisi-polisi Australia di wilayah Indonesia untuk menghalau laju “manusia perahu”. Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, dengan tegas menolak kebijakan Abbott itu, dengan alasan bisa mengusik kedaulatan Indonesia.
”Tentu saja kami berdiri dengan kebijakan kami. Tapi di atas segalanya, kita ingin bekerja efektif untuk menghentikan perahu (pencari suaka),” kata Abbott, yang menambahkan, bahwa Australia akan bekerja sama dengan Indonesia.
Sekitar 400 awak kapal pencari suaka telah tiba di Australia selama 12 bulan terakhir dan sekitar 45.000 pencari suaka telah tiba sejak akhir 2007. Pemerintah Australia, akhir-akhir ini memperketat akses untuk para pencari suaka. Bahkan, penanganan para pencari suaka menjadi misi utama Abbott, seperti yang dia sampaikan saat kampanye pemilu Australia lalu.
Sementara itu, mengutip laporan Reuters, pertemuan Abbott dengan SBY lebih didominasi pembahasan soal rencana Indonesia untuk berinvestasi di bidang peternakan sapi di Australia. Investasi itu, juga untuk membantu mengakhiri sengketa perdagangan yang telah mengacaukan harga daging sapi di Indonesia.
”Jika beberapa perusahaan patungan Indonesia berinvestasi pada peternakan sapi, silakan. Ini penting untuk memulihkan kembali iklim perdagangan,” ujar Abbott.
Kata Abbott, investasi asing di peternakan Australia merupakan isu sensitif. Dia telah berjanji untuk melakukan pengawasan yang lebih besar terhadap investasi asing di negaranya, dalam bidang pertanian.
”Ini tidak dirancang untuk mengunci negara kita,” katanya. ”Ini dirancang untuk memastikan bahwa orang-orang Australia memahami bahwa investasi yang kita miliki, juga dimiliki asing.”
(mas)