Hizbullah: Suriah batal diserang, Arab kalah taruhan
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Hizbullah Libanon, Hassan Nasrallah, mendesak Arab Saudi, Turki, negara Teluk lainnya, kembali terlibat dalam penyelesaian konflik di Suriah secara politik. Dia menyebut, negara-negara Arab gagal bertaruh, di mana Suriah tidak jadi diserang pasukan asing seperti yang mereka harapkan.
”Saya ingin menyampaikan undangan kepada Arab Saudi, Teluk, Turki, dan sisanya negara-negara Arab dan Islam, secara tulus dan jujur, dalam realitas politik dan fakta di lapangan di Suriah,” kata Nasrallah, kemarin (23/9/2013), seperti dikutip Fox News.
”Tinjau posisi Anda. Situasi sudah mulai mengambil dimensi yang sangat serius di Suriah. Anda gagal bertaruh pada opsi militer. Solusinya adalah politik, dan dialog politik,” lanjut Nasrallah.
Kelompok Hizbullah merupakan sekutu dekat Presiden Suriah Bashar al-Assad. Mereka ikut berjuang bersama pasukan Suriah dalam melawan pemberontak bersenjata yang didukung Arab Saudi, negara-negara Teluk, Turki dan negara asing lainnya.
Pernyataan Nasrallah yang disampaikan dalam pidato itu, merupakan yang pertama kali, sejak serangan pada 21 Agustus 2013 di dekat Damaskus. Serangan yang diklaim menewaskan lebih dari 1.000 orang itulah yang memicu ancaman agresi militer Amerika Serikat terhadap Suriah.
Selain menyebut negara-negara Arab kalah bertaruh pada opsi militer terhadap Suriah, Nasrallah juga menuding kelompok oposisi Suriah gagal merebut kekuasaan rezim Assad. ”Bertaruh pada opsi militer dan intervensi asing tidak akan membantu Anda untuk mencapai tujuan,” ujar Nasrallah.
Nasrallah menepis tuduhan bahwa Hizbullah Saudi dan sekutunya Iran, sesama pendukung dari rezim Suriah melakukan pendudukan di Suriah. ”Jumlah Garda Revolusi Iran di Suriah tidak lebih dari puluhan orang, dan mereka telah ada sejak tahun 1982,” imbuh dia.
Dia lantas menuduh balik Arab Saudi yang mendukung kelompok pemberontak untuk melawan pasukan Pemerintah Suriah. ”Apakah mereka tidak menduduki Suriah? " tanya Nasrallah.
”Saya ingin menyampaikan undangan kepada Arab Saudi, Teluk, Turki, dan sisanya negara-negara Arab dan Islam, secara tulus dan jujur, dalam realitas politik dan fakta di lapangan di Suriah,” kata Nasrallah, kemarin (23/9/2013), seperti dikutip Fox News.
”Tinjau posisi Anda. Situasi sudah mulai mengambil dimensi yang sangat serius di Suriah. Anda gagal bertaruh pada opsi militer. Solusinya adalah politik, dan dialog politik,” lanjut Nasrallah.
Kelompok Hizbullah merupakan sekutu dekat Presiden Suriah Bashar al-Assad. Mereka ikut berjuang bersama pasukan Suriah dalam melawan pemberontak bersenjata yang didukung Arab Saudi, negara-negara Teluk, Turki dan negara asing lainnya.
Pernyataan Nasrallah yang disampaikan dalam pidato itu, merupakan yang pertama kali, sejak serangan pada 21 Agustus 2013 di dekat Damaskus. Serangan yang diklaim menewaskan lebih dari 1.000 orang itulah yang memicu ancaman agresi militer Amerika Serikat terhadap Suriah.
Selain menyebut negara-negara Arab kalah bertaruh pada opsi militer terhadap Suriah, Nasrallah juga menuding kelompok oposisi Suriah gagal merebut kekuasaan rezim Assad. ”Bertaruh pada opsi militer dan intervensi asing tidak akan membantu Anda untuk mencapai tujuan,” ujar Nasrallah.
Nasrallah menepis tuduhan bahwa Hizbullah Saudi dan sekutunya Iran, sesama pendukung dari rezim Suriah melakukan pendudukan di Suriah. ”Jumlah Garda Revolusi Iran di Suriah tidak lebih dari puluhan orang, dan mereka telah ada sejak tahun 1982,” imbuh dia.
Dia lantas menuduh balik Arab Saudi yang mendukung kelompok pemberontak untuk melawan pasukan Pemerintah Suriah. ”Apakah mereka tidak menduduki Suriah? " tanya Nasrallah.
(esn)