Jika serang Damaskus, Suriah anggap AS dukung teroris
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Rusia dan Suriah, pada Senin (9/9/2013), mendesak Pemerintah AS untuk mengurungkan niatnya untuk menyerang Damaskus. Jika AS tetap nekat akan menyerang Damaskus, Pemerintah Suriah menganggap AS mendukung teroris.
Pemerintah Suriah dan Rusia, tetap mendesak Washington untuk mendukung konferensi perdamaian untuk mengakhiri konflik sipil di Suriah yang sudah berlangsung 2,5 tahun terakhir.
Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Moualem, minta Washington berhenti menyalahkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, dengan tuduhan melakukan serangan senjata kimia. Menurutnya, tuduhan itu hanya dalih intervensi militer AS terhadap Suriah.
Moualem lantas mempertanyakan, motif Presiden AS, Barack Obama yang bersikeras ingin menyerang Suriah. Dia menganggap, pemerintahan Obama mendukung teroris, jika nekat menyerangg Suriah.
”Kami bertanya pada diri Obama, apakah mereka mendukung kelompok, sebagaimana yang meledakkan World Trade Center di New York,” kata kata al-Moualem, sebelum melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, seperti dikutip Reuters.
Pertanyaan al-Moualem itu mengacu pada serangan teroris di WTC 11 September 2001, di mana AS menuduh al-Qaeda sebagai dalang serangan itu. Padahal, Pemerintah Bashar al-Assad memerangi kelompok pemberontak seperti al-Nusra yang terkait kelompok al-Qaeda.
”Kami berada di Moskow, pada saat genderang perang sedang ditabuh Pemerintah AS,” ujar al-Moualem.
Sedangkan Lavrov, yang negaranya percaya serangan pada 21 Agustus 2013 di dekat Damaskus itu, dilakukan oleh pemberontak, memperingatkan bahwa realisasi rencana AS terhadap Suriah bisa memicu penyebaran terorisme.
Rusia telah menjadi pendukung Assad paling kuat selama konflik sipil yang telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang (versi PBB). Dukungan Rusia itu dengan memasok senjata terhadap Suriah. Selain itu, Rusia dan China juga memblokir resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap pemerintah Assad.
”(Presiden) Assad memerintahkan saya untuk memberikan salam dan terima kasih atas dukungan Presiden Vladimir Putin kepada Suriah, dalam KTT G20,” imbuh al-Moulaem.
Pemerintah Suriah dan Rusia, tetap mendesak Washington untuk mendukung konferensi perdamaian untuk mengakhiri konflik sipil di Suriah yang sudah berlangsung 2,5 tahun terakhir.
Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Moualem, minta Washington berhenti menyalahkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, dengan tuduhan melakukan serangan senjata kimia. Menurutnya, tuduhan itu hanya dalih intervensi militer AS terhadap Suriah.
Moualem lantas mempertanyakan, motif Presiden AS, Barack Obama yang bersikeras ingin menyerang Suriah. Dia menganggap, pemerintahan Obama mendukung teroris, jika nekat menyerangg Suriah.
”Kami bertanya pada diri Obama, apakah mereka mendukung kelompok, sebagaimana yang meledakkan World Trade Center di New York,” kata kata al-Moualem, sebelum melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, seperti dikutip Reuters.
Pertanyaan al-Moualem itu mengacu pada serangan teroris di WTC 11 September 2001, di mana AS menuduh al-Qaeda sebagai dalang serangan itu. Padahal, Pemerintah Bashar al-Assad memerangi kelompok pemberontak seperti al-Nusra yang terkait kelompok al-Qaeda.
”Kami berada di Moskow, pada saat genderang perang sedang ditabuh Pemerintah AS,” ujar al-Moualem.
Sedangkan Lavrov, yang negaranya percaya serangan pada 21 Agustus 2013 di dekat Damaskus itu, dilakukan oleh pemberontak, memperingatkan bahwa realisasi rencana AS terhadap Suriah bisa memicu penyebaran terorisme.
Rusia telah menjadi pendukung Assad paling kuat selama konflik sipil yang telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang (versi PBB). Dukungan Rusia itu dengan memasok senjata terhadap Suriah. Selain itu, Rusia dan China juga memblokir resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap pemerintah Assad.
”(Presiden) Assad memerintahkan saya untuk memberikan salam dan terima kasih atas dukungan Presiden Vladimir Putin kepada Suriah, dalam KTT G20,” imbuh al-Moulaem.
(esn)