Kalah di Pilkada Moskow, musuh politik Putin tak terima
A
A
A
Sindonews.com – Sekutu Putin, Sergei Sobyanin, diasumsikan memenangkan pemilihan walikota Moskow, dengan meraih 52 persen suara. Sedangkan musuh politik Putin, Alexei Navalny, meraih 27 persen dari total penghitungan suara yang sudah mencapai 80 persen.
Navalny, yang terjerat kasus penggelapan uang perusahaan kayu, sempat dijebloskan ke penjara. Namun kemduian dibebaskan sambil menunggu proses banding. Kubu Navalny, yang kehilangan akses kampanye menganggap kasus itu sebagai penganiayaan politik.
Menurut Komisi Pemilu Moskow,Navalny sejauh meraih sekitar 27 suara. Namun, pemimpin pro-demokrasi itu, secara tegas membantah hasil penghitungan suara yang menempatkannya dalam posisi yang kalah.
Dia mengklaim, telah memenangkan Pemilu dengan meraih suara yang signifikan. ”Apa yang kita lihat sekarang adalah pemalsuan yang jelas,” kata Navalny, kepada wartawan dalam jumpa pers, semalam, seperti dikutip BBC, Senin (9/9/2013).
”Kami menuntut diadakannya putaran kedua. Jika itu tidak dilakukan, kami akan menarik dukungan warga dan meminta mereka untuk turun ke jalan, di Moskow,” ujarnya.
Navalny yang bebas bersyarat, dinyatakan bersalah di pengadilan, dengan tuduhan melakukan penggelapan uang perusahaan kayu. Meskipun dia menganggap pengadilan itu sarat muatan politik.
Navalny sebelumnya mengatakan kepada wartawan, bahwa ia tidak akan menyerah. ”Sekarang Sobyanin dan pendukung utamanya Vladimir Putin memutuskan apakah akan menggelar Pemilu yang relatif jujur, dengan menggelar putaran kedua atau tidak?,” imbuh Navalny.
Navalny, yang terjerat kasus penggelapan uang perusahaan kayu, sempat dijebloskan ke penjara. Namun kemduian dibebaskan sambil menunggu proses banding. Kubu Navalny, yang kehilangan akses kampanye menganggap kasus itu sebagai penganiayaan politik.
Menurut Komisi Pemilu Moskow,Navalny sejauh meraih sekitar 27 suara. Namun, pemimpin pro-demokrasi itu, secara tegas membantah hasil penghitungan suara yang menempatkannya dalam posisi yang kalah.
Dia mengklaim, telah memenangkan Pemilu dengan meraih suara yang signifikan. ”Apa yang kita lihat sekarang adalah pemalsuan yang jelas,” kata Navalny, kepada wartawan dalam jumpa pers, semalam, seperti dikutip BBC, Senin (9/9/2013).
”Kami menuntut diadakannya putaran kedua. Jika itu tidak dilakukan, kami akan menarik dukungan warga dan meminta mereka untuk turun ke jalan, di Moskow,” ujarnya.
Navalny yang bebas bersyarat, dinyatakan bersalah di pengadilan, dengan tuduhan melakukan penggelapan uang perusahaan kayu. Meskipun dia menganggap pengadilan itu sarat muatan politik.
Navalny sebelumnya mengatakan kepada wartawan, bahwa ia tidak akan menyerah. ”Sekarang Sobyanin dan pendukung utamanya Vladimir Putin memutuskan apakah akan menggelar Pemilu yang relatif jujur, dengan menggelar putaran kedua atau tidak?,” imbuh Navalny.
(esn)