Ribuan orang asing pergi ke Suriah melawan Assad
A
A
A
Sindonews.com – Beberapa negara Barat, melalui laporan sekutu regionalnya (Qatar, Arab Saudi, dan Turki), mulai mencemaskan melemahnya kekuatan militan anti-Presien Bashar al-Assad. Ahli keamanan dan anti-terorisme meyakini, ribuan orang asing pergi ke Suriah untuk membantu para militan anti-Assad.
Direktur Pusat Kontra-Terorisme Nasional AS, Matthew G. Olsen, dalam konferensi pers, seperti dikutip Press TV, Senin (29/7/2013), mengatakan, ribuan pejuang asing, termasuk 600 orang dari Eropa, Amerika Utara, dan Australia telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Dalam konferensi pers di Aspen, Colorado, AS, Olsen mengatakan, banyak dari mereka adalah pejuang dari Turki, yang menjadi fasilitator kelompok-kelompok tertentu, termasuk al-Nusra yang terkait dengan jaringan al-Qaeda. Para pejuang asing itu, katanya, dipersenjatai beberapa negara Barat dan sekutu regional.
”Yang jadi perhatian adalah orang yang bepergian ke Suriah, menjadi lebih radikal, menjadi terlatih dan kemudian kembali ke Eropa Barat dan, berpotensi (lakukan tindak terorisme) termasuk, ke Amerika Serikat,” ujar Olsen.
”Skala ini benar-benar berbeda dari apa yang telah kita alami di masa lalu," imbuh Gilles de Kerchove, koordinator kontraterorisme Uni Eropa. Masalah ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat intelijen Amerika dan Eropa, bahwa ada ancaman terorisme baru, setelah mereka pulang dari Suriah.
Direktur Pusat Kontra-Terorisme Nasional AS, Matthew G. Olsen, dalam konferensi pers, seperti dikutip Press TV, Senin (29/7/2013), mengatakan, ribuan pejuang asing, termasuk 600 orang dari Eropa, Amerika Utara, dan Australia telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Dalam konferensi pers di Aspen, Colorado, AS, Olsen mengatakan, banyak dari mereka adalah pejuang dari Turki, yang menjadi fasilitator kelompok-kelompok tertentu, termasuk al-Nusra yang terkait dengan jaringan al-Qaeda. Para pejuang asing itu, katanya, dipersenjatai beberapa negara Barat dan sekutu regional.
”Yang jadi perhatian adalah orang yang bepergian ke Suriah, menjadi lebih radikal, menjadi terlatih dan kemudian kembali ke Eropa Barat dan, berpotensi (lakukan tindak terorisme) termasuk, ke Amerika Serikat,” ujar Olsen.
”Skala ini benar-benar berbeda dari apa yang telah kita alami di masa lalu," imbuh Gilles de Kerchove, koordinator kontraterorisme Uni Eropa. Masalah ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat intelijen Amerika dan Eropa, bahwa ada ancaman terorisme baru, setelah mereka pulang dari Suriah.
(esn)