Oposisi Suriah minta bantuan senjata ke AS
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah pemimpin oposisi Suriah dalam sebuah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry, mendesak AS untuk mempersenjatai pemberontak, Kamis (25/7/2013). Desakan itu disampaikan secara langsung oleh Presiden Koalisi Nasional Suriah, Ahmad Jarba dalam sebuah pertemuan dengan Kerry di New York.
Jarba membenarkan, bahwa dia telah meminta bantuan senjata. Sebab, pemberontak Suriah putus asa situasi di lapangan. "Presiden Suriah Bashar al-Assad demi mencapai kemenangan tentaranya telah mengunakan berbagai jenis senjata dari berbagai jenis bom hingga senjata kimia," ujar Jarba.
"Sampai rezim dipaksa menerima solusi politik, kami harus tetap punya sarana untuk mempertahankan diri dan membela warga sipil," terang Jarba.
"Menyangkal hak kami untuk mempertahankan diri sangat beresiko dan itu akan membuat rezim tetap eksis. Akan ada ribuan orang yang dieksekusi, sementara represi akan terus berlanjut tanpa akhir," imbuhnya.
Jarba yang terpilih menjadi pemimpin koalisi pada 6 Juli lalu mengatakan, waktu bagi Suriah hampir habis. Kepemimpinan AS dan dorongan yang diberi kan sangat penting untuk mengakhiri perang ini dan membuka pintugerbang demokrasi yang diimpikan oleh sebagian besar warga Suriah.
"Sepenuhnya kami memahami kekhawatiran AS tentang ekstrimisme dan pengalihan bantuan militer kepada pihak yang tidak tepat. Koalisi Suriah 100 persen berkomitmen untuk mewujudkan demokrasi bagi semua warga Suriah tanpa memandang agama dan etnis," tegas Jarba.
AS sebelumnya telah memberikan bantuan kemanusiaan non-mematikan kelompok pemberontak Suriah. Kerry menanggapi positif permintaan Jarba dalam pertemuan itu tetapi tidak akan mendiskusikan kemungkinan pasokan senjata AS.
"Oposisi Suriah berkomitmen dan yakin pertemuan Jenewa II sangat penting maka mereka setuju untuk bekerja selama beberapa pekann ke depan untuk menentukan syarat, kondisi, di mana mereka berpikir bahwa itu bisa bekerja," kata Kerry wartawan.
Jarba membenarkan, bahwa dia telah meminta bantuan senjata. Sebab, pemberontak Suriah putus asa situasi di lapangan. "Presiden Suriah Bashar al-Assad demi mencapai kemenangan tentaranya telah mengunakan berbagai jenis senjata dari berbagai jenis bom hingga senjata kimia," ujar Jarba.
"Sampai rezim dipaksa menerima solusi politik, kami harus tetap punya sarana untuk mempertahankan diri dan membela warga sipil," terang Jarba.
"Menyangkal hak kami untuk mempertahankan diri sangat beresiko dan itu akan membuat rezim tetap eksis. Akan ada ribuan orang yang dieksekusi, sementara represi akan terus berlanjut tanpa akhir," imbuhnya.
Jarba yang terpilih menjadi pemimpin koalisi pada 6 Juli lalu mengatakan, waktu bagi Suriah hampir habis. Kepemimpinan AS dan dorongan yang diberi kan sangat penting untuk mengakhiri perang ini dan membuka pintugerbang demokrasi yang diimpikan oleh sebagian besar warga Suriah.
"Sepenuhnya kami memahami kekhawatiran AS tentang ekstrimisme dan pengalihan bantuan militer kepada pihak yang tidak tepat. Koalisi Suriah 100 persen berkomitmen untuk mewujudkan demokrasi bagi semua warga Suriah tanpa memandang agama dan etnis," tegas Jarba.
AS sebelumnya telah memberikan bantuan kemanusiaan non-mematikan kelompok pemberontak Suriah. Kerry menanggapi positif permintaan Jarba dalam pertemuan itu tetapi tidak akan mendiskusikan kemungkinan pasokan senjata AS.
"Oposisi Suriah berkomitmen dan yakin pertemuan Jenewa II sangat penting maka mereka setuju untuk bekerja selama beberapa pekann ke depan untuk menentukan syarat, kondisi, di mana mereka berpikir bahwa itu bisa bekerja," kata Kerry wartawan.
(esn)