Dinas intelijen Afghanistan tangkap penterjemah pasukan khusus AS
A
A
A
Sindonews.com – Dinas intelijen Afghanistan, Direktorat Keamanan Nasional (NDS), pada Senin (8/7/2013), menangkap Zakeria Kandahari, seorang penterjemah bagi pasukan khusus Amerika Serikat (AS). Ia ditangkap karena dituduh telah menyiksa dan membunuh warga sipil.
Tuduhan ini telah memperburuk hubungan yang sudah tegang antara pemerintah Afghanistan dan pasukan koalisi yang dipimpin NATO. Kandahari dilaporkan telah bertahun-tahun bekerja dengan pasukan AS yang memerangi gerilyawan Taliban selama lebih dari satu dekade.
Sebelumnya, Pemerintah Afghanistan telah mengatakan, bahwa Kandahari adalah seorang keturunan Afghanistan-Amerika, meskipun latar belakang persisnya masih belum jelas.
"Seseorang bernama Zakeria Kandahari, yang bekerja sebagai penterjemah Pasukan Khusus AS, dituduh melakukan beberapa kejahatan dan ia telah ditangkap," kata NDS dalam sebuah pernyataan singkat, seperti dikutip dari Reuters.
Menurut pernyataan itu, Kandahari ditahan di provinsi selatan Kandahar dengan tiga pistol di tangannya, komputer, dua sertifikat kelahiran palsu, dan tujuh kartu identitas palsu.
Sebelumnya, pada Maret lalu, Presiden Hamid Karzai telah melarang pasukan khusus AS beroperasi di Provinsi Wardak. Hal ini disebabkan munculnya laporan soal jatuhnya korban jiwa di kalangan warga sipil akibat sepak terjang pasukan AS.
Tuduhan ini telah memperburuk hubungan yang sudah tegang antara pemerintah Afghanistan dan pasukan koalisi yang dipimpin NATO. Kandahari dilaporkan telah bertahun-tahun bekerja dengan pasukan AS yang memerangi gerilyawan Taliban selama lebih dari satu dekade.
Sebelumnya, Pemerintah Afghanistan telah mengatakan, bahwa Kandahari adalah seorang keturunan Afghanistan-Amerika, meskipun latar belakang persisnya masih belum jelas.
"Seseorang bernama Zakeria Kandahari, yang bekerja sebagai penterjemah Pasukan Khusus AS, dituduh melakukan beberapa kejahatan dan ia telah ditangkap," kata NDS dalam sebuah pernyataan singkat, seperti dikutip dari Reuters.
Menurut pernyataan itu, Kandahari ditahan di provinsi selatan Kandahar dengan tiga pistol di tangannya, komputer, dua sertifikat kelahiran palsu, dan tujuh kartu identitas palsu.
Sebelumnya, pada Maret lalu, Presiden Hamid Karzai telah melarang pasukan khusus AS beroperasi di Provinsi Wardak. Hal ini disebabkan munculnya laporan soal jatuhnya korban jiwa di kalangan warga sipil akibat sepak terjang pasukan AS.
(esn)