Kota Arbil tetap sibuk, meski Irak dilanda teror bom

Sabtu, 22 Juni 2013 - 15:01 WIB
Kota Arbil tetap sibuk,...
Kota Arbil tetap sibuk, meski Irak dilanda teror bom
A A A
Sindonews.com -Abdullah Abdulkarim berdiri di sebuah dealer mobil di Kota Arbil, Kurdi Utara, Irak. Dia menebar senyum, di tengah keramaian orang yang sibuk dengan aktivitas ekonomi saban hari.

Abdulkarim, tidak lagi merasa cemas, karena kota itu sudah aman dari serangan bom yang masih melanda kota-kota lain di Irak. ”Setiap hari (kesibukan ekonomi kota seperti itu), hal-hal ini menjadi lebih baik,” katanya, dilansir Fox News, Sabtu (22/6/2013).

Abdulkarim bukan satu-satunya warga yang bangkit untuk memperbaiki ekonomi kota itu, di saat kota-kota lain masih mencekam dengan teror bom.

Arbil, kota tempatnya berbisnis adalah wilayah otonomi sekaligus Ibu Kota Kurdi di Irak utara. Ekonomi kota itu tumbuh lebih cepat dari seluruh kota dan tidak ada lagi kekerasan yang berkecamuk.

Di Arbil, kini ramai dengan kafe yang bermunculan nyaris di setiap trotoar. Para pelanggan sudah tidak takut keluar masuk restoran. Bisa jadi, Arbil merupakan wilayah di Irak yang mampu memikat investor asing untuk menanamkan modalnya di negeri yang terbiasa dengan serangan bom.

”Sangat mudah untuk mendirikan toko di sini,” ujar Jorge Restrepo, seorang Amerika asal Kolombia yang menjalankan konsultasi bisnis di Kurdistan. Target usahanya adalah para perusahaan energi Spanyol dan Kanada. ”Pemerintah Kurdistan sangat terbuka untuk orang asing,” katanya.

Selama 22 tahun, Kurdistan menerapkan zona larangan terbang di atas wilayahnya untuk mencegah pasukan Saddam Hussein kala itu. Selain Arbil, ada Sulaimaniyah dan Dohuk yang memiliki presiden dan perdana menteri sendiri. Bendera yang berkibar di gedung-gedung pemerintahan di sana adalah adalah bendera Kurdi.

Menurut Ketua Komisi Investasi Daerah Arbil, Kamiran Mufti, setiap perusahaan di sana tidak diwajibkan mempekerjakan staf lokal, memiliki investor lokal atau mitra lokal, dan dapat memulangkan keuntungan mereka pada kebijaksanaan mereka sendiri.

”Keamanan adalah kunci keberhasilan,” imbuh Ghada Gebara, kepala perusahaan operator telepon seluler terbesar ketiga Irak, yang berkantor pusat di Arbil.

Menurut catatan PBB, kekerasan di Irak bulan lalu adalah yang terburuk sejak tahun 2008. Irak juga menjadi salah satu negara paling korup di dunia. Yakni ranking 169 dari 176 negara yang tercantum dalam Indeks Persepsi Korupsi Transparency International. ”Pemimpin regional Kurdi telah menerapkan rencana untuk memerangi hal itu,” kata Mufti.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9643 seconds (0.1#10.140)