Sepanjang Mei, 600 warga Irak tewas akibat aksi kekerasan
A
A
A
Sindonews.com – Aksi kekerasan di Irak berupa serangan bom dan penembakan telah menewaskan 600 orang sepanjang Mei ini. Fakta ini telah memunculkan keprihatinan PBB. Karenanya, PBB pun telah menyerukan agar para pemimpin Irak untuk segera mengadakan pembicaraan guna menyelesaikan sengketa politik.
"Saya benar-benar prihatin. Ini bisa lebih buruk dan itulah sebabnya mengapa saya sangat menganjurkan bahwa pertumpahan darah ini harus dihentikan agar situasi tidak tambah memburuk," kata utusan PBB untuk Irak, Martin Kobler, kepada AFP, Kamis (30/5/2013).
"Jika ada kesepakatan politik, maka keamanan akan lebih baik. Sementara sekarang tidak ada kesepakatan politik dan kekerasan sektarian terus meningkat," lanjutnya. "Kekerasan sistemik siap meledak setiap saat jika semua pemimpin Irak tidak terlibat langsung untuk menarik negara itu keluar dari kekacauan ini," tambahnya.
Pernyataan serupa juga disampaikan Menteri Luar Negeri Irak, Hoshyar Zebari. "Jika tidak ada kesepakatan politik, maka akan mempengaruhi keamanan dan tidak akan ada situasi keamanan yang stabil,” ujarnya.
Analis dan diplomat sering menghubungkan stabilitas politik di Irak dengan tingkat kekerasan, dengan alasan bahwa militan memanfaatkan perselisihan politik untuk mendapatkan dukungan guna kegiatan mereka di lapangan.
"Saya benar-benar prihatin. Ini bisa lebih buruk dan itulah sebabnya mengapa saya sangat menganjurkan bahwa pertumpahan darah ini harus dihentikan agar situasi tidak tambah memburuk," kata utusan PBB untuk Irak, Martin Kobler, kepada AFP, Kamis (30/5/2013).
"Jika ada kesepakatan politik, maka keamanan akan lebih baik. Sementara sekarang tidak ada kesepakatan politik dan kekerasan sektarian terus meningkat," lanjutnya. "Kekerasan sistemik siap meledak setiap saat jika semua pemimpin Irak tidak terlibat langsung untuk menarik negara itu keluar dari kekacauan ini," tambahnya.
Pernyataan serupa juga disampaikan Menteri Luar Negeri Irak, Hoshyar Zebari. "Jika tidak ada kesepakatan politik, maka akan mempengaruhi keamanan dan tidak akan ada situasi keamanan yang stabil,” ujarnya.
Analis dan diplomat sering menghubungkan stabilitas politik di Irak dengan tingkat kekerasan, dengan alasan bahwa militan memanfaatkan perselisihan politik untuk mendapatkan dukungan guna kegiatan mereka di lapangan.
(esn)