Turki akan tetap buka pintu bagi pengungsi Suriah
A
A
A
Sindonews.com – Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu menegaskan kembali sikap negaranya terhadap pengungsi Suriah. Menurutnya, pintu Turki tetap terbuka bagi para pengungsi Suriah.
"Jika semua saudara Suriah datang kepada kami dan meminta makanan, kami akan mendukung mereka tanpa batasan apapun. Melalui Suriah, Turki akan membangun hubungan baru dengan dunia Arab," kata Davutoglu di Forum Ekonomi Turki-Arab, Jumat (5/4/2013).
Davutoglu menyatakan, bahwa Turki akan mendukung oposisi Suriah untuk membuka kedutaan di Ankara, seperti halnya Qatar yang mengizinkan pembukaan kedutaan oposisi Suriah di Kota Doha pada akhir Maret lalu.
Menurut Davutoglu, Turki dan Arab berbagi latar belakang budaya yang sama dan warisan peradaban. "Wilayah ini digunakan untuk dibagi menjadi zona kolonial. Namun, sekarang saatnya bagi kita untuk mengakhiri pemisahan ini, mari datang bersama-sama dan mendefinisikan pendekatan geografis baru. Kami ingin memaksimalkan integrasi ekonomi dengan negara-negara Arab," katanya.
Selain Turki, pengungsi Suriah juga banyak yang melarikan diri ke Yordania dan Libanon. Menurut angka resmi, saat ini ada sekitar 500 ribu warga Suriah yang melarikan diri ke Yordania.
Hingga kini, perang saudara di Suriah masih terus menelan korban jiwa. Maret adalah bulan paling berdarah sepanjang dua tahun berlangsungnya perang saudara di Suriah. Dilaporkan, lebih dari 6.000 orang tewas selama Maret 2013 dan sepertiga dari mereka adalah warga sipil. Demikian dilaporkan oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
"Jika semua saudara Suriah datang kepada kami dan meminta makanan, kami akan mendukung mereka tanpa batasan apapun. Melalui Suriah, Turki akan membangun hubungan baru dengan dunia Arab," kata Davutoglu di Forum Ekonomi Turki-Arab, Jumat (5/4/2013).
Davutoglu menyatakan, bahwa Turki akan mendukung oposisi Suriah untuk membuka kedutaan di Ankara, seperti halnya Qatar yang mengizinkan pembukaan kedutaan oposisi Suriah di Kota Doha pada akhir Maret lalu.
Menurut Davutoglu, Turki dan Arab berbagi latar belakang budaya yang sama dan warisan peradaban. "Wilayah ini digunakan untuk dibagi menjadi zona kolonial. Namun, sekarang saatnya bagi kita untuk mengakhiri pemisahan ini, mari datang bersama-sama dan mendefinisikan pendekatan geografis baru. Kami ingin memaksimalkan integrasi ekonomi dengan negara-negara Arab," katanya.
Selain Turki, pengungsi Suriah juga banyak yang melarikan diri ke Yordania dan Libanon. Menurut angka resmi, saat ini ada sekitar 500 ribu warga Suriah yang melarikan diri ke Yordania.
Hingga kini, perang saudara di Suriah masih terus menelan korban jiwa. Maret adalah bulan paling berdarah sepanjang dua tahun berlangsungnya perang saudara di Suriah. Dilaporkan, lebih dari 6.000 orang tewas selama Maret 2013 dan sepertiga dari mereka adalah warga sipil. Demikian dilaporkan oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
(esn)