Indonesia harus manfaatkan peluang

Minggu, 10 Februari 2013 - 11:58 WIB
Indonesia harus manfaatkan...
Indonesia harus manfaatkan peluang
A A A
Sindonews.com - Indonesia memiliki peranan yang sangat sentral ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengubah orientasi kebijakan luar negerinya dari Timur Tengah ke Asia-Pasifik.

Indonesia sebagai negara besar dan strategi sangat dilirik AS untuk menjadi mitra utama dalam mengembangkan pengaruh dan kekuasaannya, terutama dalam bidang militer dan pertahanan. Namun, apa yang harus didapatkan Jakarta dari fokus Asia Pasifik Washington itu? Menurut pengamat politik hubungan luar negeri dari Universitas Paramadina, Dinna Wisnu, pivot to Asia (perubahan kebijakan AS ke Asia) sebenarnya menguntungkan Indonesia, tetapi Indonesia harus tetap kritis.

Karena AS ingin sungguh hadir (atau tetap) hadir di Asia,Washington bersedia menjadi mitra kerja sama dalam beragam dimensi kegiatan dengan Jakarta. Jika AS dulu lebih mengutamakan pembentukan pakta kerja sama atau pembentukan sekutu baru untuk memblok kekuatan besar baru seperti yang sekarang muncul dari Timur yakni China,sekarang kita menyaksikan pendekatan yang lebih ”friendly”dan memudahkan Indonesia untuk bermanuver secara politik.

“Dengan kata lain,pintu dialog mungkin jauh lebih terbuka ketimbang waktu sebelumnya,” papar Dinna kepada SINDO. Lebih lanjut menurut Dinna, Indonesia tetap bisa mempertahankan prinsip politik luar negeri calculative-pragmatism( kalkulatif-pragmatis) untuk memanfaatkan ruang kerja sama yang dibuka lebih besar oleh AS.Secara politik,dijelaskan Dinna, calculative-pragmatismini menguntungkan Indonesia.

Dengan sikap AS saat ini, China yang gelisah terhadap AS juga akan meningkatkan daya tawarnya dengan cara lebih mendengarkan Indonesia juga. Indonesia tentu melihat sendiri bahwa China sebenarnya mengalami kegelisahan yang luar biasa jika Indonesia tidak memperhatikannya. “Indonesia adalah barometer untuk menjaga kestabilan Asia Tenggara,”ujar Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy ini.

Nah, bagaimana dengan dampak orientasi AS ke Asia- Pasifik terhadap peningkatan kerja sama militer Indonesia dan AS? Dinna memaparkan kerja sama militer AS dengan Indonesia perlu dipandang secara hati-hati karena dimensinya yang kompleks dan menimbulkan polemik di dalam dan luar negeri. “Di satu sisi, kehadiran militer di AS tidak terlalu luar biasa karena memang AS selalu memandang penting urusan penjagaan pertahanan demi akses ekonomi yang lancar dan aman, apalagi karena Indonesia merupakan wilayah yang penting secara geostrategis, geoekonomi, dan geopolitik,” ungkapnya.

Menurut Dinna,yang menarik adalah karena kerja sama militer itu terjadi ketika ada kegelisahan dari negara-negara lain terkait persepsi akan menurunnya hegemoni (kepemimpinan) AS dalam politik ekonomi global. Apalagi ada kasus Laut China Selatan yang memunculkan kesan terjadi kontestasi senjata. “Jangan lupa bahwa kegiatan kerja sama militer AS-Indonesia cukup banyak yang terfokus ke urusan maritim.

Cukup banyak kegiatan kerja sama militer ini karena terkait upaya mengatasi kriminalitas yang masuk lewat jalur laut (seperti human dan drug trafficking), kegiatan terorisme, dan upaya mengatasi bencana alam besar,” tuturnya. Apalagi, Indonesia tidak berniat untuk masuk menjadi aliansi AS.Hingga saat ini tidak sama sekali dan tidak ada indikasi ke arah sana dalam berbagai diskusi yang saya temui. Tanggapan Indonesia terhadap pivot to Asia sebenarnya cukup tepat yakni dengan menanggapinya secara positif.

“Ada pekerjaan rumahnya sekarang ada dua.Pertama,Indonesia harus membuat pivot juga ke negara lain supaya kita tidak terjebak pada pusaran ketegangan AS dengan China (dan juga Jepang yang sekutu AS itu dengan China). Kita perlu mewujudkan kerja sama strategis militer juga dengan China dan India. Kedua, peluang kerja sama militer dari AS sebenarnya sangat baik untuk memperbaiki standar penjagaan perbatasan, kualitas SDM, dan melengkapi teknologi maritim kita.

Pemerintah perlu bergerak cepat mengambil kesempatan ini,” papar Dinna. Sementara itu, dalam pandangan pakar hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Hariyadi Wiryawan, Indonesia harus mengambil untung secara nyata dalam kebijakan AS yang berorientasi ke Asia.“Indonesia jangan hanya diminta untuk bertanggung jawab mengenai keamanan semata,tetapi harus ada imbal balik yang jelas dan menguntungkan,” katanya.

Seperti apa imbalan nyatanya? Hariyadi menjelaskan, Indonesia harus mendapatkan bantuan pertahanan untuk memperkuat militer. “Jika Indonesia membeli peralatan militer, bukan dengan harga pasar, melainkan mendapatkan harga khusus,”tuturnya. Posisi Indonesia,dalam pandangan Hariyadi, sangat menguntungkan dalam perubahan orientasi kebijakan luar negeri AS.Dengan posisi yang menguntungkan tersebut, Indonesia juga harus dapat mengambil keuntungan yang nyata.

Apalagi, Indonesia memiliki potensi yang cukup kuat dan strategi pertahanan yang terarah. Tapi, menurut Hariyadi, Indonesia juga harus berhatihati dalam mengembangkan kerja sama pertahanan dengan AS. China juga ikut mempelajari permainan diplomasi AS di Indonesia. Apalagi,China juga bakal meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang. “Untuk itu, perlunya integrasi kebijakan antara Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan dalam kerja sama militer,” katanya.

Dalam pandangan Panglima Komando Pasukan Pasifik Militer AS Laksamana Samuel J Locklear III, Indonesia menjadi penting bagi AS sebagai negara demokratis dengan ekonomi yang berkembang pesat dan militer yang kuat. “Indonesia juga aktif dalam forum-forum internasional seperti G-20 dan ASEAN,” papar dia dalam acara diskusi terbuka di Jakarta,Jumat (8/2). Sejak 2005, Locklear mencatat kerja sama militer AS dan Indonesia terus mengalami peningkatan pesat dengan disepakatinya berbagai kesepakatan kerja sama yang komprehensif. “Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan militer Indonesia.

Indonesia adalah negara kepulauan yang besar.Kami pun seringkali berbagi informasi tentang masalah maritim dengan Angkatan Laut Indonesia,” ujar Locklear. Lebih lanjut, Indonesia menjadi bagian penting bagi kebijakan pivot to Asia ini karena lokasinya yang berada di Asia-Pasifik.Bagi AS,Pasifik adalah bagian yang sangat penting untuk menjalankan berbagai macam strategi dan kebijakan mereka.

Apalagi, kawasan ini memiliki dua dari tiga perekonomian terbesar di dunia dan 7 dari 10 negara terkecil di dunia.“Saya kian kagum dengan beragamnya kompleksitas yang ada di kawasan ini,” ujar dia. “Kawasan ini memiliki keragaman sosial, budaya, ekonomi dan geopolitik yang luar biasa.” Kompleksitas inilah yang membuat AS tertarik untuk berperan serta aktif dalam menjaga kestabilan wilayah dan mengembangkan banyak kerja sama dengan berbagai negara di kawasan.

Terlebih, akhir-akhir ini kawasan tersebut sedang menghadapi berbagai konflik yang mengancam keamanan dan perdamaian. Dalam pandangan Locklear, kawasan Pasifik adalah kawasan strategis. Dari sisi ekonomi,kawasan ini memiliki 9 dari 10 pelabuhan terbesar di dunia. Jalur-jalur ini adalah jalur laut paling sibuk yang mampu menghasilkan lebih dari USD8 triliun.“Perdagangan di kawasan ini melibatkan setengah dari total kargo kontainer di dunia dan 70% dari kapal-kapal tanker melintasi kawasan Pasifik ini tiap hari,” ujar Locklear.

AS juga menganggap Asia Pasifik sebagai kawasan yang paling banyak dilengkapi kekuatan militer dengan 7 dari 10 kekuatan militer terbesar di dunia berada di kawasan tersebut, termasuk yang terbesar dan termutakhir.Selain itu,kawasan ini juga banyak dihuni negara berkekuatan nuklir di dunia. Setidaknya ada lima negara berkekuatan atom berada di Asia Pasifik.“Semua aspek itu, bila dikumpulkan, menghasilkan suatu kompleksitas strategis yang unik,” papar Locklear.
(esn)
Berita Terkait
Tetap Bangga, Suporter...
Tetap Bangga, Suporter Lantunkan Nyanyian Terima Kasih untuk Timnas Indonesia U-23
Viral ! Suporter Timnas...
Viral ! Suporter Timnas Indonesia U-23 Salat Berjamaah Sebelum Lawan Australia
Indonesia jadi Tuan...
Indonesia jadi Tuan Rumah Forum Indonesia-Afrika
Omicron Masuk Indonesia,...
Omicron Masuk Indonesia, Ini Kata Epidemiolog Universitas Indonesia
Lezatnya Aneka Kuliner...
Lezatnya Aneka Kuliner Jawa di Event Warisan Budaya Indonesia
Jokowi Janji ke Timnas...
Jokowi Janji ke Timnas RI untuk Buatkan Training Center
Berita Terkini
3 Negara yang Tak Hadiri...
3 Negara yang Tak Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Mana Saja Itu?
1 jam yang lalu
Jenderal Rusia Tewas...
Jenderal Rusia Tewas dalam Ledakan Bom Mobil, Kremlin Tebar Ancaman
2 jam yang lalu
Dunia Tak Baik-baik...
Dunia Tak Baik-baik Saja, Diplomasi Spontan Menggema pada Pemakaman Paus Fransiskus
2 jam yang lalu
Dokumen CIA 1993 Prediksi...
Dokumen CIA 1993 Prediksi Siapa Pemenang dalam Perang India dan Pakistan
3 jam yang lalu
3 Dendam Israel ke Paus...
3 Dendam Israel ke Paus Fransiskus, hingga Enggan Mengirim Pejabat Senior ke Pemakaman
3 jam yang lalu
Trump Ingatkan Netanyahu:...
Trump Ingatkan Netanyahu: Baik-baiklah kepada Warga Gaza yang Menderita
4 jam yang lalu
Infografis
9 Negara Asia Lolos...
9 Negara Asia Lolos Piala Dunia U-17 2025, Indonesia Wakil ASEAN
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved