China tingkatkan modernisasi pertanian
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Perdana Menteri China, Li Keqiang mengatakan urbanisasi yang terjadi di China harus memberikan keuntungan pada modernisasi pertanian. Sebab, dua hal tersebut bersifat saling melengkapi satu sama lain.
"Urbanisasi menjanjikan sebuah potensi terbesar bagi kebutuhan domestik, sementara modernisasi pertanian merupakan sebuah fondasi penting bagi penunjang pertumbuhan ekonomi dan sosial," ungkap Keqiang saat memimpin rapat Akademi Administrasi Gandum Negara (ASAG) seperti dilansir dalam Xinhua, Rabu (16/1/2013).
Keqiang mengatakan setiap solusi atas masalah pangan dan biji-bijian harus didasarakan pada sebuah masalah yang lebih besar. Data resmi menunjukkan produksi biji-bijian China pada 2012 naik 3,2 persen dari 2011 menjadi 589 juta ton. Namun, negara menghadapi pengetatan pasokan gandum di tengah meningkatnya permintaan didorong oleh pertumbuhan penduduk.
Hal yang harus disoroti dalam urbanisasi adalah membuat petani terintegrasi dengan kota, bukan hanya dalam rangka membangun kota. "Di masa depan, konsumsi gandum akan terus meningkat. Tidak ada satupun pihak yang dapat menyediakan makan untuk lebih dari 1 miliar orang, kita hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk menyediakan hal tersebut," ungkap Keqiang
Keqiang mengingatkan harga gandum global terus merangkak naik dan akan terus berlanjut kedepannya. Sementara itu, kebutuhan dan ketersediaan pangan bersaing kuat karena hasil panen masih sangat bergantung pada iklim. Oleh karena itu, lembaga pertanian China terutama lembaga gandum, tidak boleh santai menghadapi kenyataan tersebut.
Keqiang menuturkan reformasi China berawal 30 tahun yang lalu dari pedesaan. Sampai saat ini, China masih akan bergantung pada reformasi dan inovasi untuk menjaga, mempromosikan empat modernisasi China, serta mengelola lumbung pangan negara.
Seperti diketahui, pada 1960-an China untuk pertama kalinya mengajukan empat modernisasi, yakni industrialisasi, informatisasi, urbanisasi dan modernisasi pertanian. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk mendorong perusahaan lebih industri dan komersial untuk berinvestasi di sektor pertanian.
"Urbanisasi menjanjikan sebuah potensi terbesar bagi kebutuhan domestik, sementara modernisasi pertanian merupakan sebuah fondasi penting bagi penunjang pertumbuhan ekonomi dan sosial," ungkap Keqiang saat memimpin rapat Akademi Administrasi Gandum Negara (ASAG) seperti dilansir dalam Xinhua, Rabu (16/1/2013).
Keqiang mengatakan setiap solusi atas masalah pangan dan biji-bijian harus didasarakan pada sebuah masalah yang lebih besar. Data resmi menunjukkan produksi biji-bijian China pada 2012 naik 3,2 persen dari 2011 menjadi 589 juta ton. Namun, negara menghadapi pengetatan pasokan gandum di tengah meningkatnya permintaan didorong oleh pertumbuhan penduduk.
Hal yang harus disoroti dalam urbanisasi adalah membuat petani terintegrasi dengan kota, bukan hanya dalam rangka membangun kota. "Di masa depan, konsumsi gandum akan terus meningkat. Tidak ada satupun pihak yang dapat menyediakan makan untuk lebih dari 1 miliar orang, kita hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk menyediakan hal tersebut," ungkap Keqiang
Keqiang mengingatkan harga gandum global terus merangkak naik dan akan terus berlanjut kedepannya. Sementara itu, kebutuhan dan ketersediaan pangan bersaing kuat karena hasil panen masih sangat bergantung pada iklim. Oleh karena itu, lembaga pertanian China terutama lembaga gandum, tidak boleh santai menghadapi kenyataan tersebut.
Keqiang menuturkan reformasi China berawal 30 tahun yang lalu dari pedesaan. Sampai saat ini, China masih akan bergantung pada reformasi dan inovasi untuk menjaga, mempromosikan empat modernisasi China, serta mengelola lumbung pangan negara.
Seperti diketahui, pada 1960-an China untuk pertama kalinya mengajukan empat modernisasi, yakni industrialisasi, informatisasi, urbanisasi dan modernisasi pertanian. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk mendorong perusahaan lebih industri dan komersial untuk berinvestasi di sektor pertanian.
(esn)