Supir pengangkut suplai NATO di Afghanistan gelar aksi mogok
A
A
A
Sindonews.com – Para supir truk yang mengangkut pasokan bagi tentara NATO di daerah-daerah terpencil di Afghanistan, melakukan aksi mogok. Selama 6 hari terakhir, Asosiasi Transportasi Pakistan telah resmi memblokir sekitar 4.000 kendaraan yang membawa pasokan untuk dan dari pasukan koalisi di Afghanistan.
Para sopir truk memprotes terhadap sistem baru yang diterapkan pemerintah, yang mengharuskan pengemudi truk untuk untuk bergabung dengan perusahaan, sebelum mengangkut pasokan bagi NATO. Sistem ini sendiri dirancang untuk mengurangi pencurian pasokan barang bagi pasukan NATO.
Para supir mengaku, bahwa sistem baru ini akan merugikan bisnis mereka. Para supir ini juga mengaku akan terus melakukan aksi mogok, sebelum tuntutan mereka dipenuhi. "Kami akan terus melakukan pemogokan, selama tuntutan kami tidak dipenuhi,” kata salah satu supir truk, Abdul Ghafaaz Niazi, Rabu (9/1/2013), seperti dikutip dari Reuters.
Menurut para supir, banyak pejabat transportasi di Pakistan yang korup. “Kami tidak akan mendengarkan para pejabat itu. Mereka akan kehilangan miliaran rupee setiap hari akibat aksi pemogokan ini,” lanjut Ghafaaz.
Syed Ahmed Shams Burney, Ketua Berikat Transportasi Pakistan mengatakan, tuntutan para supir sulit untuk dipenuhi. "Sistem ini dibuat untuk meminimalkan dan mengakhiri pencurian. Tapi, para supir ingin bebas dari itu semua, jelas ini tidak mungkin,” kata Burney.
Pada 2011, Pakistan sempat melarang truk pembawa suplai bagi pasukan NATO di Afghanistan untuk melintasi Pakistan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap serangan udara lintas batas NATO yang secara tidak sengaja menewaskan 24 Tentara Pakistan.
Larangan selama tujuh bulan itu memaksa Amerika Serikat untuk mengandalkan rute utara, melalui Asia Tengah dan Rusia. Selain lebih jauh, rute ini juga lebih mahal. Blokade itu dicabut setelah Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton meminta maaf atas kerugian yang diderita oleh Militer Pakistan dalam serangan NATO.
Para sopir truk memprotes terhadap sistem baru yang diterapkan pemerintah, yang mengharuskan pengemudi truk untuk untuk bergabung dengan perusahaan, sebelum mengangkut pasokan bagi NATO. Sistem ini sendiri dirancang untuk mengurangi pencurian pasokan barang bagi pasukan NATO.
Para supir mengaku, bahwa sistem baru ini akan merugikan bisnis mereka. Para supir ini juga mengaku akan terus melakukan aksi mogok, sebelum tuntutan mereka dipenuhi. "Kami akan terus melakukan pemogokan, selama tuntutan kami tidak dipenuhi,” kata salah satu supir truk, Abdul Ghafaaz Niazi, Rabu (9/1/2013), seperti dikutip dari Reuters.
Menurut para supir, banyak pejabat transportasi di Pakistan yang korup. “Kami tidak akan mendengarkan para pejabat itu. Mereka akan kehilangan miliaran rupee setiap hari akibat aksi pemogokan ini,” lanjut Ghafaaz.
Syed Ahmed Shams Burney, Ketua Berikat Transportasi Pakistan mengatakan, tuntutan para supir sulit untuk dipenuhi. "Sistem ini dibuat untuk meminimalkan dan mengakhiri pencurian. Tapi, para supir ingin bebas dari itu semua, jelas ini tidak mungkin,” kata Burney.
Pada 2011, Pakistan sempat melarang truk pembawa suplai bagi pasukan NATO di Afghanistan untuk melintasi Pakistan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap serangan udara lintas batas NATO yang secara tidak sengaja menewaskan 24 Tentara Pakistan.
Larangan selama tujuh bulan itu memaksa Amerika Serikat untuk mengandalkan rute utara, melalui Asia Tengah dan Rusia. Selain lebih jauh, rute ini juga lebih mahal. Blokade itu dicabut setelah Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton meminta maaf atas kerugian yang diderita oleh Militer Pakistan dalam serangan NATO.
(esn)