Akibat perang, pengelola pelabuhan kontainer Suriah tarik diri
A
A
A
Sindonews.com – International Container Terminal Services (ICTS), sebuah perusahaan operator pelabuhan kontainer Tartous, di Suriah, menarik diri dari penjanjian untuk mengelola pelabuhan itu. Tak ada tanda-tanda akan berakhirnya perang sudara di Suriah yang sudah belangsung 21 bulan, jadi alasan utama ICTS menarik diri dari perjanjian.
Pada 2007 silam, perusahaan yang berbasis di Filipina itu meneken perjanjian selama 10 tahun untuk mengelola pelabuhan kontainer Tartous. Selama ini, Tartous adalah pintu masuk bagi beragam kebutuhan warga Suriah.
ICTS mengaku telah menarik seluruh karyawan berkewarganegaraan Filipina yang dari Suriah. "Meningkatnya tensi perang sipil di Suriah telah meningkatkan resiko kematian dan kehancuran. ICTS telah mengumumkan untuk menarik diri dari bisnis di Suriah akibat perang saudara. Kondisi ini tidak bisa dipertahankan dan berbahaya bagi lingkungan bisnis,” sebut sebuah pernyataan ICTS, Kamis (3/1/2013).
Menurut ICTS, krisis di Suriah telah berdampak negatif untuk pertumbuhan volume kontainer. “Penurunan ini telah membuat pasar kontainer di Suriah kembali pada era lima tahun lalu, tepatnya pada 2006-2007,” lanjut pernyataan ICTS.
Hingga kini, pertikaian bersenjata antara kaum pemberontak dengan pasukan yang setia pada rezim Presiden Bashar al-Assad masih terus berlangsung. Belum ada tanda-tanda konflik ini akan berakhir, meski sejumlah pihak telah mengupayakan perdamaian di Suriah.
Pada 2007 silam, perusahaan yang berbasis di Filipina itu meneken perjanjian selama 10 tahun untuk mengelola pelabuhan kontainer Tartous. Selama ini, Tartous adalah pintu masuk bagi beragam kebutuhan warga Suriah.
ICTS mengaku telah menarik seluruh karyawan berkewarganegaraan Filipina yang dari Suriah. "Meningkatnya tensi perang sipil di Suriah telah meningkatkan resiko kematian dan kehancuran. ICTS telah mengumumkan untuk menarik diri dari bisnis di Suriah akibat perang saudara. Kondisi ini tidak bisa dipertahankan dan berbahaya bagi lingkungan bisnis,” sebut sebuah pernyataan ICTS, Kamis (3/1/2013).
Menurut ICTS, krisis di Suriah telah berdampak negatif untuk pertumbuhan volume kontainer. “Penurunan ini telah membuat pasar kontainer di Suriah kembali pada era lima tahun lalu, tepatnya pada 2006-2007,” lanjut pernyataan ICTS.
Hingga kini, pertikaian bersenjata antara kaum pemberontak dengan pasukan yang setia pada rezim Presiden Bashar al-Assad masih terus berlangsung. Belum ada tanda-tanda konflik ini akan berakhir, meski sejumlah pihak telah mengupayakan perdamaian di Suriah.
(esn)