Vladimir Putin roadshow ke Timur Tengah
A
A
A
Sindonews.com-Presiden Rusia Vladimir Putin akan memulai turnya ke Timur Tengah pada hari ini. Selama dua hari kunjungannya, Putin akan membahas hubungan bilateral serta masalah internasional, termasuk penyelesaian Palestina-Israel, situasi di Suriah, dan program nuklir Iran.
Dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel, diskusi akan dihadiri para pemimpin Israel, Pemerintah Otonomi Nasional Palestina, dan Yordania.
"Pada kunjungan kenegaraan ke Timur Tengah, Presiden Rusia akan menekankan pentingnya hubungan antar negara terhadap sistem prioritas kebijakan luar negeri Rusia," imbuh Asisten Presiden Yury Ushakov seperti dikutip RIA Novosti, Senin (25/6/2012).
Sesaat sebelum kunjungan, Ushakov menyampaikan kepada wartawan, diskusi ini diagendakan agar Pesiden Putin dapat memberikan kontribusi lebih untuk memperkuat posisi Rusia di seluruh bagian dunia.
Presiden Putin menyatakan, krisis di Suriah harus diselesaikan dengan cara konstitusional. "Tidak ada yang berhak memutuskan untuk menguasai ataupun menghapus bangsa lain. Sebuah perubahan kekuasaan hanya bisa terjadi dengan cara konstitusional, sehingga menghasilkan perdamaian dan menghentikan pertumpahan darah," kata dia.
Menurut Putin, untuk mencapai perdamaian, seluruh negara perlu bekerja maksimal. Dengan begitu, semua pihak yang sedang berkonflik akan menghentikan pertumpahan darah, duduk di meja perundingan dan menyepakati bagaimana mereka hidup bersama, serta bagaimana kepentingan dan keamanan orang yang terlibat dalam konflik dapat terjamin.
"Penyelesaian perselisihan harus segera dilakukan, tidak seperti di beberapa negara Afrika Utara, dimana konflik pertumpahan darah terus terjadi, walaupun telah ada perubahan rezim," kata Putin.
Meskipun Rusia berbeda posisi dengan negara-negara Barat terhadap masalah ini, tetapi Rusia siap bekerja sama untuk menghentikan pihak yang bertikai, hingga akhirnya mencapai kesepakatan bagaimana hidup berdampingan secara damai.
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 10.000 orang yang mayoritas warga sipil, telah tewas di Suriah. Selain itu, puluhan ribu orang mengungsi sejak pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad dimulai sekitar 16 bulan yang lalu. (rik)
Dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel, diskusi akan dihadiri para pemimpin Israel, Pemerintah Otonomi Nasional Palestina, dan Yordania.
"Pada kunjungan kenegaraan ke Timur Tengah, Presiden Rusia akan menekankan pentingnya hubungan antar negara terhadap sistem prioritas kebijakan luar negeri Rusia," imbuh Asisten Presiden Yury Ushakov seperti dikutip RIA Novosti, Senin (25/6/2012).
Sesaat sebelum kunjungan, Ushakov menyampaikan kepada wartawan, diskusi ini diagendakan agar Pesiden Putin dapat memberikan kontribusi lebih untuk memperkuat posisi Rusia di seluruh bagian dunia.
Presiden Putin menyatakan, krisis di Suriah harus diselesaikan dengan cara konstitusional. "Tidak ada yang berhak memutuskan untuk menguasai ataupun menghapus bangsa lain. Sebuah perubahan kekuasaan hanya bisa terjadi dengan cara konstitusional, sehingga menghasilkan perdamaian dan menghentikan pertumpahan darah," kata dia.
Menurut Putin, untuk mencapai perdamaian, seluruh negara perlu bekerja maksimal. Dengan begitu, semua pihak yang sedang berkonflik akan menghentikan pertumpahan darah, duduk di meja perundingan dan menyepakati bagaimana mereka hidup bersama, serta bagaimana kepentingan dan keamanan orang yang terlibat dalam konflik dapat terjamin.
"Penyelesaian perselisihan harus segera dilakukan, tidak seperti di beberapa negara Afrika Utara, dimana konflik pertumpahan darah terus terjadi, walaupun telah ada perubahan rezim," kata Putin.
Meskipun Rusia berbeda posisi dengan negara-negara Barat terhadap masalah ini, tetapi Rusia siap bekerja sama untuk menghentikan pihak yang bertikai, hingga akhirnya mencapai kesepakatan bagaimana hidup berdampingan secara damai.
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 10.000 orang yang mayoritas warga sipil, telah tewas di Suriah. Selain itu, puluhan ribu orang mengungsi sejak pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad dimulai sekitar 16 bulan yang lalu. (rik)
()