Fokus GCTF pada akar permasalahan terorisme
A
A
A
Sindonews.com – Menteri Luar Negeri Indonesia, Menlu Marty M. Natalegawa mengatakan ancaman terorisme global masih akan terus menjadi tantangan global, penyelesaianya tidak akan tuntas tanpa sinergi di tingkat nasional, regional, dan global.
Dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri Global Counter Terrorism Forum (GCTF) Second Coordinating Committee di Istanbul, Turki, Marty mengatakan GCTF harus menjadi forum yang dapat mensinergikan seluruh upaya baik di tingkat nasional, regional maupun global.
“ Fokus dan rencana kerja GCTF harus ditekankan pada akar permasalahan terorisme dan menghilangkan kondisi yang mendukung aksi terorisme tumbuh menjadi produktif,” ungkap Marty seperti dikutip dalam Fasmed Kemenlu RI, Kamis (7/6/2012).
Beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam pertemuan GCTF kali ini untuk mengukur kemajuan yang telah dicapai sejak pertama kali diluncurkan di New York, September 2011. Kembali menegaskan arti penting peningkatan kapasitas negara dalam mengatasi tantangan terorisme global secara komprehensif termasuk ancaman radikalisme dan ektrimisme.
“Langkah kongkrit untuk mengatasi aksi terorisme melalui upaya global adalah mengatasi kemiskinan, masalah sosial, dan ketidak adilan global.Memenangkan hati dan pemikiran adalah upaya yang paling cerdas dalam mengatasi terorisme, radikalisme dan ektrimisme”, tukasnya.
GCTF direncanakan akan menghasilkan beberapa komitmen termasuk rencana pendirian suatu justice and civilian security training academy (JACSTA) yang pertama di dunia. Kegiatan JACSTA akan difokuskan pada kegiatan-kegiatan capacity-building, pelatihan dan kegiatan lain yang merupakan implementasi darigood practice Criminal Justice/Rule of Law Working Group.
Pertemuan GCTF dihadiri oleh lebih dari 80 peserta dari 28 negara yang terdiri dari anggota GCTF dan negara-negara Asia Tenggara, termasuk negara anggotaASEAN, serta wakil dari organisasi internasional dan regional.
Dalam pertemuan kali ini, Indonesia dinilai memiliki kepemimpinan dalam penanggulangan terorisme di kawasan dan memiliki pengalaman dalam penanggulangan terorisme. Oleh karena itu, Indonesia dan Australia merupakan Co-Chairs South-East Asia Working Group.
Dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri Global Counter Terrorism Forum (GCTF) Second Coordinating Committee di Istanbul, Turki, Marty mengatakan GCTF harus menjadi forum yang dapat mensinergikan seluruh upaya baik di tingkat nasional, regional maupun global.
“ Fokus dan rencana kerja GCTF harus ditekankan pada akar permasalahan terorisme dan menghilangkan kondisi yang mendukung aksi terorisme tumbuh menjadi produktif,” ungkap Marty seperti dikutip dalam Fasmed Kemenlu RI, Kamis (7/6/2012).
Beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam pertemuan GCTF kali ini untuk mengukur kemajuan yang telah dicapai sejak pertama kali diluncurkan di New York, September 2011. Kembali menegaskan arti penting peningkatan kapasitas negara dalam mengatasi tantangan terorisme global secara komprehensif termasuk ancaman radikalisme dan ektrimisme.
“Langkah kongkrit untuk mengatasi aksi terorisme melalui upaya global adalah mengatasi kemiskinan, masalah sosial, dan ketidak adilan global.Memenangkan hati dan pemikiran adalah upaya yang paling cerdas dalam mengatasi terorisme, radikalisme dan ektrimisme”, tukasnya.
GCTF direncanakan akan menghasilkan beberapa komitmen termasuk rencana pendirian suatu justice and civilian security training academy (JACSTA) yang pertama di dunia. Kegiatan JACSTA akan difokuskan pada kegiatan-kegiatan capacity-building, pelatihan dan kegiatan lain yang merupakan implementasi darigood practice Criminal Justice/Rule of Law Working Group.
Pertemuan GCTF dihadiri oleh lebih dari 80 peserta dari 28 negara yang terdiri dari anggota GCTF dan negara-negara Asia Tenggara, termasuk negara anggotaASEAN, serta wakil dari organisasi internasional dan regional.
Dalam pertemuan kali ini, Indonesia dinilai memiliki kepemimpinan dalam penanggulangan terorisme di kawasan dan memiliki pengalaman dalam penanggulangan terorisme. Oleh karena itu, Indonesia dan Australia merupakan Co-Chairs South-East Asia Working Group.
()