UE akan jatuhkan sanksi baru bagi Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Penyelesaian konflik yang berjalan alot membuat Uni Eropa (UE) sepakat mengeluarkan sanksi baru bagi Suriah.
"Kami benar benar terkejut dengan aksi kekerasan yang telah terjadi di Suriah. Kekerasan memang telah berkurang, namun hal itu tidak cukup. Dan kini kami sedang menyusun sanksi baru dan juga berbagai pelarangan bagi Suriah” ungkap Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Catherine Ashton seperti di beritakan dalam Ria Novosti, Rabu (18/4/2012)
Sejauh ini, Suriah telah dijatuhi 12 sanksi, seperti larangan terbang, pembekuan aset milik Presiden Bashar Al-Assad, istrinya Asma Al-Assad, ibu dan juga sejumlah pejabat senior Suriah. UE juga melarang penjualan senjata dan peralatan telekomunikasi, pembetasan aktifitas perbangkan dan jasa keuangan serta larangan impor minyak Suriah.
Sanksi yang di jatuhkan oleh Uni Eropa juga memengaruhi 150 pejabat Suriah, perusahaan dan juga organisasi yang berada dekat dengan lingkaran Presiden Assad. Berdasarkan data yang di peroleh dari PBB, sejauh ini lebih dari 9.000 orang tewas menjadi korban aksi kekerasan antara pasukan pemerintah dan kelompok pemberontak.
"Kami benar benar terkejut dengan aksi kekerasan yang telah terjadi di Suriah. Kekerasan memang telah berkurang, namun hal itu tidak cukup. Dan kini kami sedang menyusun sanksi baru dan juga berbagai pelarangan bagi Suriah” ungkap Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Catherine Ashton seperti di beritakan dalam Ria Novosti, Rabu (18/4/2012)
Sejauh ini, Suriah telah dijatuhi 12 sanksi, seperti larangan terbang, pembekuan aset milik Presiden Bashar Al-Assad, istrinya Asma Al-Assad, ibu dan juga sejumlah pejabat senior Suriah. UE juga melarang penjualan senjata dan peralatan telekomunikasi, pembetasan aktifitas perbangkan dan jasa keuangan serta larangan impor minyak Suriah.
Sanksi yang di jatuhkan oleh Uni Eropa juga memengaruhi 150 pejabat Suriah, perusahaan dan juga organisasi yang berada dekat dengan lingkaran Presiden Assad. Berdasarkan data yang di peroleh dari PBB, sejauh ini lebih dari 9.000 orang tewas menjadi korban aksi kekerasan antara pasukan pemerintah dan kelompok pemberontak.
()