AS sambut undangan pantauan nuklir Korut
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyambut baik undangan Korea Utara (Korut) kepada ahli nuklir PBB, The International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk kembali melakukan pemantauan program nuklirnya. Pada saat yang bersamaan AS tetap menentang rencana Korut untuk melakukan peluncuran satelit.
"Jelas, pasti ada keuntungan dari setiap kesempatan yang diperoleh IAEA dalam kesempatan ini, namun undangan tersebut tidak akan merubah pertimbangan kami rencana peluncuran satelit merupakan sebuah pelanggaran. Tidak hanya kewajiban Korut terhadap PBB, namun juga komitmen mereka terhadap kami," ungkap Juru bicara Departemen AS, Victoria Nuland seperti dikutip dalam Ria novosti, Selasa (20/3/2012).
IAEA sendiri pernah mengalami perlakuan buruk dari Korut tiga tahun lalu. Badan atom internasional tersebut diusir saat memantau program nuklir negeri ginseng yang saat itu masih dipimpin Kim Jong-Il.
Di bawah kepeminpinan Kim Jong Un, Korut menunjukkan sikap yang sangat berbeda dengan ayahnya. Tiga bulan paska kematian Kim Jong-il, Korut membuat kesepakatan dengan AS untuk menghentikan program pengayaan uranium, serta uji coba rudal nuklir dan balistik sebagai imbalan untuk 240.000 ton bantuan pangan AS.
Namun Korut juga menunjukkan sikap yang tidak jelas, antara mau dan tidak bekerja sama dengan IAEA dalam pemantauan nanti. Karena bulan depan Korut akan meluncurkan sebuah satelit observasi untuk menandai ulang tahun ke-100 pendiri pemimpin Kim Il-sung.
Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB 1874, Korut dilarang melakukan peluncuran dengan mengunakan bantuan teknologi misil balistik. Sebelumnya, Korut juga telah mendapat kecaman internasional dan sanksi DK PBB pada tahun 2009 karena meluncurkan sebuah satelit.
Selain AS, Rusia dan China, negara anggota perundingan enam (Six party Talks) mendesak Pyongyang untuk menghentikan rencana peluncuran satelitnya.
"Jelas, pasti ada keuntungan dari setiap kesempatan yang diperoleh IAEA dalam kesempatan ini, namun undangan tersebut tidak akan merubah pertimbangan kami rencana peluncuran satelit merupakan sebuah pelanggaran. Tidak hanya kewajiban Korut terhadap PBB, namun juga komitmen mereka terhadap kami," ungkap Juru bicara Departemen AS, Victoria Nuland seperti dikutip dalam Ria novosti, Selasa (20/3/2012).
IAEA sendiri pernah mengalami perlakuan buruk dari Korut tiga tahun lalu. Badan atom internasional tersebut diusir saat memantau program nuklir negeri ginseng yang saat itu masih dipimpin Kim Jong-Il.
Di bawah kepeminpinan Kim Jong Un, Korut menunjukkan sikap yang sangat berbeda dengan ayahnya. Tiga bulan paska kematian Kim Jong-il, Korut membuat kesepakatan dengan AS untuk menghentikan program pengayaan uranium, serta uji coba rudal nuklir dan balistik sebagai imbalan untuk 240.000 ton bantuan pangan AS.
Namun Korut juga menunjukkan sikap yang tidak jelas, antara mau dan tidak bekerja sama dengan IAEA dalam pemantauan nanti. Karena bulan depan Korut akan meluncurkan sebuah satelit observasi untuk menandai ulang tahun ke-100 pendiri pemimpin Kim Il-sung.
Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB 1874, Korut dilarang melakukan peluncuran dengan mengunakan bantuan teknologi misil balistik. Sebelumnya, Korut juga telah mendapat kecaman internasional dan sanksi DK PBB pada tahun 2009 karena meluncurkan sebuah satelit.
Selain AS, Rusia dan China, negara anggota perundingan enam (Six party Talks) mendesak Pyongyang untuk menghentikan rencana peluncuran satelitnya.
()