Bom bunuh diri 26 tewas di Damaskus
A
A
A
Sindonews.com - Sedikitnya 26 orang tewas dalam aksi bom bunuh diri di pusat sejarah Midan, Kota Damaskus. Selain korban tewas, 63 orang diketahui luka-luka. Kementrian Luar Negeri Suriah mensinyalir aksi itu dilakukan oleh kelompok teroris.
Dalam serangan itu, pelaku menggunakan bahan peledak lebih kurang 10 kilogram. Pihak kementrian akan mencari siapa dalang dibalik aksi itu. Tangan besi akan digunakan untuk menghadapi orang yang berani mengacaukan keamanan bangsa.
Sementara itu, kelompok oposisi pimpinan Ihwanul Muslim, justru menyalahkan Presiden Suriah, Assad al Abass. Menurutnya, pemerintah berada di balik semua aksi pemboman, termasuk bom yang terjadi 23 Desember 2011 lalu. Pihaknya mendesak agar pasukan Arab dan Barat segera mengakhiri pertumpahan darah di Suriah.
"Rezim berkuasa harus bertanggung jawab penuh atas kejahatan ini," kata Ikhwanul, dikutip AFB Sabtu (7/1/2012).
Hal senada diungkapkan Dewan Nasional Suriah (SNC). Mereka mengatakan aksi pemboman memiliki hubungan jelas dengan ciri khas rezim pemerintah. SNC sendiri adalah payung yang melindungi kelompok oposisi.
SNC maupun Ikhwanul mensinyalir, pembunuhan di Suriah akan terus berlangsung. "Rezim pemerintah akan terus bersembunyi dibalik Alqaeda dan teroris. Kecuali ada perlawanan terhadap rezin dan melaporkan kejahatan ini," kata Ikhwanul.
Sementara itu, Pihak Amerika Serikat dan PBB mengutuk aksi peboman tersebut. Juru Bicara Luar Negeri AS Vitoria Nuland mengatakan, solusi krisis di Suriah adalah agar Abass menyingkir dari kekuasaan dan dialog nasional.
Ketua PBB, Ban Ki-Moon juga menyesalkan atas situasi Suriah yang semakin memburuk. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal sejak bulan Maret lalu dan pembunuhan terhadap warga sipil terus berlanjut sampai hari ini.
"Sekali lagi saya katakan bahwa segala bentuk aksi kekerasan tidak dapat di terima dan harus segera di hentikan, " tegasnya. Ban Ki-Moon juga menawarkan bantuan untuk mengarahkan Tim pengawas dari Liga Arab. (lin)
Dalam serangan itu, pelaku menggunakan bahan peledak lebih kurang 10 kilogram. Pihak kementrian akan mencari siapa dalang dibalik aksi itu. Tangan besi akan digunakan untuk menghadapi orang yang berani mengacaukan keamanan bangsa.
Sementara itu, kelompok oposisi pimpinan Ihwanul Muslim, justru menyalahkan Presiden Suriah, Assad al Abass. Menurutnya, pemerintah berada di balik semua aksi pemboman, termasuk bom yang terjadi 23 Desember 2011 lalu. Pihaknya mendesak agar pasukan Arab dan Barat segera mengakhiri pertumpahan darah di Suriah.
"Rezim berkuasa harus bertanggung jawab penuh atas kejahatan ini," kata Ikhwanul, dikutip AFB Sabtu (7/1/2012).
Hal senada diungkapkan Dewan Nasional Suriah (SNC). Mereka mengatakan aksi pemboman memiliki hubungan jelas dengan ciri khas rezim pemerintah. SNC sendiri adalah payung yang melindungi kelompok oposisi.
SNC maupun Ikhwanul mensinyalir, pembunuhan di Suriah akan terus berlangsung. "Rezim pemerintah akan terus bersembunyi dibalik Alqaeda dan teroris. Kecuali ada perlawanan terhadap rezin dan melaporkan kejahatan ini," kata Ikhwanul.
Sementara itu, Pihak Amerika Serikat dan PBB mengutuk aksi peboman tersebut. Juru Bicara Luar Negeri AS Vitoria Nuland mengatakan, solusi krisis di Suriah adalah agar Abass menyingkir dari kekuasaan dan dialog nasional.
Ketua PBB, Ban Ki-Moon juga menyesalkan atas situasi Suriah yang semakin memburuk. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal sejak bulan Maret lalu dan pembunuhan terhadap warga sipil terus berlanjut sampai hari ini.
"Sekali lagi saya katakan bahwa segala bentuk aksi kekerasan tidak dapat di terima dan harus segera di hentikan, " tegasnya. Ban Ki-Moon juga menawarkan bantuan untuk mengarahkan Tim pengawas dari Liga Arab. (lin)
()