PBB: Kondisi warga Sudan mengkhawatirkan
A
A
A
Sindonews.com - Ribuan warga Sudan Selatan kondisinya sangat mengkhawatirkan saat melarikan diri dari perang etnis. Warga mencoba menyelamatkan diri dari kekerasan etnis yang terjadi.
"Sebuah operasi darurat dilakukan secara besar-besaran dalam beberapa minggu kedepan untuk membantu korban kekerasan" ungkap Lise Grende, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Sudan seperti dikutip dalam AFP, Rabu (4/1/2012).
Menurut Lise, warga kembali ke kota setelah bersembunyi di semak-semak. Kondisi warga sangat mengenaskan. Warga, disebutkan Lise, dalam keadaan yang sangat rentan dan membutuhkan bantuan.
Sejumlah pria dilaporkan dibakar, rumah sakit dan klinik yang dikelola tanpa ada dokter jaga sehingga berbagai fasilitas dijarah.
“Konflik antara kedua suku telah menyebabkan puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka. Selain itu kekerasan juga merusak harta benda dan menghilangkan mata pencarian mereka, serta menghambat upaya bantuan kemanusiaan bagi mereka yang membutuhkan,” ungkap Lise.
Laporan pasti tentang jumlah korban konflik antar suku belum dapat dikonfirmasi. Namun, saat ini diperkirakan jumlah korban luka-luka mencapai 150 orang, di antaranya perempuan dan anak-anak.
Lise menegaskan jumlah korban tewas di Sudan kemungkinan mencapai puluhan. Bahkan mencapai ratusan orang.
"Operasi kemanusiaan juga telah ditempatkan pada lokasi yang sangat beresiko dan di area area yang tidak aman," tambahnya.
6.000 orang tentara dari suku Lou Nuer berbaris di Kota Pibor dan masih bersiap-siap melakukan penyerangan kampung halaman bagi orang-orang Murle. Pasukan tersebut bersumpah untuk menghabisi semua penduduk suku Murle.
Mereka menuduh penduduk suku Murle telah melakukan perampokan dan pembunuhan terhadap ternak suku Nuer sejak tahun 2005 sampai sekarang.
Namun, sejumlah tentara bersenjata Lou Nuer telah kembali pulang ke kampung halaman setelah bala bantuan dan pasukan penjaga perdamaian PBB meningkatkan keamanan di daerah terpencil.(azh)
"Sebuah operasi darurat dilakukan secara besar-besaran dalam beberapa minggu kedepan untuk membantu korban kekerasan" ungkap Lise Grende, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Sudan seperti dikutip dalam AFP, Rabu (4/1/2012).
Menurut Lise, warga kembali ke kota setelah bersembunyi di semak-semak. Kondisi warga sangat mengenaskan. Warga, disebutkan Lise, dalam keadaan yang sangat rentan dan membutuhkan bantuan.
Sejumlah pria dilaporkan dibakar, rumah sakit dan klinik yang dikelola tanpa ada dokter jaga sehingga berbagai fasilitas dijarah.
“Konflik antara kedua suku telah menyebabkan puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka. Selain itu kekerasan juga merusak harta benda dan menghilangkan mata pencarian mereka, serta menghambat upaya bantuan kemanusiaan bagi mereka yang membutuhkan,” ungkap Lise.
Laporan pasti tentang jumlah korban konflik antar suku belum dapat dikonfirmasi. Namun, saat ini diperkirakan jumlah korban luka-luka mencapai 150 orang, di antaranya perempuan dan anak-anak.
Lise menegaskan jumlah korban tewas di Sudan kemungkinan mencapai puluhan. Bahkan mencapai ratusan orang.
"Operasi kemanusiaan juga telah ditempatkan pada lokasi yang sangat beresiko dan di area area yang tidak aman," tambahnya.
6.000 orang tentara dari suku Lou Nuer berbaris di Kota Pibor dan masih bersiap-siap melakukan penyerangan kampung halaman bagi orang-orang Murle. Pasukan tersebut bersumpah untuk menghabisi semua penduduk suku Murle.
Mereka menuduh penduduk suku Murle telah melakukan perampokan dan pembunuhan terhadap ternak suku Nuer sejak tahun 2005 sampai sekarang.
Namun, sejumlah tentara bersenjata Lou Nuer telah kembali pulang ke kampung halaman setelah bala bantuan dan pasukan penjaga perdamaian PBB meningkatkan keamanan di daerah terpencil.(azh)
()