Perangi Corona, Selandia Baru Terapkan Lockdown Terketat di Dunia

Sabtu, 14 Maret 2020 - 20:00 WIB
Perangi Corona, Selandia Baru Terapkan Lockdown Terketat di Dunia
Perangi Corona, Selandia Baru Terapkan Lockdown Terketat di Dunia
A A A
WELLINGTON - Selandia Baru mengumumkan lockdown atau kontrol perbatasan paling ketat di dunia untuk memerangi penyebaran virus corona. Negara itu mengharuskan semua pelancong, termasuk warganya sendiri untuk isolasi diri selama dua pekan mulai tengah malam Minggu (15/3).

Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern menaytakan langkah-langkah ekstrem diperlukan utnuk mencegah penyebaran cepat virus tersebut.

"Bersama Israel, dan sebagian kecil Kepulauan Pasifik yang secara efektif menutup perbatasan mereka, keputusan ini berarti Selandia Baru akan memiliki jangkauan terluas dan pembatasan perbatasan terketat dari negara mana pun di dunia," kata Ardern.

Selandia Baru hanya memiliki enam kasus yang dikonfirmasi dan tak memiliki korban tewas akibat corona, tapi Ardern menyatakan jumlah tersebut akan naik.

"Itulah mengapa pada puncaknya, kita harus keras dan kita harus bergerak lebih awal. Kita harus melakukan apapun yang kita bisa untuk melindungi kesehatan warga Selandia Baru," tutur dia.

Warga dari negara-negara pulau kecil di Pasifik Selatan yang belum memiliki kasus corona yang dikonfirmasi, akan dikecualikan dari aturan isolasi diri itu, menurut Ardern.

Untuk melindungi negara itu dari virus, Selandia Baru akan menerapkan langkah keluar yang ketat, melarang siapa pun yang pernah berada di luar negeri melakukan perjalanan ke kepulauan Pasifik Selatan selama dua pekan dan melarang siapa pun yang memiliki gejala atau pernah kontak dengan siapa pun dengan virus corona melakukan perjalanan ke sana.

Pembatasan perjalanan akan ditinjau lagi pada akhir Maret. Ardern juga mendorong semua warga mempertimbangkan ulang semua perjalanan ke luar negeri.

Selandia Baru juga meminta semua kapal pesir menjauh hingga akhir Juni.

Air New Zealand memberikan penggantian tiket atau kredit 12 bulan senilai tiket untuk siapa pun yang terkena dampak aturan baru itu.

Qantas Airways dan Virgin menyatakan mereka sedang mempertimbangkan kebijakan untuk merespon pembatasan itu.
(sfn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3479 seconds (0.1#10.140)