JARI, Kapal Perang Robot Baru Milik China

Sabtu, 18 Januari 2020 - 14:54 WIB
JARI, Kapal Perang Robot Baru Milik China
JARI, Kapal Perang Robot Baru Milik China
A A A
BEIJING - China baru saja meluncurkan kapal robot pembunuh baru. Menurut majalah industri pertahanan China, kapal yang diklaim dapat melakukan misi anti kapal selam dan anti kapal ini telah menjalani misi uji coba laut pertamanya.

Diberi nama JARI, kapal nirawak ini dikatakan sebagai kapal permukaan tak berawak (USV) pertama di dunia dengan persenjataan yang kuat. Kapal ini juga bisa memainkan berbagai peran seperti anti kapal selam, pertahanan udara dan pertempuran permukaan.

Menurut sebuah laporan dalam edisi terbaru Ordnance Industry Science Technology, purwarupa kapal ini diluncurkan pada Agustus lalu dan baru-baru ini difoto selama uji coba laut. Namun laporan itu tidak memberikan rincian kapan atau di mana uji coba dilakukan.

Dilengkapi dengan radar array bertahap aktif dan sistem elektronik canggih lainnya mirip dengan yang ada di kapal perusak Aegis kelas Arleigh Burke Amerika Serikat (AS) atau penghancur rudal berpemandu Tipe 052D China. Kapal ini pun dijuluki "kapal perusak Aegis mini". Sistem sonarnya dapat melacak target bawah laut hingga 7 km.

Kapal dengan panjang 15 meter dan berbobot 20 ton sedang dikembangkan oleh China Shipbuilding Industry Corporation (CSIC) dan memiliki jangkauan sejauh 500 mil laut dan kecepatan tertinggi 42 knot.

Persenjataannya memberinya ruang untuk melakukan misi anti-kapal selam, pertahanan udara, dan anti-kapal. Drone ini memiliki meriam 30mm, rudal pertahanan udara jarak dekat, dua peluncur rudal darat-ke-udara serta anti-kapal kecil dan dua peluncur torpedo anti-kapal selam.

"USV JARI dapat dimuat ke kapal induk atau kapal serbu amfibi untuk memberikan kelompok serangan mereka dengan platform pengintaian dan serangan tambahan," bunyi laporan itu.

"Ketika teknologi telah dikembangkan, kapal-kapal ini bahkan akan dapat meluncurkan serangan wolfpack pada kapal permukaan musuh yang besar," sambung laporan itu seperti dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (18/1/2020).

Serangan wolfpack merujuk kepada taktik serangan massal terhadap konvoi yang digunakan oleh kapal selam Jerman dan kapal selam Amerika Serikat (AS) terhadap kapal-kapal Jepang dalam Perang Dunia II.

Namun, menurut laporan itu, hambatan teknologi tetap ada. Hambatan itu termasuk penyebaran dan perbaikan, serta keselamatan navigasi, termasuk selama kondisi sulit di laut.

JARI pertama kali diperlihatkan pada tahun 2018 oleh pengembangnya di CSIC. Kemunculannya menarik perhatian internasional ketika mereka membawanya ke Pameran dan Konferensi Pertahanan Internasional di Abu Dhabi tahun lalu.

Banyak negara lain juga mengerjakan drone pembunuh karena berbiaya rendah, sangat mobile, tersembunyi dan dapat digunakan untuk melakukan misi berbahaya.

Angkatan Laut AS telah mengerahkan beberapa jenis USV untuk pekerjaan seperti berburu ranjau dan mendeteksi kapal selam. Kemampuan ini juga dimiliki pada dua kendaraan permukaan tak berawak berukuran besar, atau LUSV.

RUU pertahanan AS pada 2020 menganggarkan USD 400 juta untuk dua kapal tanpa awak yang panjangnya 200 hingga 300 kaki, dengan berat sekitar 2.000 ton, di bawah program penelitian dan pengembangan, dan Angkatan Laut AS meminta tambahan USD2,7 miliar untuk tambahan delapan kapal dalam lima tahun ke depan.

LUSV akan sebesar kapal fregat dan mampu melakukan berbagai misi tak berawak, dengan atau tanpa kapal permukaan berawak.

"(Kapal itu) akan mampu operasi semi-otonom atau sepenuhnya otonom, dengan operator in the loop (mengendalikan jarak jauh) atau on the loop (diaktifkan melalui otomatis)," terang Angkatan Laut AS.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5002 seconds (0.1#10.140)