Toyota Motor Corp Bangun Kota Masa Depan di Jepang
A
A
A
LAS VEGAS - Toyota Motor Corp berencana membangun “kota masa depan” di dekat Gunung Fuji, Jepang. Kota itu mengandalkan energi berbasis bahan bakar hidrogen. Nantinya, kota itu menjadi laboratorium mobil otonom, rumah pintar, kecerdasan buatan, dan teknologi canggih lainnya.
Toyota menyebut kota itu dengan nama “Woven City” dan diumumkan pada pameran industri teknologi terbesar tahunan CES di Las Vegas, Amerika Serikat (AS). “Sangat sulit untuk belajar sesuatu tentang kota pintar jika kamu hanya membangun blok pintar saja,” kata CEO Toyota Research Institute-Advanced Development, James Kuffner, kepada Reuters.
Ide Woven City telah mengemuka tahun lalu dengan tujuan utama menciptakan kota yang lebih aman, lebih bersih, menyenangkan, dan bisa diterapkan di seluruh dunia. Menurut Kuffner, kota tersebut memiliki polisi, petugas pemadam kebakaran, dan layanan ambulans, serta sekolah dan rumah bagi pegawai dan pensiunan Toyota. Kapan akan dibangun Pengembangan kota masa depan itu akan dilaksanakan pada akhir tahun ini.
Nantinya, 2.000 penduduk akan tinggal di kota tersebut. Selain pegawai Toyota, sebagian besar kota itu juga akan dihuni para peneliti. Sayangnya, Toyota tidak mengungkap biaya proyek tersebut di mana proses pembangunan akan dimulai pada awal tahun depan. Komunitas futuristik itu seluas 71 hektare menjadi langkah besar yang tidak diperkirakan oleh para rival Toyota.
Para eksekutif di perusahaan automotif terbesar di dunia itu telah berbicara bagaimana menciptakan kota masa depan yang didesain bisa mengurangi emisi, mengurai kemacetan, dan menerapkan teknologi internet dalam kehidupan sehari-hari. Proposal itu bukan hanya ambisi CEO Toyota Akio Toyoda, tetapi dukungan politik dan finansial juga sudah didapatkan.
“Kamu mengetahui jika kamu membangun sesuatu, mereka akan datang,” kata Toyoda. Dia menyebut proyek Woven City sebagai ambisi personalnya. Misalnya, Toyota Housing, anak perusahaan Toyota, berhasil menjual 100.000 rumah di Jepang dalam kurun waktu 37 tahun.
“Bayangkan saja, suatu kota yang mengizinkan peneliti, teknisi, dan ilmuwan memiliki kesempatan bebas menguji coba teknologinya, seperti otonom, pelayanan berbasis mobilitas, robotik, rumah pintar berbasis teknologi, kecerdasan buatan dalam lingkungan dunia yang nyata,” ujar Toyoda.
Nantinya, kota itu memiliki rumah yang didukung teknologi sensor kecerdasan buatan sehingga penghuni bisa mengecek kesehatan dan memudahkan dalam pelayanan kebutuhan dasar. Setiap rumah di kota tersebut juga dilengkapi robot yang membantu kehidupan manusia sehari-hari.
Lupakan saja mobil Toyota Camry ataupun Prius di jalanan. Hanya mobil otonom dan kendaraan tanpa emisi yang diizinkan berjalan di jalan raya. Mobil otonom Toyota e-Palettes bisa digunakan untuk transportasi dan pengiriman ritel untuk keperluan warga di Woven City.
Toyota juga membuka kemitraan dengan perusahaan lain untuk mencari pengguna lahan dan lokasi uji coba teknologi. Itu menunjukkan mereka akan bersinergi dengan perusahaan lain yang hendak bermitra untuk kepentingan pengembangan teknologi berbasis masa depan.
"Kita menyambut semua pihak yang terinspirasi untuk meningkatkan cara kita hidup di masa depan dan mengambil keuntungan dari ekosistem penelitian unik dan bergabung dengan kita untuk menciptakan cara hidup yang lebih baik bagi semua,” kata Toyoda.
Toyota mengajak arsitek Denmark Bjarke Ingels untuk mendesain kota tersebut. Firma Ingels sebelumnya telah mendesain 2 World Trade Center di New York dan kantor Google di Silicon Valley dan London. Ingels telah pindah ke New York sejak 2012. Pada 2011, Wall Street Journal menyebut Ingels sebagai Innovator for the Year untuk arsitektur, sedangkan majalah TIME menyebutnya sebagai 100 orang berpengaruh di dunia pada 2016.
"Perkembangan teknologi yang berbeda mulai mengubah secara radikal bagaimana kita hidup dan mengelola kota kita," kata Ingels. "Terkoneksi, otonomi, bebas emisi, dan solusi mobilitas terikat dengan dunia yang memiliki banyak kesempatan untuk bentuk baru kehidupan urban," paparnya.
Menurut Ingels, dengan industri dan teknologi mampu memberikan akses dan kolaborasi dengan ekosistem perusahaan Toyota. "Kita yakini memiliki kesempatan unik untuk mengeksplorasi urbanitas Woven City yang mampu menjadi jalan bagi kota lain untuk mengeksplorasi," papar Ingels.
Toyota menyebut kota itu dengan nama “Woven City” dan diumumkan pada pameran industri teknologi terbesar tahunan CES di Las Vegas, Amerika Serikat (AS). “Sangat sulit untuk belajar sesuatu tentang kota pintar jika kamu hanya membangun blok pintar saja,” kata CEO Toyota Research Institute-Advanced Development, James Kuffner, kepada Reuters.
Ide Woven City telah mengemuka tahun lalu dengan tujuan utama menciptakan kota yang lebih aman, lebih bersih, menyenangkan, dan bisa diterapkan di seluruh dunia. Menurut Kuffner, kota tersebut memiliki polisi, petugas pemadam kebakaran, dan layanan ambulans, serta sekolah dan rumah bagi pegawai dan pensiunan Toyota. Kapan akan dibangun Pengembangan kota masa depan itu akan dilaksanakan pada akhir tahun ini.
Nantinya, 2.000 penduduk akan tinggal di kota tersebut. Selain pegawai Toyota, sebagian besar kota itu juga akan dihuni para peneliti. Sayangnya, Toyota tidak mengungkap biaya proyek tersebut di mana proses pembangunan akan dimulai pada awal tahun depan. Komunitas futuristik itu seluas 71 hektare menjadi langkah besar yang tidak diperkirakan oleh para rival Toyota.
Para eksekutif di perusahaan automotif terbesar di dunia itu telah berbicara bagaimana menciptakan kota masa depan yang didesain bisa mengurangi emisi, mengurai kemacetan, dan menerapkan teknologi internet dalam kehidupan sehari-hari. Proposal itu bukan hanya ambisi CEO Toyota Akio Toyoda, tetapi dukungan politik dan finansial juga sudah didapatkan.
“Kamu mengetahui jika kamu membangun sesuatu, mereka akan datang,” kata Toyoda. Dia menyebut proyek Woven City sebagai ambisi personalnya. Misalnya, Toyota Housing, anak perusahaan Toyota, berhasil menjual 100.000 rumah di Jepang dalam kurun waktu 37 tahun.
“Bayangkan saja, suatu kota yang mengizinkan peneliti, teknisi, dan ilmuwan memiliki kesempatan bebas menguji coba teknologinya, seperti otonom, pelayanan berbasis mobilitas, robotik, rumah pintar berbasis teknologi, kecerdasan buatan dalam lingkungan dunia yang nyata,” ujar Toyoda.
Nantinya, kota itu memiliki rumah yang didukung teknologi sensor kecerdasan buatan sehingga penghuni bisa mengecek kesehatan dan memudahkan dalam pelayanan kebutuhan dasar. Setiap rumah di kota tersebut juga dilengkapi robot yang membantu kehidupan manusia sehari-hari.
Lupakan saja mobil Toyota Camry ataupun Prius di jalanan. Hanya mobil otonom dan kendaraan tanpa emisi yang diizinkan berjalan di jalan raya. Mobil otonom Toyota e-Palettes bisa digunakan untuk transportasi dan pengiriman ritel untuk keperluan warga di Woven City.
Toyota juga membuka kemitraan dengan perusahaan lain untuk mencari pengguna lahan dan lokasi uji coba teknologi. Itu menunjukkan mereka akan bersinergi dengan perusahaan lain yang hendak bermitra untuk kepentingan pengembangan teknologi berbasis masa depan.
"Kita menyambut semua pihak yang terinspirasi untuk meningkatkan cara kita hidup di masa depan dan mengambil keuntungan dari ekosistem penelitian unik dan bergabung dengan kita untuk menciptakan cara hidup yang lebih baik bagi semua,” kata Toyoda.
Toyota mengajak arsitek Denmark Bjarke Ingels untuk mendesain kota tersebut. Firma Ingels sebelumnya telah mendesain 2 World Trade Center di New York dan kantor Google di Silicon Valley dan London. Ingels telah pindah ke New York sejak 2012. Pada 2011, Wall Street Journal menyebut Ingels sebagai Innovator for the Year untuk arsitektur, sedangkan majalah TIME menyebutnya sebagai 100 orang berpengaruh di dunia pada 2016.
"Perkembangan teknologi yang berbeda mulai mengubah secara radikal bagaimana kita hidup dan mengelola kota kita," kata Ingels. "Terkoneksi, otonomi, bebas emisi, dan solusi mobilitas terikat dengan dunia yang memiliki banyak kesempatan untuk bentuk baru kehidupan urban," paparnya.
Menurut Ingels, dengan industri dan teknologi mampu memberikan akses dan kolaborasi dengan ekosistem perusahaan Toyota. "Kita yakini memiliki kesempatan unik untuk mengeksplorasi urbanitas Woven City yang mampu menjadi jalan bagi kota lain untuk mengeksplorasi," papar Ingels.
(don)