Rebut Proyek Komputasi Awan Pentagon, Bill Gates Kembali Jadi Orang Terkaya

Senin, 18 November 2019 - 07:06 WIB
Rebut Proyek Komputasi Awan Pentagon, Bill Gates Kembali Jadi Orang Terkaya
Rebut Proyek Komputasi Awan Pentagon, Bill Gates Kembali Jadi Orang Terkaya
A A A
WASHINGTON - Bill Gates kembali menjadi juara. Pendiri Microsoft itu mampu mengalahkan pendiri Amazon, Jeff Bezos, sebagai orang terkaya di dunia versi Bloomberg Billionaires Index. Itu terjadi pertama dalam dua tahun terakhir, Gates memiliki kekayaan USD110 miliar (1.548 triliun). Kemenangan Gates itu terjadi pada Jumat (15/11) lalu.

Kembalinya Gates sebagai pemimpin jajaran miliarder dunia karena adanya keputusan mengejutkan dari Pentagon pada 25 Oktober lalu. Keputusan dimaksud menyatakan Microsoft memenangkan kontrak proyek komputasi awan senilai USD10 miliar (Rp140 triliun). Dalam tender tersebut Microsoft bukan hanya mampu mengalahkan Amazon, tapi juga merebut proyek paling prestisius menyangkut teknologi masa depan.

“Saham Microsoft langsung merangkak naik 4% dan menjadikan kekayaan Gates bertambah menjadi USD110 miliar,” demikian keterangan Bloomberg Billionaires Index. Sebaliknya, saham Amazon menurun sekitar 2% sejak pengumuman tersebut, sehingga kekayaan bersih Bezos mencapai USD108,7 miliar (Rp1.529 triliun).

Gates, 64, mengalahkan Bezos, 55, berdasarkan penghasilan bulan lalu setelah Amazon menyatakan penurunan keuntungan dalam dua tahun terakhir. Itu ditambah dengan penurunan saham perusahaan ritel daring terbesar di dunia itu.

Bloomberg Billionaires Index merupakan lembaga yang melacak kekayaan 500 orang terkaya di dunia dan diperbarui setiap hari setelah penutupan pasar saham di Amerika Serikat (AS). Untuk posisi ketiga diduduki orang terkaya Eropa, Bernard Arnault, dengan kekayaan USD102,7 miliar (Rp1.445 triliun).

Microsoft terus mengalami kenaikan hingga 48% sepanjang tahun. Itu meningkatkan nilai saham Gates 1%. Berdasarkan keterangan dari kantor Gates, Cascade, kekayaan bersihnya itu diperoleh dari performa saham dan investasi yang disusunnya. Bezos sebenarnya akan tetap menjadi orang terkaya jika dia dan MacKenzie tidak bercerai.

Pasangan itu mengumumkan perceraian pada Januari lalu dan MacKenzie, 49, menerima seperempat nilai saham Amazon pada Juli lalu. Nilai kekayaan MacKenzie mencapai USD35 miliar (Rp492 triliun) pada Jumat lalu (15/11). Berbeda dengan Bezos, Gates sudah menyumbangkan lebih dari USD35 miliar untuk Bill & Melinda Gates Foundation sejak 1994.

Baru-baru ini Gates berbagi pemikirannya tentang pajak kekayaan yang diusulkan oleh beberapa kandidat calon presiden dari Partai Demokrat AS, termasuk Elizabeth Warren. Gates membela diri bahwa dia telah membayar pajak senilai USD10 miliar. “Jika saya harus membayar USD20 miliar, itu boleh saja,” kata Gates. Namun, bila harus membayar USD100 miliar, dia akan berpikir ulang dan "melakukan sedikit perhitungan tentang apa yang tersisa”.

Ditentukan Proyek Pemerintah


Saham Microsoft pada akhir Oktober lalu mengalami kenaikan signifikan karena memenangkan proyek komputasi awan. Amazon sebenarnya pemimpin pasar pada sektor komputasi awan. Amazon tidak menerima kemenangan Microsoft pada lelang tersebut dengan menyebut adanya intervensi Presiden Donald Trump. Amazon memang dikenal sebagai pemain garda depan pada bisnis komputasi awan karena sebelumnya telah bekerja sama dengan Central Intelligence Agency (CIA).

Tudingan intervensi Trump menjadi masuk akal karena dia pernah bersitegang dengan Bezos yang memiliki Washington Post. Trump merasa diperlakukan tidak adil dengan liputan koran tersebut. “Kami memang terkejut dengan keputusan hasil lelang,” kata Juru Bicara Amazon Douglas Stone. Dia mengaku perusahaannya akan terus berinovasi di medan pertempuran digital.

Kebanyakan analis berpandangan bahwa Amazon Web Services sebagai perusahaan berharga yang seharusnya memenangkan lelang tersebut. Namun, banyak pengamat menyebut kemenangan lelang itu justru menjadi titik awal baru bagi Microsoft. “Ini menjadi pengubah paradigma bagi Microsoft. Bagi Microsoft, itu akan menjadi sinyal era baru pertumbuhan komputasi awan,” kata analis di Wedbus Securities, Daniel Ives.

Di sisi lain, para pegawai Microsoft justru menolak keterlibatan mereka dalam proyek yang dikenal sebagai Joint Enterprise Defense Infrastructure (JEDI) itu. Proyek itu bertujuan mewujudkan teknologi militer AS menuju era modern.

“Kami kecewa Microsoft menerima kontrak JEDI,” demikian cuitan kelompok pegawai Microsoft di Twitter. Kelompok yang menyebut diri sebagai Microsoft Workers 4 Good itu menyatakan bahwa Microsoft semakin berhadapan dengan Departemen Pertahanan. Kendati memicu keberatan kalangan pegawai, Microsoft menyatakan akan terus bekerja sama dengan pemerintah dan militer.

Bahkan, Microsoft bersiap untuk ikut lelang kontrak pertahanan terbesar kedua yang melibatkan kolaborasi peranti lunak dan komputasi awan berbasis surel. Mereka menyatakan para pegawai yang keberatan bisa mengajukan pindah ke proyek lainnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4299 seconds (0.1#10.140)