Ada yang Shock dalam Transkrip Penyelidikan Pemakzulan Trump
A
A
A
WASHINGTON - Transkrip penyelidikan pemakzulan terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump dirilis Komite Intelijen Parlemen. Dalam transkrip itu terungkap bahwa dua diplomat senior Amerika shock dan khawatir atas plot Trump yang mereka sebut memproduksi "kotoran politik" terhadap Joe Biden di Ukraina.
Joe Biden adalah mantan wakil presiden era Barack Obama yang saat ini merupakan bakal calon presiden dari Partai Demokrat. Biden dan putranya dilaporkan mengurus binis gas di Ukraina.
Menurut transkrip tersebut, dua diplomat Amerika khawatir plot Trump terhadap Joe Biden di Ukraina telah merusak kepentingan keamanan nasional AS dan mencabik-cabik kepercayaan di antara personel layanan asing.
Salah satu diplomat—mantan duta besar Amerika untuk Ukraina Marie Yovanovitch—menggambarkan “kekagetannya” ketika mengetahui bahwa Rudy Giuliani, utusan pribadi Trump yang juga bekerja untuk kepentingan Ukraina dan Rusia, berupaya menghancurkan reputasinya.
Ketika dia mencari saran tentang cara menghentikan serangan, kata Yovanovitch, dia disuruh men-tweet sesuatu yang bagus tentang Trump.
Diplomat kedua, P Michael McKinley, menggambarkan bagaimana kesadarannya sejak awal tentang rencana Gedung Putih untuk menyerang Biden, dikombinasikan dengan kegagalan departemen luar negeri untuk mendukung Yovanovitch, yang membuatnya memilih untuk mengundurkan diri.
“Untuk melihat informasi yang muncul tentang keterlibatan misi kami guna mendapatkan informasi politik negatif untuk keperluan domestik," kata McKinley dalam kesaksiannya.
"Dikombinasikan dengan kegagalan yang saya lihat di gedung untuk memberikan dukungan bagi kader profesional kami dalam waktu yang sangat sulit, saya pikir kombinasi itu adalah alasan yang cukup bagus untuk memutuskan...saya tidak lagi memiliki peran yang berguna untuk dimainkan," paparnya.
Trump dan para pendukungnya terus menyangkal tuduhan bahwa Gedung Putih menahan hampir USD400 juta bantuan militer kepada Ukraina dan membuat janji pertemuan Gedung Putih sampai Ukraina mengumumkan penyelidikan yang dapat membahayakan Biden.
Tetapi ringkasan panggilan telepon antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memberikan bukti "quid pro quo" yang telah didukung oleh kesaksian lebih dari selusin pejabat dan diterima oleh beberapa politisi Republik—yang mengklaim itu bukan tindakan yang tidak dapat diterima.
Komite-komite yang memimpin penyelidikan pemakzulan Trump merilis transkrip ketika empat pejabat Gedung Putih gagal menanggapi panggilan dari pengadilan. Rilis transkrip ini bagian dari eskalasi ketegangan antara Trump Kongres atau Parlemen yang saat ini dikuasai Partai Demokrat.
Trump sendiri telah menuntut pengungkapan identitas whistleblower yang melaporkan upaya Trump membuat "plot politik" terhadap Biden di Ukraina yang akhirnya memicu penyelidikan pemakzulan. Menurut Trump sosok pelapor atau whistleblower harus diungkap karena membuat cerita bohong. Trump curiga sosok tersebut adalah orangnya Obama.
"Whistleblower salah mengerti bahwa dia harus maju," bunyi tweet Trump pada hari Minggu yang menuntut pengungkapan identitasnya. Pada hari Senin, ia mengatakan tawaran whistleblower untuk memberikan jawaban tertulis atas pertanyaan Partai Republik adalah jawaban yang "tidak dapat diterima".
Ketua Komite Intelijen Parlemen Adam Schiff berjanji penyelidikan pemakzulan tidak akan ditunda. "Kita dapat menyimpulkan dengan penghalang Gedung Putih di sini, bahwa kesaksian (para pejabat) akan lebih jauh memberatkan presiden," kata Schiff kepada wartawan, dikutip The Guardian, Selasa (5/11/2019).
"Kami akan terus merilis transkrip dan kami akan segera, meskipun saya tidak bisa memberi Anda jadwal, akan beralih ke sidang terbuka," paparnya.
Dalam kesaksiannya, Yovanovitch, seorang diplomat karier dengan reputasi sebagai advokat anti-korupsi yang gigih, menemukan pada akhir 2018 bahwa Giuliani berkampanye melawannya.
Ketika dia mencari saran dari Gordon Sondland, duta besar AS untuk Uni Eropa, Sonland mengatakan; "Anda perlu, Anda tahu, tweet di luar sana bahwa Anda mendukung presiden."
“Dia berkata: ‘Anda kenal presiden. Ya, mungkin Anda tidak mengenalnya secara pribadi, tetapi Anda tahu, Anda tahu, hal-hal yang ia sukai. Anda tahu, pergilah berperang dengan agresif dan, Anda tahu, pujilah dia atau dukung dia," kata Yovanovitch.
Tidak jelas siapa yang membayar Giuliani, tetapi dia telah menyarankan dua warga Ukraina-Amerika yang ditangkap bulan lalu karena pelanggaran dana kampanye. Saksi lain menggambarkan mantan anggota Kongres Bob Livingston, seorang pelobi, berkampanye melawan Yovanovitch.
Yovanovitch dipanggil kembali oleh Departemen Luar Negeri pada bulan April. "Ini tentang keamanan Anda," katanya mengutip pihak departemen tersebut. "Kamu harus segera pulang. Anda harus pulang dengan pesawat berikutnya," lanjut dia melanjutikan kutipan departemen.
Dia mengaku bahwa dia kemudian diberitahu bahwa Menteri Luar Negeri Michael Pompeo berusaha melindunginya dari Trump."Mereka khawatir jika saya tidak (dilindungi), Anda tahu, secara fisik keluar dari Ukraina, bahwa akan ada..., Anda tahu, semacam tweet atau sesuatu yang lain dari Gedung Putih," paparnya.
Yovanovich mengatakan kepada penyelidik bahwa dia merasa "terkejut" ketika dia menemukan Trump mengatakan tentang dirinya dalam panggilan telepon pada tanggal 25 Juli dengan Zelenskiy. "Ya, dia akan melalui beberapa hal," bunyi transkrip tersebut yang ditirukan Yovanovitch.
"Saya tidak tahu apa artinya. Saya sangat prihatin," kata Yovanovitch.
"Apakah Anda merasa terancam?,” tanya penyelidik kepada Yovanovitch. "Ya," jawabnya.
McKinley, seorang mantan duta besar yang kembali bekerja atas permintaan Pompeo, menggambarkan rasa frustrasinya pada penolakan Departemen Luar Negeri untuk mendukung Yovanovitch.
Menurut kesaksiannya, tiga kali Pompeo mengabaikan kemarahannya soal masalah yang dihadapi Yovanovitch.
Dia juga mengatakan bahwa dia terkejut melihat upaya di dalam Departemen Luar Negeri untuk memproduksi "kotoran politik" di luar negeri terhadap lawan politik domestik, dalam hal ini Biden.
"Dan jika saya dapat menggarisbawahi, dalam 37 tahun di layanan luar negeri dan...bekerja 10 tahun di Washington, saya belum pernah melihat itu," kata McKinley dalam kesaksiannya.Ini transkrip penyelidikan pemakzulan Trump yang dirilis Komite Intelijen Parlemen AS:
Joe Biden adalah mantan wakil presiden era Barack Obama yang saat ini merupakan bakal calon presiden dari Partai Demokrat. Biden dan putranya dilaporkan mengurus binis gas di Ukraina.
Menurut transkrip tersebut, dua diplomat Amerika khawatir plot Trump terhadap Joe Biden di Ukraina telah merusak kepentingan keamanan nasional AS dan mencabik-cabik kepercayaan di antara personel layanan asing.
Salah satu diplomat—mantan duta besar Amerika untuk Ukraina Marie Yovanovitch—menggambarkan “kekagetannya” ketika mengetahui bahwa Rudy Giuliani, utusan pribadi Trump yang juga bekerja untuk kepentingan Ukraina dan Rusia, berupaya menghancurkan reputasinya.
Ketika dia mencari saran tentang cara menghentikan serangan, kata Yovanovitch, dia disuruh men-tweet sesuatu yang bagus tentang Trump.
Diplomat kedua, P Michael McKinley, menggambarkan bagaimana kesadarannya sejak awal tentang rencana Gedung Putih untuk menyerang Biden, dikombinasikan dengan kegagalan departemen luar negeri untuk mendukung Yovanovitch, yang membuatnya memilih untuk mengundurkan diri.
“Untuk melihat informasi yang muncul tentang keterlibatan misi kami guna mendapatkan informasi politik negatif untuk keperluan domestik," kata McKinley dalam kesaksiannya.
"Dikombinasikan dengan kegagalan yang saya lihat di gedung untuk memberikan dukungan bagi kader profesional kami dalam waktu yang sangat sulit, saya pikir kombinasi itu adalah alasan yang cukup bagus untuk memutuskan...saya tidak lagi memiliki peran yang berguna untuk dimainkan," paparnya.
Trump dan para pendukungnya terus menyangkal tuduhan bahwa Gedung Putih menahan hampir USD400 juta bantuan militer kepada Ukraina dan membuat janji pertemuan Gedung Putih sampai Ukraina mengumumkan penyelidikan yang dapat membahayakan Biden.
Tetapi ringkasan panggilan telepon antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memberikan bukti "quid pro quo" yang telah didukung oleh kesaksian lebih dari selusin pejabat dan diterima oleh beberapa politisi Republik—yang mengklaim itu bukan tindakan yang tidak dapat diterima.
Komite-komite yang memimpin penyelidikan pemakzulan Trump merilis transkrip ketika empat pejabat Gedung Putih gagal menanggapi panggilan dari pengadilan. Rilis transkrip ini bagian dari eskalasi ketegangan antara Trump Kongres atau Parlemen yang saat ini dikuasai Partai Demokrat.
Trump sendiri telah menuntut pengungkapan identitas whistleblower yang melaporkan upaya Trump membuat "plot politik" terhadap Biden di Ukraina yang akhirnya memicu penyelidikan pemakzulan. Menurut Trump sosok pelapor atau whistleblower harus diungkap karena membuat cerita bohong. Trump curiga sosok tersebut adalah orangnya Obama.
"Whistleblower salah mengerti bahwa dia harus maju," bunyi tweet Trump pada hari Minggu yang menuntut pengungkapan identitasnya. Pada hari Senin, ia mengatakan tawaran whistleblower untuk memberikan jawaban tertulis atas pertanyaan Partai Republik adalah jawaban yang "tidak dapat diterima".
Ketua Komite Intelijen Parlemen Adam Schiff berjanji penyelidikan pemakzulan tidak akan ditunda. "Kita dapat menyimpulkan dengan penghalang Gedung Putih di sini, bahwa kesaksian (para pejabat) akan lebih jauh memberatkan presiden," kata Schiff kepada wartawan, dikutip The Guardian, Selasa (5/11/2019).
"Kami akan terus merilis transkrip dan kami akan segera, meskipun saya tidak bisa memberi Anda jadwal, akan beralih ke sidang terbuka," paparnya.
Dalam kesaksiannya, Yovanovitch, seorang diplomat karier dengan reputasi sebagai advokat anti-korupsi yang gigih, menemukan pada akhir 2018 bahwa Giuliani berkampanye melawannya.
Ketika dia mencari saran dari Gordon Sondland, duta besar AS untuk Uni Eropa, Sonland mengatakan; "Anda perlu, Anda tahu, tweet di luar sana bahwa Anda mendukung presiden."
“Dia berkata: ‘Anda kenal presiden. Ya, mungkin Anda tidak mengenalnya secara pribadi, tetapi Anda tahu, Anda tahu, hal-hal yang ia sukai. Anda tahu, pergilah berperang dengan agresif dan, Anda tahu, pujilah dia atau dukung dia," kata Yovanovitch.
Tidak jelas siapa yang membayar Giuliani, tetapi dia telah menyarankan dua warga Ukraina-Amerika yang ditangkap bulan lalu karena pelanggaran dana kampanye. Saksi lain menggambarkan mantan anggota Kongres Bob Livingston, seorang pelobi, berkampanye melawan Yovanovitch.
Yovanovitch dipanggil kembali oleh Departemen Luar Negeri pada bulan April. "Ini tentang keamanan Anda," katanya mengutip pihak departemen tersebut. "Kamu harus segera pulang. Anda harus pulang dengan pesawat berikutnya," lanjut dia melanjutikan kutipan departemen.
Dia mengaku bahwa dia kemudian diberitahu bahwa Menteri Luar Negeri Michael Pompeo berusaha melindunginya dari Trump."Mereka khawatir jika saya tidak (dilindungi), Anda tahu, secara fisik keluar dari Ukraina, bahwa akan ada..., Anda tahu, semacam tweet atau sesuatu yang lain dari Gedung Putih," paparnya.
Yovanovich mengatakan kepada penyelidik bahwa dia merasa "terkejut" ketika dia menemukan Trump mengatakan tentang dirinya dalam panggilan telepon pada tanggal 25 Juli dengan Zelenskiy. "Ya, dia akan melalui beberapa hal," bunyi transkrip tersebut yang ditirukan Yovanovitch.
"Saya tidak tahu apa artinya. Saya sangat prihatin," kata Yovanovitch.
"Apakah Anda merasa terancam?,” tanya penyelidik kepada Yovanovitch. "Ya," jawabnya.
McKinley, seorang mantan duta besar yang kembali bekerja atas permintaan Pompeo, menggambarkan rasa frustrasinya pada penolakan Departemen Luar Negeri untuk mendukung Yovanovitch.
Menurut kesaksiannya, tiga kali Pompeo mengabaikan kemarahannya soal masalah yang dihadapi Yovanovitch.
Dia juga mengatakan bahwa dia terkejut melihat upaya di dalam Departemen Luar Negeri untuk memproduksi "kotoran politik" di luar negeri terhadap lawan politik domestik, dalam hal ini Biden.
"Dan jika saya dapat menggarisbawahi, dalam 37 tahun di layanan luar negeri dan...bekerja 10 tahun di Washington, saya belum pernah melihat itu," kata McKinley dalam kesaksiannya.Ini transkrip penyelidikan pemakzulan Trump yang dirilis Komite Intelijen Parlemen AS:
Deposition of Ambassador M.... by RT America on Scribd
(mas)