Tiga Ilmuwan Penemu Perawatan Kanker Raih Penghargaan Nobel
A
A
A
STOCKHOLM - Nobel Kedokteran diberikan kepada tiga ilmuwan, yakni William Kaelin Jr, Sir Peter Ratcliffe, dan Gregg Semenza, yang memelopori penelitian bagaimana sel manusia merespons perubahan tingkat oksigen. Pengumuman yang disampaikan di Institute Karolinska di Stockholm oleh Komite Nobel menyatakan temuan tiga penemu tersebut menjadi langkah “menjanjikan untuk perawatan bagi penyakit anemia dan kanker”.
Para peraih Nobel bidang kedokteran itu juga mampu menggerakkan molekuler yang mengatur aktivitas gen untuk merespons dalam berbagai tingkat oksigen. Anggota Komite Nobel Randall Johnson mendeskripsikan karya tiga ilmuwan itu sebagai “penemuan buku teks”.
“Itu adalah sesuatu biologi dasar di mana siswa belajar ketika mereka berusia 12 atau 13 atau lebih muda. Di dalam biologi, mereka belajar hal paling fundamental yakni bagaimana sel bekerja. Ini menjadi aspek dasar bagaimana sel bekerja dan itu merupakan hal sangat menarik,” ujarnya dilansir CNN.
Komite Nobel juga mengungkapkan penemuan itu mampu mengungkapkan mekanisme paling esensial dalam proses kehidupan. Penemuan mereka juga menjelaskan bagaimana tingkat oksigen berdampak pada mekanisme sel dan fungsi fisiologis. “Pengindraan atau pengukuran oksigen menjadi pusat permasalahan sejumlah penyakit,” kata Komite Nobel dilansir Reuters.
“Langkah intensif di laboratorium akademik dan perusahaan farmasi kini fokus mengembangkan obat, yang mampu mengintervensi penyakit dengan mengaktifkan atau memblokade dengan mesin oksigen,” ujarnya.
Melansir BBC, penemuan ketiga ilmuwan itu berdampak pada kehidupan sehari-hari mulai dari olahraga, berada di ketinggian tertentu, hingga perkembangan janin. “Signifikansi oksigen telah dikaji selama berabad-abad. Tapi, bagaimana sel beradaptasi terhadap perubahan tingkat oksigen belum pernah diketahui,” katanya.
Oksigen yang dihidup manusia dan masuk ke tubuh mampu mengubah makanan menjadi energi. Namun, tingkat oksigen di dalam tubuh berbeda-beda, khusus selama berolahraga hingga pada ketinggian tertentu. Ketika oksigen menurun, sela dipaksa cepat untuk beradaptasi terhadap metabolisme.
Kemampuan tubuh untuk mendeteksi oksigen bisa memicu produksi sel darah merah baru atau konstruksi pembuluh darah baru. Itu juga memiliki peranan penting dalam sistem kekebalan dan tahapan awal pada perkembangan di dalam janin.
Pemahaman terhadap kemampuan tingkat oksigen menjadi ide untuk perawatan baru dalam penyembuhan kanker dan tumor. Dalam penyakit kanker dan tumor biasanya akan membajak proses penciptaan pembuluh darah baru dan membuat kanker terus tumbuh. Perawatannya adalah meminta tubuh membuat sel darah merah lebih banyak sehingga bisa menjadi perawatan efektif untuk anemia.
Siapa tiga ilmuwan tersebut? William Kaelin Jr merupakan seorang profesor kedokteran di Universitas Harvard yang pernah mendapatkan penghargaan Lasker Award untuk Penelitian Kedokteran Dasar pada 2016. Penelitiannya fokus pada protein tumor dan peranan mutasi pada tumor serta kanker. Dia meraih gelar sarjana dalam bidang matematika dan kimia di Universitas Duke dan menjalani praktik dokter spesialis penyakit dalam di Johns Hopkins. Dia juga memiliki laboratorium kanker sendiri.
Peter Ratcliffe merupakan seorang dokter asal Inggris dan ahli biologi sel serta molekul yang dikenal dengan penemuannya dalam bidang reaksi sel terhadap hypoxia. Dia juga menjadi dokter di Klinik John Radcliffe Hospital, Oxford, Inggris, dan menjadi profesor di Universitas Oxford sejak 2004. Sejak 1989, dia memang dikenal sebagai ahli ginjal dan mendirikan laboratorium yang fokus meneliti hormon yang memproduksi sel merah.
Gregg Semenza adalah pria kelahiran 1 Juli 1956 merupakan profesor di Universitas Johns Hopkins. Dia menjadi direktur Institite Cell Engineering. Dia juga penemu HIF-1, yakni teknik yang mengizinkan sel kanker beradaptasi terhadap lingkungan oksigen yang buruk. Sebelumnya, dia pernah mengkaji beta thalassemia ketika menempuh PhD di Universitas Pennsylvania.
Peraih Nobel Kedokteran akan mendapatkan hadiah 9 juta crown Swedia (USD913.000). Hadiah itu akan dibagi tiga orang tersebut. Nobel Kedokteran menjadi Nobel yang diumumkan pertama setiap tahunnya. Nobel itu menjadi prestasi bagi ilmuwan yang mengembangkan sains kedokteran dan diberikan sejak 1901.
Nobel kedokteran pernah diberikan kepada Alexander Fleming, penemu penisilin, dan Karl Landsteiner yang mengidentifikasi tipe darah dan aman untuk transfusi. Tahun lalu, James Allison dari AS dan Tasuko Honjo dari Jepang memenangkan Nobel Kedokteran karena menemukan sistem kekebalan tubuh untuk terapi kanker.
Para peraih Nobel bidang kedokteran itu juga mampu menggerakkan molekuler yang mengatur aktivitas gen untuk merespons dalam berbagai tingkat oksigen. Anggota Komite Nobel Randall Johnson mendeskripsikan karya tiga ilmuwan itu sebagai “penemuan buku teks”.
“Itu adalah sesuatu biologi dasar di mana siswa belajar ketika mereka berusia 12 atau 13 atau lebih muda. Di dalam biologi, mereka belajar hal paling fundamental yakni bagaimana sel bekerja. Ini menjadi aspek dasar bagaimana sel bekerja dan itu merupakan hal sangat menarik,” ujarnya dilansir CNN.
Komite Nobel juga mengungkapkan penemuan itu mampu mengungkapkan mekanisme paling esensial dalam proses kehidupan. Penemuan mereka juga menjelaskan bagaimana tingkat oksigen berdampak pada mekanisme sel dan fungsi fisiologis. “Pengindraan atau pengukuran oksigen menjadi pusat permasalahan sejumlah penyakit,” kata Komite Nobel dilansir Reuters.
“Langkah intensif di laboratorium akademik dan perusahaan farmasi kini fokus mengembangkan obat, yang mampu mengintervensi penyakit dengan mengaktifkan atau memblokade dengan mesin oksigen,” ujarnya.
Melansir BBC, penemuan ketiga ilmuwan itu berdampak pada kehidupan sehari-hari mulai dari olahraga, berada di ketinggian tertentu, hingga perkembangan janin. “Signifikansi oksigen telah dikaji selama berabad-abad. Tapi, bagaimana sel beradaptasi terhadap perubahan tingkat oksigen belum pernah diketahui,” katanya.
Oksigen yang dihidup manusia dan masuk ke tubuh mampu mengubah makanan menjadi energi. Namun, tingkat oksigen di dalam tubuh berbeda-beda, khusus selama berolahraga hingga pada ketinggian tertentu. Ketika oksigen menurun, sela dipaksa cepat untuk beradaptasi terhadap metabolisme.
Kemampuan tubuh untuk mendeteksi oksigen bisa memicu produksi sel darah merah baru atau konstruksi pembuluh darah baru. Itu juga memiliki peranan penting dalam sistem kekebalan dan tahapan awal pada perkembangan di dalam janin.
Pemahaman terhadap kemampuan tingkat oksigen menjadi ide untuk perawatan baru dalam penyembuhan kanker dan tumor. Dalam penyakit kanker dan tumor biasanya akan membajak proses penciptaan pembuluh darah baru dan membuat kanker terus tumbuh. Perawatannya adalah meminta tubuh membuat sel darah merah lebih banyak sehingga bisa menjadi perawatan efektif untuk anemia.
Siapa tiga ilmuwan tersebut? William Kaelin Jr merupakan seorang profesor kedokteran di Universitas Harvard yang pernah mendapatkan penghargaan Lasker Award untuk Penelitian Kedokteran Dasar pada 2016. Penelitiannya fokus pada protein tumor dan peranan mutasi pada tumor serta kanker. Dia meraih gelar sarjana dalam bidang matematika dan kimia di Universitas Duke dan menjalani praktik dokter spesialis penyakit dalam di Johns Hopkins. Dia juga memiliki laboratorium kanker sendiri.
Peter Ratcliffe merupakan seorang dokter asal Inggris dan ahli biologi sel serta molekul yang dikenal dengan penemuannya dalam bidang reaksi sel terhadap hypoxia. Dia juga menjadi dokter di Klinik John Radcliffe Hospital, Oxford, Inggris, dan menjadi profesor di Universitas Oxford sejak 2004. Sejak 1989, dia memang dikenal sebagai ahli ginjal dan mendirikan laboratorium yang fokus meneliti hormon yang memproduksi sel merah.
Gregg Semenza adalah pria kelahiran 1 Juli 1956 merupakan profesor di Universitas Johns Hopkins. Dia menjadi direktur Institite Cell Engineering. Dia juga penemu HIF-1, yakni teknik yang mengizinkan sel kanker beradaptasi terhadap lingkungan oksigen yang buruk. Sebelumnya, dia pernah mengkaji beta thalassemia ketika menempuh PhD di Universitas Pennsylvania.
Peraih Nobel Kedokteran akan mendapatkan hadiah 9 juta crown Swedia (USD913.000). Hadiah itu akan dibagi tiga orang tersebut. Nobel Kedokteran menjadi Nobel yang diumumkan pertama setiap tahunnya. Nobel itu menjadi prestasi bagi ilmuwan yang mengembangkan sains kedokteran dan diberikan sejak 1901.
Nobel kedokteran pernah diberikan kepada Alexander Fleming, penemu penisilin, dan Karl Landsteiner yang mengidentifikasi tipe darah dan aman untuk transfusi. Tahun lalu, James Allison dari AS dan Tasuko Honjo dari Jepang memenangkan Nobel Kedokteran karena menemukan sistem kekebalan tubuh untuk terapi kanker.
(don)