Militer Irak Akui Gunakan Kekuatan Berlebih Saat Tangani Aksi Demo
A
A
A
BAGHDAD - Militer Irak akhirnya mengakui telah menggunakan "kekuatan berlebihan" saat menangani aksi demonstrasi yang telah berlangsung selama satu pekan. Sebelumnya, pemerintah Irak membantah tudingan yang menyebut aparat keamanan telah melepaskan tembakan langsung ke arah demonstran, yang menyebabkan lebih dari seratus demonstran tewas.
"Kekuatan berlebihan di luar aturan telah digunakan dan kami telah mulai meminta pertanggungjawaban para perwira komandan yang melakukan tindakan salah ini," sebut pernyataan militer Irak, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Perdana Menteri Irak Adel Abdel Mahdi telah memerintahkan pasukan itu untuk digantikan dengan unit Polisi Federal dan Dinas Intelijen untuk membuka penyelidikan atas insiden tersebut. Ini adalah pertama kalinya sejak protes pecah, pasukan keamanan mengakui menggunakan tindakan yang tidak proporsional.
Sebelumnya, Mahdi bersikeras bahwa pihaknya telah bertindak "dalam standar internasional" dalam menangani aksi demonstrasi di Baghdad dan sejumlah kota lainnya di Irak. Sejak aksi demonstrasi massal itu meletus, lebih dari 100 orang telah terbunuh dan beberapa ribu lainnya terluka. Para saksi mata melaporkan, aparat menggunakan meriam air, gas air mata, dan peluru tajam untuk mengatasi para demosntran.
Pada Minggu (6/10) malam, sebuah protes massa di Kota Sadr, Baghdad timur menyebabkan bentrokan yang menurut petugas medis dan keamanan menewaskan 13 orang. Dalam video yang didistribusikan di media sosial, para pemrotes dapat terlihat merunduk di jalan-jalan yang berserakan dengan ban terbakar, ketika sebuah tembakan senjata dan diduga senjata berat terdengar.
Terus jatuhnya korban jiwa dalam aksi massa di Irak telah menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, termasuk PBB. Pemerintah Irak diminta tidak menggunakan kekuatan berlebihan dalam mengatasi aksi demonstrasi.
"Kekuatan berlebihan di luar aturan telah digunakan dan kami telah mulai meminta pertanggungjawaban para perwira komandan yang melakukan tindakan salah ini," sebut pernyataan militer Irak, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Perdana Menteri Irak Adel Abdel Mahdi telah memerintahkan pasukan itu untuk digantikan dengan unit Polisi Federal dan Dinas Intelijen untuk membuka penyelidikan atas insiden tersebut. Ini adalah pertama kalinya sejak protes pecah, pasukan keamanan mengakui menggunakan tindakan yang tidak proporsional.
Sebelumnya, Mahdi bersikeras bahwa pihaknya telah bertindak "dalam standar internasional" dalam menangani aksi demonstrasi di Baghdad dan sejumlah kota lainnya di Irak. Sejak aksi demonstrasi massal itu meletus, lebih dari 100 orang telah terbunuh dan beberapa ribu lainnya terluka. Para saksi mata melaporkan, aparat menggunakan meriam air, gas air mata, dan peluru tajam untuk mengatasi para demosntran.
Pada Minggu (6/10) malam, sebuah protes massa di Kota Sadr, Baghdad timur menyebabkan bentrokan yang menurut petugas medis dan keamanan menewaskan 13 orang. Dalam video yang didistribusikan di media sosial, para pemrotes dapat terlihat merunduk di jalan-jalan yang berserakan dengan ban terbakar, ketika sebuah tembakan senjata dan diduga senjata berat terdengar.
Terus jatuhnya korban jiwa dalam aksi massa di Irak telah menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, termasuk PBB. Pemerintah Irak diminta tidak menggunakan kekuatan berlebihan dalam mengatasi aksi demonstrasi.
(esn)