RI Serukan Hentikan Krisis Kemanusiaan di Rakhine State
A
A
A
NEW YORK - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi menyerukan dunia internasional untuk mengambil langkah darurat untuk menyelesaikan krisis Rakhine State. Hal itu disampaikan Retno dalam pertemuan yang membahas situasi terkini di Rakhine State, di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-74 di New York.
"Situasi kemanusiaan di Rakhine State mengharuskan masyarakat internasional mengambil langkah darurat untuk menyelesaikannya," ucap Retno, seperti dikutip Sindonews dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Rabu (25/9).
Retno menuturkan, situasi kemanusiaan semakin memprihatinkan di Rakhine State, khususnya pasca gagalnya upaya repatriasi para pengungsi dari perbatasan Agustus lalu dan semakin besarnya rasa ketidakpercayaan semua elemen dalam penyelesaian krisis ini.
“Kompleksitas isu di Rakhine State, Myanmar tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak menemukan solusi penyelesaian krisis kemanusiaan ini," ungkapnya.
Menurut Retno, isu utama yang paling mengganjal penyelesaian krisis kemanusiaan di Rakhine State adalah adanya rasa saling tidak percaya di semua tingkatan, hingga ke lapisan masyarakat di pengungsian dan masyarakat internasional.
Hal penting yang harus segera diciptakan, papar Retno, adalah situasi yang kondusif agar terbangun kembali rasa saling percaya antara semua elemen yang terlibat. “Ini yang sejak awal Indonesia dan ASEAN lakukan untuk menyelesaikan situasi kemanusiaan di Rakhine State," ungkapnya.
Dalam pertemuan tersebut, Retno menyampaikan dua usulan konkrit yang dapat mendorong penyelesaian krisis kemanusian yaitu, pertama, mengatasi kebutuhan para pengungsi yang bersifat darurat. Bagi Indonesia, ungkap Retno, bantuan kemanusiaan harus terus diberikan kepada pengungsi, rasa aman harus segera dijamin sehingga proses repatriasi pengungsi yang aman, sukarela dan bermartabat segera dapat dilakukan.
Kedua, jelas Retno, membantu menciptakan perdamaian yang berkesinambungan melalui pembangunan ekonomi dan pemberdayaan bagi masyarakat Rakhine State. Retno menyebut, fasilitas pendidikan dan kesehatan harus diberikan, roda perekonomian harus segera dapat digerakkan dan hal lain yang cukup penting adalah masyarakat yang toleran dan majumuk harus terus ditumbuhkembangkan.
“Indonesia telah membangun sekolah dan rumah sakit serta pasar rakyat untuk menggerakan sektor ekonomi dan mencukupi kebutuhan kesehatan dan Pendidikan masyarakat di Rakhine State," tukasnya.
"Situasi kemanusiaan di Rakhine State mengharuskan masyarakat internasional mengambil langkah darurat untuk menyelesaikannya," ucap Retno, seperti dikutip Sindonews dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Rabu (25/9).
Retno menuturkan, situasi kemanusiaan semakin memprihatinkan di Rakhine State, khususnya pasca gagalnya upaya repatriasi para pengungsi dari perbatasan Agustus lalu dan semakin besarnya rasa ketidakpercayaan semua elemen dalam penyelesaian krisis ini.
“Kompleksitas isu di Rakhine State, Myanmar tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak menemukan solusi penyelesaian krisis kemanusiaan ini," ungkapnya.
Menurut Retno, isu utama yang paling mengganjal penyelesaian krisis kemanusiaan di Rakhine State adalah adanya rasa saling tidak percaya di semua tingkatan, hingga ke lapisan masyarakat di pengungsian dan masyarakat internasional.
Hal penting yang harus segera diciptakan, papar Retno, adalah situasi yang kondusif agar terbangun kembali rasa saling percaya antara semua elemen yang terlibat. “Ini yang sejak awal Indonesia dan ASEAN lakukan untuk menyelesaikan situasi kemanusiaan di Rakhine State," ungkapnya.
Dalam pertemuan tersebut, Retno menyampaikan dua usulan konkrit yang dapat mendorong penyelesaian krisis kemanusian yaitu, pertama, mengatasi kebutuhan para pengungsi yang bersifat darurat. Bagi Indonesia, ungkap Retno, bantuan kemanusiaan harus terus diberikan kepada pengungsi, rasa aman harus segera dijamin sehingga proses repatriasi pengungsi yang aman, sukarela dan bermartabat segera dapat dilakukan.
Kedua, jelas Retno, membantu menciptakan perdamaian yang berkesinambungan melalui pembangunan ekonomi dan pemberdayaan bagi masyarakat Rakhine State. Retno menyebut, fasilitas pendidikan dan kesehatan harus diberikan, roda perekonomian harus segera dapat digerakkan dan hal lain yang cukup penting adalah masyarakat yang toleran dan majumuk harus terus ditumbuhkembangkan.
“Indonesia telah membangun sekolah dan rumah sakit serta pasar rakyat untuk menggerakan sektor ekonomi dan mencukupi kebutuhan kesehatan dan Pendidikan masyarakat di Rakhine State," tukasnya.
(esn)