Iran: Setiap Serangan akan Berujung pada Perang Skala Besar
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammed Javad Zarif mengatakan, setiap serangan yang dilancarkan Arab Saudi atau Amerika Serikat (AS) terhadap Teheran akan berujung pada perang skala besar. Pernyataan ini datang setelah Presiden AS, Donald Trump menyebut opsi militer ada di atas meja terhadap Iran, untuk merespon serangan kilang minyak Saudi.
Dalam sebuah pernyataan, Zarif mengatakan, Iran tidak pernah menginginkan perang. Namun, jika ada serangan terhadap Iran, Zarif memastikan bahwa hal itu berkembang menjadi perang dalam skala besar.
“Saya membuat pernyataan yang sangat serius bahwa kita tidak menginginkan perang, kami tidak ingin terlibat dalam konfrontasi militer. Tetapi kami tidak akan berkedip untuk mempertahankan wilayah kami," ucap Zarif, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (19/9).
Dia kemudian mengatakan, Trump dan sekutu-sekutunya harus berdoa agar perang itu tidak terjadi untuk kepentingan mereka sendiri.
Sementara itu, Zarif menyinggung mengenai keputusan AS yang belum mengeluarkan visa untuk dirinya dan Presiden Iran, Hassan Rouhani. Di mana, Zarif menyebut AS mencoba menghindari kewajibannya untuk mengeluarkan visa bagi delegasi yang akan menghandiri pertemuan PBB.
Di bawah Perjanjian Kantor Pusat PBB tahun 1947, AS diminta untuk memberikan visa kepada diplomat dan pejabat asing yang hendak menghadiri pertemuan PBB. Tetapi Washington mengatakan dapat menolak memberikan visa karena alasan keamanan, terorisme, dan kebijakan luar negeri.
Dalam sebuah pernyataan, Zarif mengatakan, Iran tidak pernah menginginkan perang. Namun, jika ada serangan terhadap Iran, Zarif memastikan bahwa hal itu berkembang menjadi perang dalam skala besar.
“Saya membuat pernyataan yang sangat serius bahwa kita tidak menginginkan perang, kami tidak ingin terlibat dalam konfrontasi militer. Tetapi kami tidak akan berkedip untuk mempertahankan wilayah kami," ucap Zarif, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (19/9).
Dia kemudian mengatakan, Trump dan sekutu-sekutunya harus berdoa agar perang itu tidak terjadi untuk kepentingan mereka sendiri.
Sementara itu, Zarif menyinggung mengenai keputusan AS yang belum mengeluarkan visa untuk dirinya dan Presiden Iran, Hassan Rouhani. Di mana, Zarif menyebut AS mencoba menghindari kewajibannya untuk mengeluarkan visa bagi delegasi yang akan menghandiri pertemuan PBB.
Di bawah Perjanjian Kantor Pusat PBB tahun 1947, AS diminta untuk memberikan visa kepada diplomat dan pejabat asing yang hendak menghadiri pertemuan PBB. Tetapi Washington mengatakan dapat menolak memberikan visa karena alasan keamanan, terorisme, dan kebijakan luar negeri.
(esn)