Rusia Khawatir Perang Pecah di Timur Tengah
A
A
A
MOSKOW - Rusia khawatir akan terjadi perang di Timur Tengah pasca adanya serangan terhadap dua kilang minyak Arab Saudi. Moskow berharap ketegangan yang terjadi di Timur Tengah bisa diselesaikan secara damai.
"Ancaman (skenario perang) memang ada. Tapi saya berharap penyelesaian damai," kata Kepala Intelijen Rusia, Sergey Naryshkin dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (17/9).
Seperti diketahui, Saudi dan Amerika Serikat (AS) menuduh Iran berada di balik serangan yang terjadi pada akhir pekan tersebut. Menteri Pertahanan AS, Mark Esper bahkan telah mengatakan, militer AS sedang mempersiapkan tanggapan terhadap serangan itu.
"Militer AS dengan tim antarlembaga kami, bekerja dengan mitra kami untuk mengatasi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dan mempertahankan tatanan berdasarkan aturan internasional yang sedang dirusak oleh Iran," ucap Esper.
Sementara itu, berbeda dengan AS dan Saudi, Inggris dan Prancis mengatakan mereka belum memiliki bukti kongkrit siapa yang bertanggung atas serangan itu dan darimana serangan itu dilancarkan.
"Hingga kini Prancis tidak memiliki bukti untuk mengatakan bahwa drone ini berasal dari satu tempat atau lainnya, dan saya tidak tahu apakah ada yang punya bukti," kata Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian.
"Ancaman (skenario perang) memang ada. Tapi saya berharap penyelesaian damai," kata Kepala Intelijen Rusia, Sergey Naryshkin dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (17/9).
Seperti diketahui, Saudi dan Amerika Serikat (AS) menuduh Iran berada di balik serangan yang terjadi pada akhir pekan tersebut. Menteri Pertahanan AS, Mark Esper bahkan telah mengatakan, militer AS sedang mempersiapkan tanggapan terhadap serangan itu.
"Militer AS dengan tim antarlembaga kami, bekerja dengan mitra kami untuk mengatasi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dan mempertahankan tatanan berdasarkan aturan internasional yang sedang dirusak oleh Iran," ucap Esper.
Sementara itu, berbeda dengan AS dan Saudi, Inggris dan Prancis mengatakan mereka belum memiliki bukti kongkrit siapa yang bertanggung atas serangan itu dan darimana serangan itu dilancarkan.
"Hingga kini Prancis tidak memiliki bukti untuk mengatakan bahwa drone ini berasal dari satu tempat atau lainnya, dan saya tidak tahu apakah ada yang punya bukti," kata Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian.
(esn)