Zarif: Palestina Bukan Properti yang Bisa Diperjuabelikan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif secara tersirat melemparkan kritikan atas rencana perdamaian Israel-Palestina bentukan Amerika Serikat (AS), yang kerap disebut kesepakatan abad ini. Zarif menyebut kesepakatan itu sebagai kesepakatan real estate.
"Kami percaya bahwa upaya saat ini untuk memaksakan, pada dasarnya solusi real estate di Palestina akan gagal," kata Zarif saat menyampaikan pernyataan pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi di Jakarta pada Jumat (6/9).
"Palestina adalah aspirasi nasional, Palestina adalah kiblat pertama umat Muslim, itu bukan bagian dari real estate, itu tidak dapat dibeli dan dijual," sambung diplomat senior Iran tersebut.
Zarif menuturkan, aspirasi jutaan rakyat Palestina yang telah tinggal di luar tanah air mereka selama bertahun-tahun tidak bisa begitu saja terhapus oleh sapuan pena, itu tidak dapat dihapus melalui kesepakatan bisnis. Dirinya menyebut, dia dan Retno sepakat bahwa hak warga Palestina perlu dihormati.
"Hak mereka untuk menentukan nasib sendiri, hak mereka untuk tanah air mereka, hak untuk negara mereka sendiri dengan Al-Quds Al-Sharif (Yerusalem) sebagai Ibu Kota mereka adalah posisi bersama yang selalu dipegang oleh Iran dan Indonesia dan kami akan melanjutkan posisi tersebut di dalam OKI, dalam Gerakan Non Blok dan di PBB di mana kami memiliki kerja sama yang sangat baik dengan Indonesia," ungkapnya.
Selain membahas masalah Palestina, Zarif menuturkan, dia dan Retno juga membahas mengenai kerjasama bilateral, khususnya dalam bidang pariwisata. Zarif berharap lebih banyak warga Indonesia yang berkunjung ke Iran, begitu pula sebaliknya.
"Kami percaya bahwa upaya saat ini untuk memaksakan, pada dasarnya solusi real estate di Palestina akan gagal," kata Zarif saat menyampaikan pernyataan pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi di Jakarta pada Jumat (6/9).
"Palestina adalah aspirasi nasional, Palestina adalah kiblat pertama umat Muslim, itu bukan bagian dari real estate, itu tidak dapat dibeli dan dijual," sambung diplomat senior Iran tersebut.
Zarif menuturkan, aspirasi jutaan rakyat Palestina yang telah tinggal di luar tanah air mereka selama bertahun-tahun tidak bisa begitu saja terhapus oleh sapuan pena, itu tidak dapat dihapus melalui kesepakatan bisnis. Dirinya menyebut, dia dan Retno sepakat bahwa hak warga Palestina perlu dihormati.
"Hak mereka untuk menentukan nasib sendiri, hak mereka untuk tanah air mereka, hak untuk negara mereka sendiri dengan Al-Quds Al-Sharif (Yerusalem) sebagai Ibu Kota mereka adalah posisi bersama yang selalu dipegang oleh Iran dan Indonesia dan kami akan melanjutkan posisi tersebut di dalam OKI, dalam Gerakan Non Blok dan di PBB di mana kami memiliki kerja sama yang sangat baik dengan Indonesia," ungkapnya.
Selain membahas masalah Palestina, Zarif menuturkan, dia dan Retno juga membahas mengenai kerjasama bilateral, khususnya dalam bidang pariwisata. Zarif berharap lebih banyak warga Indonesia yang berkunjung ke Iran, begitu pula sebaliknya.
(esn)