Para Miliarder Hong Kong Merugi Rp214 Triliun Akibat Kerusuhan
A
A
A
HONG KONG - Unjuk rasa telah mengacaukan kehidupan di Hong Kong selama 11 pekan terakhir. Kerusuhan mengakibatkan jalanan ditutup, penerbangan dihentikan di bandara dan mengguncang bursa saham. Guncangan yang dialami pasar keuangan membuat 10 orang paling kaya di Hong Kong kehilangan USD15 miliar (Rp214 triliun) menurut perkiraan Financial Times.
Beberapa warga terkaya di kota itu pun sudah cukup merasakan dampak unjuk rasa itu, termasuk orang terkaya Hong Kong Li Ka-Shing. ”Li bahkan memasang iklan di sejumlah surat kabar lokal Hong Kong untuk menyerukan dihentikannya unjuk rasa pada 15 Agustus lalu,” ungkap laporan South China Morning Post.
Iklan yang dipasang Li menampilkan tulisan mandarin untuk “kekerasan” ditutup tanda larangan umum yakni lingkaran merah dengan strip melintang di tengahnya. Gambar itu ditambah dengan tulisan, “Hentikan kemarahan dan kekerasan atas nama cinta.” Iklan itu pun diberi tanda tangan, “seorang warga Hong Kong Li Ka-shing.”
Li saja kehilangan USD3 miliar (Rp43 triliun) sejak Juli menurut laporan Financial times. Li yang sering dipanggil “Superman” merupakan miliarder berusia 90 tahun yang kekayaan bersihnya mencapai USD27 miliar (Rp384 triliun). Menurut Forbes, Li yang lahir di China telah pindah ke Hong Kong pada 1940 untuk menghindari penjajahan Jepang. Dia pun memulai karir sebagai pekerja pabrik.
Dia membangun kekayaannya sebagai pengembang real estate dan investor utama di operator pelabuhan dan operator telepon seluler CK Hutchison Holdings. Miliarder lainnya pun mengeluhkan hal serupa. “Ini waktu untuk berpikir mendalam,” papar miliarder real estate Peter Woo di Hong Kong Economic Journal pada 12 Agustus, menurut Bloomberg.
“Penolakan rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi adalah pohon besar dari gerakan ini. Ini satu-satunya gugatan besar yang telah diterima oleh pemerintah, jadi pohon ini telah roboh,” tutur Peter Woo. Lebih dari USD1 miliar lenyap dari kekayaan pribadi Woo sejak unjuk rasa terjadi menurut Bloomberg. Saat ini kekayaan Woo sebesar USD11 miliar. Menurut Bloomberg Billionaire Index, Woo merupakan orang terkaya kedelapan di Hong Kong.
Pemilik maskapai Hong Kong Cathay Pacific, Swire Pacific juga mengungkap pernyataan menyerukan dihentikannya unjuk rasa disertai aktivitas ilegal dan perilaku kekerasan. “Swire Pacific sangat khawatir dengan berlanjutnya kekerasan dan kekacauan yang berdampak pada Hong Kong,” papar pernyataan konglomerat berbasis Hong Kong tersebut.
Perusahaan itu juga mendukung penegakan hukum dan upaya Chief Executive Hong Kong Carrie Lam untuk memulihkan ketertiban. Pengembang real estate Sun Hung Kai Properties yang dikelola keluarga terkaya ketiga di Asia, Kwoks juga menyerukan dihentikan kerusuhan di Hong Kong.
“Serangkaian aksi kekerasan terbaru untuk menentang penegakan hukum telah merusak ekonomi Hong Kong dan mempengaruhi kehidupan warga,” papar pernyataan Sun Hung Kai Properties. Kekayaan keluarga Kwoks diperkirakan sebesar USD40,4 miliar menurut data Forbes.
Kekayaan bersih para miliarder Hong Kong sangat sensitif pada guncangan pasar menurut laporan sebelumnya Business Insider. “Pada 2018, kekayaan para miliarder Hong Kong mengalami penurunan paling drastis dibandingkan wilayah lain di penjuru dunia. Kekayaan bersih warga terkaya Hong Kong turun 13% pada 2018, dibandingkan rata-rata global hanya 3%,” ungkap data perusahaan konsultan teknologi Prancis, Capgemini.
Unjuk rasa di Hong Kong diikuti hingga jutaan warga sejak Juli lalu. Pengunjuk rasa sempat memblokade gerbang keberangkatan di bandara Hong Kong pada 13 Agustus hingga mengakibatkan ratusan penerbangan dibatalkan. Para pengunjuk rasa pun meminta maaf dengan membawa tulisan “berjuang untuk kebebasan kami.”
Situasi di Hong Kong tampaknya tidak akan reda dalam waktu dekat. Akibat kerusuhan itu sejumlah negara mengalami peningkatan minat warga Hong Kong yang hendak mengajukan permanent resident, termasuk di Malaysia dan Australia. Program Malaysia untuk menarik warga asing kaya agar tinggal di negara itu telah mendapat pengajuan dari 250 warga Hong Kong tahun ini.
Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan hanya 193 orang dari Hong Kong pada tahun lalu. Sejumlah konsultan properti menyatakan, minat pada program “Malaysia My Second Home" (MM2H) itu meningkat dari Hong Kong yang kini sedang diguncang unjuk rasa anti-China dalam 11 pekan terakhir.
Sejumlah agen real estate memperkirakan Malaysia dan Thailand mendapat keuntungan paling banyak dari warga Hong Kong yang frustrasi dengan semakin maraknya unjuk rasa di kota bekas koloni Inggris tersebut. “Faktor pendorong dari Hong Kong tentau akan membuat Malaysia sebagai salah satu alternatif terbaik untuk lokasi tinggal yang baru,” papar Sharifah Ikhlas Aljaffree, direktur program MM2H yang dikelola Kementerian Pariwisata Malaysia.
Dia menambahkan, “Kekuatan kita terletak tidak hanya pada sikap bersahabat bangsa kita, biaya hidup yang terjangkau dan kualitas hidup yang tinggi, termasuk layanan kesehatan, tapi juga stabilitas ekonomi dan politik kita, ditambah pembangunan infrastruktur kita.”
Sharifah menjelaskan, program itu tahun ini telah menerima total 3.500 aplikasi hingga pekan ini, dibandingkan 6.279 sepanjang 2018. Menurut dia, belum ada aplikasi tahun ini yang telah disetujui. Australia juga mengalmai peningkatan minat program visa untuk jutawan dari warga kaya Hong Kong.
Departemen migrasi negara bagian New South Wales melaporkan peningkatan aplikasi dari Hong Kong dalam beberapa bulan terakhir. “Minat itu bertepatan dengan kerusuhan terbaru di Hong Kong,” ungkap pernyataan departemen migrasi, menyebut program Significant Investor Visa (SIV) senilai 5 juta dolar Australia yang menyediakan residensi langsung pada para pemohon.
Beberapa warga terkaya di kota itu pun sudah cukup merasakan dampak unjuk rasa itu, termasuk orang terkaya Hong Kong Li Ka-Shing. ”Li bahkan memasang iklan di sejumlah surat kabar lokal Hong Kong untuk menyerukan dihentikannya unjuk rasa pada 15 Agustus lalu,” ungkap laporan South China Morning Post.
Iklan yang dipasang Li menampilkan tulisan mandarin untuk “kekerasan” ditutup tanda larangan umum yakni lingkaran merah dengan strip melintang di tengahnya. Gambar itu ditambah dengan tulisan, “Hentikan kemarahan dan kekerasan atas nama cinta.” Iklan itu pun diberi tanda tangan, “seorang warga Hong Kong Li Ka-shing.”
Li saja kehilangan USD3 miliar (Rp43 triliun) sejak Juli menurut laporan Financial times. Li yang sering dipanggil “Superman” merupakan miliarder berusia 90 tahun yang kekayaan bersihnya mencapai USD27 miliar (Rp384 triliun). Menurut Forbes, Li yang lahir di China telah pindah ke Hong Kong pada 1940 untuk menghindari penjajahan Jepang. Dia pun memulai karir sebagai pekerja pabrik.
Dia membangun kekayaannya sebagai pengembang real estate dan investor utama di operator pelabuhan dan operator telepon seluler CK Hutchison Holdings. Miliarder lainnya pun mengeluhkan hal serupa. “Ini waktu untuk berpikir mendalam,” papar miliarder real estate Peter Woo di Hong Kong Economic Journal pada 12 Agustus, menurut Bloomberg.
“Penolakan rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi adalah pohon besar dari gerakan ini. Ini satu-satunya gugatan besar yang telah diterima oleh pemerintah, jadi pohon ini telah roboh,” tutur Peter Woo. Lebih dari USD1 miliar lenyap dari kekayaan pribadi Woo sejak unjuk rasa terjadi menurut Bloomberg. Saat ini kekayaan Woo sebesar USD11 miliar. Menurut Bloomberg Billionaire Index, Woo merupakan orang terkaya kedelapan di Hong Kong.
Pemilik maskapai Hong Kong Cathay Pacific, Swire Pacific juga mengungkap pernyataan menyerukan dihentikannya unjuk rasa disertai aktivitas ilegal dan perilaku kekerasan. “Swire Pacific sangat khawatir dengan berlanjutnya kekerasan dan kekacauan yang berdampak pada Hong Kong,” papar pernyataan konglomerat berbasis Hong Kong tersebut.
Perusahaan itu juga mendukung penegakan hukum dan upaya Chief Executive Hong Kong Carrie Lam untuk memulihkan ketertiban. Pengembang real estate Sun Hung Kai Properties yang dikelola keluarga terkaya ketiga di Asia, Kwoks juga menyerukan dihentikan kerusuhan di Hong Kong.
“Serangkaian aksi kekerasan terbaru untuk menentang penegakan hukum telah merusak ekonomi Hong Kong dan mempengaruhi kehidupan warga,” papar pernyataan Sun Hung Kai Properties. Kekayaan keluarga Kwoks diperkirakan sebesar USD40,4 miliar menurut data Forbes.
Kekayaan bersih para miliarder Hong Kong sangat sensitif pada guncangan pasar menurut laporan sebelumnya Business Insider. “Pada 2018, kekayaan para miliarder Hong Kong mengalami penurunan paling drastis dibandingkan wilayah lain di penjuru dunia. Kekayaan bersih warga terkaya Hong Kong turun 13% pada 2018, dibandingkan rata-rata global hanya 3%,” ungkap data perusahaan konsultan teknologi Prancis, Capgemini.
Unjuk rasa di Hong Kong diikuti hingga jutaan warga sejak Juli lalu. Pengunjuk rasa sempat memblokade gerbang keberangkatan di bandara Hong Kong pada 13 Agustus hingga mengakibatkan ratusan penerbangan dibatalkan. Para pengunjuk rasa pun meminta maaf dengan membawa tulisan “berjuang untuk kebebasan kami.”
Situasi di Hong Kong tampaknya tidak akan reda dalam waktu dekat. Akibat kerusuhan itu sejumlah negara mengalami peningkatan minat warga Hong Kong yang hendak mengajukan permanent resident, termasuk di Malaysia dan Australia. Program Malaysia untuk menarik warga asing kaya agar tinggal di negara itu telah mendapat pengajuan dari 250 warga Hong Kong tahun ini.
Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan hanya 193 orang dari Hong Kong pada tahun lalu. Sejumlah konsultan properti menyatakan, minat pada program “Malaysia My Second Home" (MM2H) itu meningkat dari Hong Kong yang kini sedang diguncang unjuk rasa anti-China dalam 11 pekan terakhir.
Sejumlah agen real estate memperkirakan Malaysia dan Thailand mendapat keuntungan paling banyak dari warga Hong Kong yang frustrasi dengan semakin maraknya unjuk rasa di kota bekas koloni Inggris tersebut. “Faktor pendorong dari Hong Kong tentau akan membuat Malaysia sebagai salah satu alternatif terbaik untuk lokasi tinggal yang baru,” papar Sharifah Ikhlas Aljaffree, direktur program MM2H yang dikelola Kementerian Pariwisata Malaysia.
Dia menambahkan, “Kekuatan kita terletak tidak hanya pada sikap bersahabat bangsa kita, biaya hidup yang terjangkau dan kualitas hidup yang tinggi, termasuk layanan kesehatan, tapi juga stabilitas ekonomi dan politik kita, ditambah pembangunan infrastruktur kita.”
Sharifah menjelaskan, program itu tahun ini telah menerima total 3.500 aplikasi hingga pekan ini, dibandingkan 6.279 sepanjang 2018. Menurut dia, belum ada aplikasi tahun ini yang telah disetujui. Australia juga mengalmai peningkatan minat program visa untuk jutawan dari warga kaya Hong Kong.
Departemen migrasi negara bagian New South Wales melaporkan peningkatan aplikasi dari Hong Kong dalam beberapa bulan terakhir. “Minat itu bertepatan dengan kerusuhan terbaru di Hong Kong,” ungkap pernyataan departemen migrasi, menyebut program Significant Investor Visa (SIV) senilai 5 juta dolar Australia yang menyediakan residensi langsung pada para pemohon.
(don)