China Sayangkan Uji Coba Rudal Baru AS
A
A
A
BEIJING - Kementerian Luar Negeri China menuturkan, uji coba rudal jelajah yang diluncurkan di Amerika Serikat (AS), yang dilakukan akhir pekan lalu, dapat mendorong perlombaan senjata baru dan membahayakan keamanan global.
"Tindakan AS akan menyebabkan eskalasi militer dan akan memiliki dampak negatif pada keamanan regional dan internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (20/8).
"Ini cukup menegaskan bahwa Amerika Serikat memang bertujuan untuk menyingkirkan pembatasan, mengembangkan rudal canggih dan mengamankan supremasi militer sepihak, ketika menarik diri Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah (INF)," sambungnya.
Sebelumnya, pernyataan serupa juga disampaikan oleh Rusia. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov mengatakan, Moskow sangat menyesali keputusan Rusia untuk melakukan uji coba tersebut. Dia mengatakan, Washington berusaha memancing ketegangan, tapi Rusia tidak akan terpancing.
"Semua ini menimbulkan penyesalan, AS jelas telah mengambil jalan untuk meningkatkan ketegangan militer. Kami tidak akan menyerah pada provokasi. Kami tidak akan membiarkan diri kami ditarik ke perlombaan senjata yang mahal," ucap Ryabkov, seperti dilansir Reuters pada Selasa (20/8).
Ryabkov kemudian mengatakan, meskipun telah diuji, Rusia tidak berencana untuk mengerahkan rudal baru mereka, kecuali AS melakukannya terlebih dahulu.
Seperti diketahui, Pentagon mengatakan bahwa pihaknya telah menguji coba rudal jelajah yang dikonfigurasi secara konvensional, yang mencapai sasaran di jarak lebih dari 500 km. Ini adalah uji coba pertama setelah runtuhnya Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah (INF) dengan Rusia.
"Tindakan AS akan menyebabkan eskalasi militer dan akan memiliki dampak negatif pada keamanan regional dan internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (20/8).
"Ini cukup menegaskan bahwa Amerika Serikat memang bertujuan untuk menyingkirkan pembatasan, mengembangkan rudal canggih dan mengamankan supremasi militer sepihak, ketika menarik diri Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah (INF)," sambungnya.
Sebelumnya, pernyataan serupa juga disampaikan oleh Rusia. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov mengatakan, Moskow sangat menyesali keputusan Rusia untuk melakukan uji coba tersebut. Dia mengatakan, Washington berusaha memancing ketegangan, tapi Rusia tidak akan terpancing.
"Semua ini menimbulkan penyesalan, AS jelas telah mengambil jalan untuk meningkatkan ketegangan militer. Kami tidak akan menyerah pada provokasi. Kami tidak akan membiarkan diri kami ditarik ke perlombaan senjata yang mahal," ucap Ryabkov, seperti dilansir Reuters pada Selasa (20/8).
Ryabkov kemudian mengatakan, meskipun telah diuji, Rusia tidak berencana untuk mengerahkan rudal baru mereka, kecuali AS melakukannya terlebih dahulu.
Seperti diketahui, Pentagon mengatakan bahwa pihaknya telah menguji coba rudal jelajah yang dikonfigurasi secara konvensional, yang mencapai sasaran di jarak lebih dari 500 km. Ini adalah uji coba pertama setelah runtuhnya Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah (INF) dengan Rusia.
(esn)