Ini Deretan Perempuan yang Sukses Memulai Bisnis Besar

Selasa, 20 Agustus 2019 - 07:19 WIB
Ini Deretan Perempuan...
Ini Deretan Perempuan yang Sukses Memulai Bisnis Besar
A A A
NEW YORK - Banyak perusahaan sukses didirikan oleh perempuan. Banyak pula di antara perusahaan itu menjadi bisnis bernilai miliaran rupiah. Bukan hanya perusahaan pakaian dan kecantikan seperti Glossier, Rent the Runway dan Spanx, tetapi juga perusahaan teknologi seperti Bumble, Eventbrite, dan Cisco.

Melansir Business Insider, terdapat lebih dari 11,6 juta perusahaan Amerika Serikat (AS) dimiliki perempuan dengan total penjualan mencapai USD1,7 triliun. Banyak perusahaan itu kini berubah menjadi perusahaan dengan nilai kapital mencapai miliaran dengan pertumbuhan yang sangat pesat.

Pengusaha perempuan yang tangguh dan sukses adalah Sandy Lerner. Dia memulai Cisco bersama suaminya, Leonard Bosack, pada 1984 dan kini nilai bisnis perusahannya mencapai USD248 miliar. Lerner bersama suaminya memulai bisnis saat bekerja di Universitas Stanford pada 1981 dan kemudian mengembangkan router yang bisa mengoneksikan jaringan komputer. Pada 1984, mereka menjadikan teknologi baru itu menjadi bisnis yang disebut dengan Cisco System.

Setelah beberapa dekade kemudian, perusahaan itu menjual router komputer ke beberapa perusahaan. Meskipun Lerner dan Bosack sudah tidak lagi aktif di Cisco, tetapi perusahaan itu terus tumbuh dan semakin menguntungkan. Lerner selalu mendorong perempuan untuk mempertimbangkan metode alternatif untuk mendirikan start-up dan mendanainya dengan cara yang unik dan tidak mengandalkan modal perusahana tradisional.

"Jika kamu berada di lomba tikus, maka kamu harus menjadi lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah," ujar Lerner dilansir Forbes. Dia juga mendorong perempuan agar memiliki hak kekayaan intelektual sehingga semua orang tidak bisa mudah mencontek model bisnis. Dia tidak mendukung perempuan untuk berbisnis produk kecantikan dengan mengandalkan media sosial karena semua orang bisa memainkan hal itu semua.

"Bisnis kecantikan itu jelek karena tidak mendapatkan keuntungan yang kompetitif," kata Lerner. Dia mengaku beruntung karena tidak mengembangkan bisnis produk kecantikan. Selain Lerner, Julia Hartz dan suaminya, Kevin, merealisasikan kesulitan bagi sebagian orang untuk membeli tiket konser atau acara tertentu pada 2006.

Mereka meluncurkan eventbrite yang mengizinkan konsumen membeli tiket secara langsung melalui situs tersebut. Perusahaan tersebut mampu menjual 60.000 tiket konser Black Eyes Peas di Central Park. Saat ini, perusahaan tersebut mengelola 3,9 juta acara di seluruh dunia. Eventbrite pun memiliki nilai mencapai USD2,8 miliar.

Bukan hanya bermain di sektor tiket semata, namun Eventbrite dengan memperkuat platform bisnis. "Dalam jangka panjang, kita membangun platform musik independen global untuk memaksimalkan pendapatan dan mengizinkan inovasi yang bermakna,"kata Julia Hartz dilansir CNBC. "Kita percaya kita bisa membawa bisnis musik Amerika Utara menjadi platform global tunggal dalam beberapa tahun mendatang," katanya.

Tak mudah untuk menjadi seorang pengusaha. Hartz mengklaim dirinya memerlukan waktu yang panjang untuk menganggap dirinya sebagai seorang pengusaha yang sesunggunya. Itu dikarenakan dirinya tidak pernah berambisi untuk menjadi seorang pengusaha, dia hanya menggambarkan dirinya sebagai pemain balet.

Saat mendirikan Eventbrite bersama Kevin, Hartz mengungkapkan dirinya tidak memiliki ide tentang apa yang dilakukannya dan apa yang akan terjadi ke depannya. “Itu menjadi hal pertama dalam kehidupan saya bahwa saya tidak memiliki rencana,” ungkapnya. Namun, dia belajar tentang keraguan dan ketakutan yang pernah dialaminya. Dia pun belajar bagaimana mematikan keraguan dan menghilangkan pemikiran negatif.

Setelah 10 tahun menjadi Presiden Eventbrite, Hartz mengambil alih posisi CEO dari suaminya pada 2015 dia dia harus menahan nafas dan melompat. Dia menjelaskan bagaimana dirinya harus mengubah mental dan menavigasi tantangan serta tujuan, bukan tekanan. “Saya selalu bergerak cepat untuk memusatkan diri saya dan fokus dengan misi saya,” ujarnya.

Hartz menjadi CEO perempuan yang sangat jarang di perusahaan teknologi publik. Dia pun memosisikan dirinya sebagai teladan agar banyak perempuan bisa mengikuti jejaknya. “Saya mengetahui hal penting bahwa saya masih dikeliling banyak perempuan kuat,” paparnya. Apa yang dilakukannya? Hartz menjamin budaya Eventbrite adalah inklusivitas.

Dia mengutamakan keragaman dalam teknologi dengan pembagian 50/50 gender dan keseimbangan itu menjadi aset penting untuk tumbuh kembangnya perusahaan. "Harapan saya adalah orang menulis tentang Evenbrite karena itu adalah jenis perusahaan seperti apa, bukan hanya apa yang kita lakukan dan berapa uang yang kita peroleh,” tuturnya. Hartz juga selalu berpikir kalau pengusaha itu bukan selalu dilahirkan.

Dia juga menyakini semua orang bisa menjadi pengusaha meskipun dilahirkan dengan sedikit bakat. “Bisnis itu masalah otot,” ujarnya. Untuk menjadi pengusaha, dia juga menyarankan agar orang memiliki mental Jujitsu yang menuntut fokus dan tidak berpikir berapa banyak tekanan pada pekerjaan. “Saya hanya fokus pada tugas baik setelah bangun, saat berolahraga, dan mandi,” ujarnya.

Berbicara mengenai filsafat kepemimpinan, Hartz menegaskan tentang pentingnya nilai-nilai yang selalu berubah. Dia menegaskan, bahwa dirinya adalah orang yang bisa menyebabkan perubahan bisa terjadi. “Saya selalu menjadi agen perubahan di perusahaan, mencari kesempatan untuk menghancurkan status quo, mencari cara lebih baik, mengubah apa yang ada di sekitar kita,” ujarnya.

Kemudian, pada 2006, Anne Wojcicki meluncurkan 23andMe dengan bantuan Linda Avey dan Paul Cusenza. Perusahaan itu didesain untuk menguji penyakit yang dimiliki pasien, seperti kanker atau gangguan lainnya. Saat peluncuran, biaya uji genetic mencapai USD999. Dua tahun kemudian, majalah Time menyebut itu sebagai Invention of the Year. Kini, perusahaan itu memiliki nilai kapital mencapai USD2,5 miliar dengan 10 juta pelanggan.

Sebagai pemimpin perusahaan berbasis kesehatan, Wojcicki juga menjamin perusahannya memiliki fasilitas kebugaran dan kesehatan yang memadai. Dan kini fokus dari bisnisnya adalah mendirikan perpusataan DNA untuk membantu penelitian obat bagi berbagai penyakit. Apa yang dilakukan Wojcicki adalah memandu pelanggan berdasarkan gen dengan memberikan kontrol kesehatan mereka.

Dia mengembangkan aplikasi berbasis kecerdasan buatan yang bisa mengingatkan untuk minum air lebih banyak atau memilih menu makan siang yang sehat bagi penderita penyakit diabetes atau pun Parkinson's. "Dunia medis itu tergantung potensimu untuk menjadi lebih sehat," katanya. "Saya pikir itu menjadi hal yang menyedihkan," paparnya.

Sementara itu, Pada 2008, Jennifer Hyman memiliki ide bisnis di mana perempuan bisa menyewa desainer pakaian setelah adiknya berniat memiliki gaun pengantin senilai USD2.000. Dia membentuk tim bersama Jennifer Fleiss untuk memulai bisnis yang dimulai dari kampus Harvard. Pada 2009, Rent the Runway diluncurkan dan mengizinkan perempuan yang memiliki anggaran terbatas bisa menyewa desainer pakaian.

10 tahun kemudian, Rent the Runway memiliki nilai capital mencapai USD1 miliar dan mengancam toko ritel sederhana. Kemudian, Pada 1989, Katie Rodan mengaku frustasi karena dia tidak mampu menyembuhkan jerawat pasiennya. Setahun kemudian, dia bersama kawannya Kathy Fields memutuskan untuk menjual perawatan khusus jerawat.

Pada 1995, Proativ diluncurkan dan merevolusioner industri perawatan kulit. Perusahaan tersebut kini memiliki 20 juta pelanggan dan Proactiv memiliki nilai kapital mencapai USD1 miliar. Pada 2002, dua dokter itu juga menciptakan brand khusus Rodan + Fields yang fokus pada produk perawatan kulit bagi perempuan berusia lanjut.

Tak kalah hebat adalah Whitney Wolfe Herd. Dia sukses merintis aplikasi kencan ketika masih menjadi wakil presiden marketing di Tinder. Dia mengajukan gugatan hukum kepada bosnya atas kekerasan seksual dan dia terpaksa mengundurkan diri. Setelah Tinder, Herd memutuskan bersaing dengan bekan perusahaan tempatnya dahulu itu dengan menciptakan aplikasi kencan yang baru.

Dengan bantuan pendiri Badoo, Andrey Andreev, Herd menciptakan Bumble, mengizinkan perempuan untuk memulai ajakan kencan.Kini, Herd masih menjadi CEO Bumble dengan nilai kapital mencapai USD1 miliar dengan 35 juta pengguna. Selanjutnya, Ellen Latham merupakan ahli fisiologi ketika dia membuka studio yoga pertama kalinya.

Pelanggan mengeluhkan suplemen yoga, sehingga dia membuka “Ellen’s Ultimate Workout,” yang kemudian menjadi kajian ilmiah tentang fitnes. Pada 2010, Latham menjadikan pendekatan fitness yang unik menjadi bisnis dengan bantuan Jerome Kern dan David Long. Mereka membuka studio Orangetheory Fitness di Florida dan menyebar di seluruh AS dan dunia. Pada 2019, nilai penjualan perusahaan itu mencapai USD1 miliar dan kini sudah memiliki 1.100 studio.

Kemudian, ketika Sara Blakely berpakaian untuk pesta pada 1990-an, dia memutuskan untuk memotong pantyhose (semacam stoking). Intuisinya bermain kalau dia bisa membuat bisnis pantyhose yang nyaman bagi perempuan. Malam dan akhir pekan, dia fokus mendesain pantyhose setelah bekerja seharian sebagai agen penjualan mesin fax.

Pada 2000, dia meluncurkan Spanx. Dua tahun kemudian, dia disebut sebagai miliarder mandiri perempuan termuda. Kini, perusahaannya telah memiliki nilai kapital mencapai USD1 miliar. Menariknya, saat Emily Weiss memulai magang di Teen Vogue, dia mengenalkan blognya, Into the Gloss. Blog tersebut fokus pada produk kecantikan dan itu menjadi sangat populer ketika dia memutuskan untuk keluar dari Vogue.

Pada 2014, dia mengubah blog kecantikannya menjadi sebuah perusahaan bernama Glossier yang menjual produk kecantikan secara langsung via Instagram. Lima tahun kemudian, Glossier memiliki nilai mencapai USD1,2 miliar dan dia berencana membuka lima toko ritel pada 2019. Selanjutnya, pada 2007, Nichole Mustard diminta bergabung dengan sebuah proyek bersama Kenneth Lin dan Ryan Graciano.

Bersama-sama mereka mengembangkan ide untuk menciptakan sebuah perusahaan di mana orang bisa mengakses kredit tanpa perlu banyak biaya. Pada 2008, CreditKarma diluncurkan, dua tahun kemudiaan perusahaan itu memiliki satu juta anggota. Sata ini, Mustard menjabat sebagai chief revenue officer di CreditKarma dengan nilai perusahaan USD4 miliar.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0759 seconds (0.1#10.140)