Pengamat Wanti-wanti Pecahnya Konflik Air di Asia
A
A
A
HONOLULU - Pengamat bidang sumber daya dan insfrakstuktur di East-West Center, Allen Clarke, menuturkan bahwa China sejatinya memiliki semua air di Asia. Dia menuturkan air semua berasal dari dataran tinggi yang berada di dan sekitar China dan semuanya mengalir melewati Negeri Tirai Bambu itu.
Clarke menuturkan air merupakan dasar dari perkembangan Asia. Jika China, papar Clarke, memutuskan untuk memutus semua aliran air ini, maka negara-negara di Asia akan mengalami masalah yang sangat besar.
"Jadi, jika ingin mengetahui cerita mengenai masa depan mengenai apa yang terjadi dengan air yang datang dari puncak dunia dan saya bisa katakan ini bukan cerita yang indah untuk didengar. Konflik air tidak diragukan lagi akan menjadi salah satu isu tunggal dalam waktu dekat, maksud saya dalam waktu dekat sekitar 10 sampai 20 tahun kedepan, itu tidak lama lagi," ucapnya, Minggu (18/8/2019).
Clarke menuturkan bahwa saat ini China sudah membangun ratusan bendungan, baik besar ataupun kecil, di sepanjang sungai Mekong, yang bisa dikatakan menjadi sumber air dari beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
"Kita selalu berpikir bahwa sungai adalah penyuplai utama air, tapi pada faktanya sungai adalah tempat bertemuanya banyak sekali sungai-sungai kecil," ungkapnya.
"Saat kita melihat ketersediaan air, itu bisa dihentikan di dua level, pertama di level utama yang tentunya adalah aliran air utama. Tapi, jika mulai membendung semua sungai kecil yang memberi 'makan' sebuah sistem, maka ada masalah yang sangat besar, terkait dengan dampak dari kekurangan cadangan air dan yang akan paling terdampak adalah sektor pertanian dan pertanian adalah tulang punggung dari kebanyakan negara di Asia," sambungnya.
Jadi, ungkap Clarke, krisis air yang muncul mungkin akan menjadi cerita paling besar di Asia dalam waktu dekat.
"Kita bisa dialihkan oleh adanya perang disana atau satu pihak menolak kerja sama dengan pihak lain, pandangan kita terus dialihkan dalam masalah yang sebenarnya, yang mana adalah masalah air," tukasnya.
Clarke menuturkan air merupakan dasar dari perkembangan Asia. Jika China, papar Clarke, memutuskan untuk memutus semua aliran air ini, maka negara-negara di Asia akan mengalami masalah yang sangat besar.
"Jadi, jika ingin mengetahui cerita mengenai masa depan mengenai apa yang terjadi dengan air yang datang dari puncak dunia dan saya bisa katakan ini bukan cerita yang indah untuk didengar. Konflik air tidak diragukan lagi akan menjadi salah satu isu tunggal dalam waktu dekat, maksud saya dalam waktu dekat sekitar 10 sampai 20 tahun kedepan, itu tidak lama lagi," ucapnya, Minggu (18/8/2019).
Clarke menuturkan bahwa saat ini China sudah membangun ratusan bendungan, baik besar ataupun kecil, di sepanjang sungai Mekong, yang bisa dikatakan menjadi sumber air dari beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
"Kita selalu berpikir bahwa sungai adalah penyuplai utama air, tapi pada faktanya sungai adalah tempat bertemuanya banyak sekali sungai-sungai kecil," ungkapnya.
"Saat kita melihat ketersediaan air, itu bisa dihentikan di dua level, pertama di level utama yang tentunya adalah aliran air utama. Tapi, jika mulai membendung semua sungai kecil yang memberi 'makan' sebuah sistem, maka ada masalah yang sangat besar, terkait dengan dampak dari kekurangan cadangan air dan yang akan paling terdampak adalah sektor pertanian dan pertanian adalah tulang punggung dari kebanyakan negara di Asia," sambungnya.
Jadi, ungkap Clarke, krisis air yang muncul mungkin akan menjadi cerita paling besar di Asia dalam waktu dekat.
"Kita bisa dialihkan oleh adanya perang disana atau satu pihak menolak kerja sama dengan pihak lain, pandangan kita terus dialihkan dalam masalah yang sebenarnya, yang mana adalah masalah air," tukasnya.
(ian)