Rusia Kecam Sanksi AS terhadap Menlu Iran
A
A
A
MOSKOW - Rusia angkat bicara terkait sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) kepada Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif. Sebagai salah satu pihak yang ikut dalam perjanjian nuklir internasional 2015, Rusia mengecam keputusan AS.
"AS hanya memiliki satu alat - sanksi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada konferensi pers.
“Alat ini tidak berfungsi. Alat ini belum menyetujui sendiri. Alat ini telah mendiskreditkan dirinya dan orang-orang yang menerapkannya," tuturnya seperti dikutip dari Anadolu, Jumat (2/8/2019).
AS telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia sebanyak 71 kali, katanya, tetapi itu tidak mengubah Rusia dari jalur independen.
"Sudut-sudut AS itu sendiri, menghilangkan kemungkinan untuk menggunakan berbagai alat diplomatik, dengan hanya menggunakan sanksi," kata Zakharova.
Dia juga menuduh Washington memperparah situasi di Selat Hormuz.
"AS sengaja menggelembungkan situasi, termasuk mengorganisir perebutan bajak laut sebuah kapal tanker Iran di Gibraltar untuk memperkuat kehadiran militer AS di Teluk Persia dengan dalih memastikan kebebasan navigasi," ujarnya.
"Ada perasaan bahwa Washington sedang mencari alasan untuk meningkatkan situasi, untuk melanjutkan retorika agresif terhadap Iran dan untuk pindah ke fase konflik yang lebih aktif dan panas," tambahnya.
Washington memberikan sanksi ekonomi kepada Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif karena bekerja atas nama Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang masuk daftar hitam Presiden AS Donald Trump pada Juni lalu.
"Itu tidak berpengaruh pada saya atau keluarga saya, karena saya tidak memiliki properti atau kepentingan di luar Iran," kata Zarif menanggapi sanksi yang dijatuhkan oleh AS.
Ketegangan telah memuncak antara AS dan Iran sejak Washington secara sepihak mengundurkan diri dari kesepakatan nuklir 2015 tahun lalu. Perjanjian itu adalah hasil dari negosiasi yang berlarut-larut antara Teheran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, ditambah Jerman dan Uni Eropa.
AS sejak itu meluncurkan kampanye diplomatik dan ekonomi untuk memaksa Iran merundingkan kembali kesepakatan tersebut.
"AS hanya memiliki satu alat - sanksi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada konferensi pers.
“Alat ini tidak berfungsi. Alat ini belum menyetujui sendiri. Alat ini telah mendiskreditkan dirinya dan orang-orang yang menerapkannya," tuturnya seperti dikutip dari Anadolu, Jumat (2/8/2019).
AS telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia sebanyak 71 kali, katanya, tetapi itu tidak mengubah Rusia dari jalur independen.
"Sudut-sudut AS itu sendiri, menghilangkan kemungkinan untuk menggunakan berbagai alat diplomatik, dengan hanya menggunakan sanksi," kata Zakharova.
Dia juga menuduh Washington memperparah situasi di Selat Hormuz.
"AS sengaja menggelembungkan situasi, termasuk mengorganisir perebutan bajak laut sebuah kapal tanker Iran di Gibraltar untuk memperkuat kehadiran militer AS di Teluk Persia dengan dalih memastikan kebebasan navigasi," ujarnya.
"Ada perasaan bahwa Washington sedang mencari alasan untuk meningkatkan situasi, untuk melanjutkan retorika agresif terhadap Iran dan untuk pindah ke fase konflik yang lebih aktif dan panas," tambahnya.
Washington memberikan sanksi ekonomi kepada Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif karena bekerja atas nama Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang masuk daftar hitam Presiden AS Donald Trump pada Juni lalu.
"Itu tidak berpengaruh pada saya atau keluarga saya, karena saya tidak memiliki properti atau kepentingan di luar Iran," kata Zarif menanggapi sanksi yang dijatuhkan oleh AS.
Ketegangan telah memuncak antara AS dan Iran sejak Washington secara sepihak mengundurkan diri dari kesepakatan nuklir 2015 tahun lalu. Perjanjian itu adalah hasil dari negosiasi yang berlarut-larut antara Teheran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, ditambah Jerman dan Uni Eropa.
AS sejak itu meluncurkan kampanye diplomatik dan ekonomi untuk memaksa Iran merundingkan kembali kesepakatan tersebut.
(ian)