China Sebut AS Rusak Stabilitas Global
A
A
A
BEIJING - China mengecam Amerika Serikat (AS) karena dianggap telah merusak stabilitas global. Negeri Tirai Bambu itu mencatat meningkatnya persaingan strategis di antara negara-negara besar.
Hal itu tertuang dalam buku putih pertahanan pertama China sejak Presiden Xi Jinping melakukan reformasi militer pada 2015 lalu. Berjudul "Pertahanan Nasional China di Era Baru," bagian utama dari buku putih ini dibagi menjadi enam bagian: situasi keamanan internasional, kebijakan pertahanan nasional defensif China di era baru, memenuhi misi dan tugas angkatan bersenjata China di era baru
Bagian lain buku ini memuat reformasi pertahanan nasional dan angkatan bersenjata China, pengeluaran pertahanan yang masuk akal dan sesuai, dan secara aktif berkontribusi untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (24/7/2019).
"Persaingan strategis internasional sedang meningkat," kata Kementerian Pertahanan China dalam buku itu.
"Washington telah memicu dan mengintensifkan persaingan di antara negara-negara utama, secara signifikan meningkatkan pengeluaran pertahanannya, mendorong kapasitas tambahan dalam pertahanan nuklir, luar angkasa, siber dan rudal, dan merusak stabilitas strategis global," sambung buku itu seperti dikutip dari Al Jazeera.
Buku itu juga mengatakan bahwa Beijing akan mengejar kebijakan pertahanan nasional yang bersifat defensif. Namun buku itu juga menegaskan menentang kemerdekaan Taiwan dan tidak akan meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membuat wilayah independen itu di bawah kendalinya.
Ditambahkan bahwa China bertujuan untuk menyelesaikan modernisasi militernya pada tahun 2035. "Sepenuhnya mengubah angkatan bersenjata rakyat menjadi pasukan kelas dunia pada pertengahan abad ke-21," kata buku itu seperti dikutip dari Japan Times.
"Militer China yang kuat adalah kekuatan besar bagi perdamaian dunia, stabilitas dan pembangunan komunitas dengan masa depan yang sama bagi umat manusia," demikian isi buku putih itu.
Hal itu tertuang dalam buku putih pertahanan pertama China sejak Presiden Xi Jinping melakukan reformasi militer pada 2015 lalu. Berjudul "Pertahanan Nasional China di Era Baru," bagian utama dari buku putih ini dibagi menjadi enam bagian: situasi keamanan internasional, kebijakan pertahanan nasional defensif China di era baru, memenuhi misi dan tugas angkatan bersenjata China di era baru
Bagian lain buku ini memuat reformasi pertahanan nasional dan angkatan bersenjata China, pengeluaran pertahanan yang masuk akal dan sesuai, dan secara aktif berkontribusi untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (24/7/2019).
"Persaingan strategis internasional sedang meningkat," kata Kementerian Pertahanan China dalam buku itu.
"Washington telah memicu dan mengintensifkan persaingan di antara negara-negara utama, secara signifikan meningkatkan pengeluaran pertahanannya, mendorong kapasitas tambahan dalam pertahanan nuklir, luar angkasa, siber dan rudal, dan merusak stabilitas strategis global," sambung buku itu seperti dikutip dari Al Jazeera.
Buku itu juga mengatakan bahwa Beijing akan mengejar kebijakan pertahanan nasional yang bersifat defensif. Namun buku itu juga menegaskan menentang kemerdekaan Taiwan dan tidak akan meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membuat wilayah independen itu di bawah kendalinya.
Ditambahkan bahwa China bertujuan untuk menyelesaikan modernisasi militernya pada tahun 2035. "Sepenuhnya mengubah angkatan bersenjata rakyat menjadi pasukan kelas dunia pada pertengahan abad ke-21," kata buku itu seperti dikutip dari Japan Times.
"Militer China yang kuat adalah kekuatan besar bagi perdamaian dunia, stabilitas dan pembangunan komunitas dengan masa depan yang sama bagi umat manusia," demikian isi buku putih itu.
(ian)