FBI Investigasi Penipuan 'Con Queen of Hollywood' yang Catut Indonesia

Rabu, 17 Juli 2019 - 16:02 WIB
FBI Investigasi Penipuan Con Queen of Hollywood yang Catut Indonesia
FBI Investigasi Penipuan 'Con Queen of Hollywood' yang Catut Indonesia
A A A
JAKARTA - Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) turun tangan mencari korban penipuan yang dijanjikan menjadi profesional industri hiburan di Indonesia, khususnya di Jakarta. Sindikat penipu yang oleh media dijuluki "Con Queen of Hollywood" ini juga melakukan audisi palsu via telepon dengan menyamar sebagai eksekutif film di Marvel Studios.

FBI telah membuat situs web untuk mencari informasi guna investigasi terhadap "Con Queen of Hollywood", yang mengoperasikan penipuan dengan melibatkan para korban yang datang ke Indonesia. Para korban diberikan janji-janji kerja, meski faktanya hanya ditipu untuk dikuras uang mereka.

"Biro mencari korban yang mungkin telah melakukan perjalanan ke Indonesia di bawah janji tawaran pekerjaan potensial dari individu yang mengaku menjadi profesional industri hiburan terkenal," bunyi siaran pers FBI.

Apa yang diketahui secara publik tentang penipuan sejauh ini telah diperoleh dari laporan para korban yang diceritakan melalui media seperti The Hollywood Reporter. Media ini pada Juli 2018 mengungkap praktik penipuan dalam feature berjudul; Hunting the Con Queen of Hollywood: Who’s the “Crazy Evil Genius” Behind a Global Racket?

Perlu membaca feature tersebut untuk mengetahui seberapa rumit modus penipuan ini. Namun, FBI menjelaskan inti dari kasus penipuan tersebut. Berikut penjelasannya;

Korban yang tidak curiga biasanya dihubungi dan dibuat untuk percaya bahwa mereka akan menerima pekerjaan yang menguntungkan di industri hiburan yang melibatkan perjalanan ke Indonesia, biasanya Jakarta, untuk menyelesaikan uji coba menjalankan layanan mereka.

Kontak awal biasanya diterima melalui email dan berlanjut ke panggilan telepon dan komunikasi teks. Penipu biasanya menggunakan domain vanity email, memberikan dokumen "ruang lingkup kerja" yang realistis dan perjanjian non-pengungkapan, dan menetapkan rencana perjalanan yang tampak sah dan khas untuk industri.
Penipu juga menggunakan informasi, kemungkinan diperoleh dari media sosial dan sumber terbuka lainnya, tentang eksekutif hiburan dan pekerjaan korban sebelumnya untuk memberikan rasa legitimasi dan keaslian. Sering kali, penipu akan menunjukkan nama korban diterima pada rujukan. Setelah menerima pekerjaan di Indonesia, rencana perjalanan ditetapkan oleh penipu dan janji penggantian cepat dilakukan. Ketika uang penggantian tidak diterima oleh korban, penipu memberikan berbagai penjelasan untuk kegagalan membayar.

Sementara di Indonesia, para korban bertemu dengan pengemudi yang diatur sebelumnya dan ditekan untuk menyediakan mata uang AS untuk layanan mereka yang jauh melebihi tingkat normal. Para korban diyakinkan untuk terus memberikan jumlah lebih lanjut dari mata uang AS hingga perjalanan selesai atau mereka menyadari bahwa mereka adalah korban penipuan.

Para korban tidak mendapat penggantian untuk biaya perjalanan, uang yang diberikan kepada pengemudi, atau biaya layanan mereka selama di Indonesia.

FBI mengatakan bahwa skema penipuan dimulai sekitar 2013 dan menargetkan warga AS, dengan penulis, stuntpeople, make-up artist, penyedia keamanan, dan fotografer termasuk di antara korban yang dikenal.

Todd Hemmen, asisten agen khusus yang bertanggung jawab di kantor FBI di San Diego, tempat investigasi berpusat, mengatakan calon korban perlu berhati-hati tentang penawaran yang melibatkan perjalanan ke Indonesia, satu-satunya negara yang telah menjadi tujuan sejauh ini. Menurutnya, para korba biasanya diminta memberikan uang muka, sehingga sangat penting untuk memverifikasi bahwa calon bos.

“Para penipu itu tampaknya melakukan pekerjaan yang sangat teliti dengan memeriksa latar belakang identitas fiktif mereka, sehingga mengetahui banyak tentang individu yang mereka wakili, dan juga pekerjaan menyeluruh dalam memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang yang ditipu," kata Hemmen dalam sebuah wawancara dengan The New York Times, yang dikutip Rabu (17/7/2019).

Siaran pers FBI memperingatkan bahwa ini adalah penipuan yang sedang berlangsung dan menasihati siapa pun yang berencana untuk bepergian ke Indonesia untuk pekerjaan di industri hiburan agar melakukan penelitian tambahan dan berhati-hati. FBI juga menyiapkan kuesioner singkat bagi mereka yang telah menjadi korban penipuan untuk memberi mereka lebih banyak informasi guna penyelidikan.

Rata-rata, para korban kehilangan USD15.000 hingga USD20.000.

Dalam informasi terbaru tentang "Con Queen of Hollywood", The Hollywood Reporter menggambarkan modus operandi baru yang mengganggu untuk artis scam, yakni memikat orang ke dalam percakapan telepon yang dibebankan secara seksual. Media tersebut mengatakan scammer baru-baru ini mulai menargetkan tokoh Marvel Studios, yakni Victoria Alonso, seorang VP eksekutif produksi di studio superhero-centric yang menemukan pada bulan April bahwa seseorang telah menyamar sebagai dirinya untuk melakukan audisi palsu via telepon dengan calon aktor.

"Con Queen of Hollywood" dilaporkan telah menyamar sebagai sejumlah eksekutif film wanita terkenal lainnya selama bertahun-tahun, termasuk presiden Lucasfilm, Kathleen Kennedy, dan mantan bos Paramount, Sherry Lansing, serta tokoh-tokoh terkenal lainnya seperti Wendi Murdoch, mantan istri bos Fox; Rupert Murdoch.

Penyamar yang tampaknya ahli telah digambarkan sebagai seorang wanita yang teliti, canggih, terampil dengan aksennya dan jago memanipulasi psikologis dan emosional sehingga membuatnya dihormati oleh para korban. Namun, para penyelidik mengatakan penipuan itu juga melibatkan "bos pria" yang berkomunikasi dengan pengemudi Indonesia dan penerjemah yang terlibat dalam penipuan. Dia dilaporkan dapat berbicara bahasa Inggris dan Indonesia yang sempurna dan dikenal mengancam korban dengan menyiratkan bahwa dia melaporkan korban ke imigrasi Indonesia karena bekerja dengan visa turis.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3077 seconds (0.1#10.140)