Iran Bantah Bersedia Negosiasikan Program Nuklir
A
A
A
NEW YORK - Iran membantah bahwa mereka bersedia untuk menegosiasikan program rudalnya, jika Amerika Serikat (AS) berhenti menjual senjata ke kawasan Timur Tengah. Bantahan itu disampaikan oleh Perwakilan Tetap Iran di PBB.
"Rudal Iran dan misilnya adalah sesuatu yang benar dan dalam kondisi apa pun tidak dapat dinegosiasikan dengan siapa pun atau negara mana pun," kata Perwakilan Tetap Iran di PBB dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (17/7).
Kabar mengenai Iran siap menegosiasikan program rudalnya muncul setelah Menteri Luar Negeri Iran, Mohamed Javad Zarif melakukan wawancara dengan NBC.
Dalam wawancara itu, Zarif menuturkan bahwa jika AS ingin membicarakan mengenai rudal, maka mereka harus berhenti menjual senjata. Wawancara ini memancing spekulasi bahwa Iran siap menegosiasikan program rudalnya pada satu titik.
Perwakilan Tetap Iran di PBB kemudian mengatakan bahwa media dan publik salah mengartikan apa yang disampaikan Zarif.
"Menarik kesimpulan yang salah dalam mengejar tajuk berita, ketika apa yang dikatakan dalam konteks itu jelas, hanya mengarah pada berkurangnya kedudukan pers dengan publik," ungkapnya.
"Rudal Iran dan misilnya adalah sesuatu yang benar dan dalam kondisi apa pun tidak dapat dinegosiasikan dengan siapa pun atau negara mana pun," kata Perwakilan Tetap Iran di PBB dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (17/7).
Kabar mengenai Iran siap menegosiasikan program rudalnya muncul setelah Menteri Luar Negeri Iran, Mohamed Javad Zarif melakukan wawancara dengan NBC.
Dalam wawancara itu, Zarif menuturkan bahwa jika AS ingin membicarakan mengenai rudal, maka mereka harus berhenti menjual senjata. Wawancara ini memancing spekulasi bahwa Iran siap menegosiasikan program rudalnya pada satu titik.
Perwakilan Tetap Iran di PBB kemudian mengatakan bahwa media dan publik salah mengartikan apa yang disampaikan Zarif.
"Menarik kesimpulan yang salah dalam mengejar tajuk berita, ketika apa yang dikatakan dalam konteks itu jelas, hanya mengarah pada berkurangnya kedudukan pers dengan publik," ungkapnya.
(esn)