Von der Leyen Presiden Komisi Eropa yang Baru
A
A
A
BRUSSELS - Menteri Pertahanan Jerman, Ursula von der Leyen, dikukuhkan sebagai presiden Komisi Eropa yang baru. Ia menjadi wanita pertama yang duduk di posisi paling bergengsi di Uni Eropa (UE).
Parlemen Eropa memberikan suara 383-327 dengan 22 abstain pada hari Selasa untuk menyetujui von der Leyen sebagai Presiden Komisi Eropa. Dibutuhkan 374 suara mayoritas mutlak untuk mendapatkan jabatan itu dan von der Leyen berhasil melewatinya dengan kelebihan sembilan suara.
"Saya merasa sangat tersanjung dan saya terbebani," katanya dalam reaksi spontan. "Tugas di depan kita merendahkanku," imbuhnya seperti dikutip dari AP, Rabu (17/7/2019).
Von der Leyen dicalonkan oleh para pemimpin UE sebagai bagian dari paket penunjukan keseluruhan, tetapi masih membutuhkan dukungan dari legislatif.
Dia adalah kandidat menit terakhir dan banyak legislator marah karena tidak ada kandidat utama mereka yang dipilih untuk pekerjaan itu.
"Pesan saya untuk Anda semua adalah: mari kita bekerja bersama secara konstruktif," ujarnya.
Von der Leyen berangkat dengan tujuan politik yang segar, kesetaraan gender di mana aturan hukum terus bergoyang saat ini.
Terpilihnya von der Leyen merupakan bagian penting dalam paket pekerjaan terbaik yang disetujui para pemimpin Uni Eropa awal bulan ini.
Di bawah kesepakatan itu, kelompok liberal Eropa pasar bebas mendapatkan Perdana Menteri Belgia Charles Michel sebagai presiden Dewan Eropa dan kaum Sosialis memenangkan parlemen tertinggi. Christine Lagarde dari Prancis diajukan sebagai kepala Bank Sentral Eropa.
Von der Leyen mengatakan kepada anggota parlemen di Strasbourg pada hari Selasa bahwa elemen gender akan menjadi bagian penting dari pekerjaannya.
Ia akan memastikan kesetaraan gender penuh di timnya yang terdiri dari 28 komisioner.
Menunjukkan bahwa sejak didirikan pada tahun 1958, kurang dari 20% dari komisioner adalah perempuan, ia berkata: "Kami mewakili setengah dari populasi kami. Kami ingin bagian yang adil."
Sebelum pemungutan suara, anggota parlemen Uni Eropa yang tidak begitu keberatan dengan von der Leyen secara pribadi menyuarakan kemarahannya sehingga mereka dikesampingkan dalam proses pengangkatan. Kandidat mereka untuk jabatan komisi, bisa dibilang yang paling penting dari semua pekerjaan, semua ditolak oleh para pemimpin Uni Eropa.
Parlemen Eropa memberikan suara 383-327 dengan 22 abstain pada hari Selasa untuk menyetujui von der Leyen sebagai Presiden Komisi Eropa. Dibutuhkan 374 suara mayoritas mutlak untuk mendapatkan jabatan itu dan von der Leyen berhasil melewatinya dengan kelebihan sembilan suara.
"Saya merasa sangat tersanjung dan saya terbebani," katanya dalam reaksi spontan. "Tugas di depan kita merendahkanku," imbuhnya seperti dikutip dari AP, Rabu (17/7/2019).
Von der Leyen dicalonkan oleh para pemimpin UE sebagai bagian dari paket penunjukan keseluruhan, tetapi masih membutuhkan dukungan dari legislatif.
Dia adalah kandidat menit terakhir dan banyak legislator marah karena tidak ada kandidat utama mereka yang dipilih untuk pekerjaan itu.
"Pesan saya untuk Anda semua adalah: mari kita bekerja bersama secara konstruktif," ujarnya.
Von der Leyen berangkat dengan tujuan politik yang segar, kesetaraan gender di mana aturan hukum terus bergoyang saat ini.
Terpilihnya von der Leyen merupakan bagian penting dalam paket pekerjaan terbaik yang disetujui para pemimpin Uni Eropa awal bulan ini.
Di bawah kesepakatan itu, kelompok liberal Eropa pasar bebas mendapatkan Perdana Menteri Belgia Charles Michel sebagai presiden Dewan Eropa dan kaum Sosialis memenangkan parlemen tertinggi. Christine Lagarde dari Prancis diajukan sebagai kepala Bank Sentral Eropa.
Von der Leyen mengatakan kepada anggota parlemen di Strasbourg pada hari Selasa bahwa elemen gender akan menjadi bagian penting dari pekerjaannya.
Ia akan memastikan kesetaraan gender penuh di timnya yang terdiri dari 28 komisioner.
Menunjukkan bahwa sejak didirikan pada tahun 1958, kurang dari 20% dari komisioner adalah perempuan, ia berkata: "Kami mewakili setengah dari populasi kami. Kami ingin bagian yang adil."
Sebelum pemungutan suara, anggota parlemen Uni Eropa yang tidak begitu keberatan dengan von der Leyen secara pribadi menyuarakan kemarahannya sehingga mereka dikesampingkan dalam proses pengangkatan. Kandidat mereka untuk jabatan komisi, bisa dibilang yang paling penting dari semua pekerjaan, semua ditolak oleh para pemimpin Uni Eropa.
(ian)