Targetkan Turis China, Demonstran Aksi di Jalanan Pusat Pariwata

Senin, 08 Juli 2019 - 06:54 WIB
Targetkan Turis China,...
Targetkan Turis China, Demonstran Aksi di Jalanan Pusat Pariwata
A A A
HONG KONG - Puluhan ribu demonstran turun ke jalanan utama pusat pariwisata Hong Kong untuk menjelaskan kepada turis asal China tentang penolakan terhadap rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi. Unjuk rasa menentang RUU itu telah diikuti jutaan orang dalam beberapa pekan terakhir di Hong Kong dan menjadi tantangan terbesar bagi popularitas Presiden Chian Xi Jinping sejak berkuasa pada 2012.

RUU itu memungkinkan seseorang dikirim ke China untuk diadili di pengadilan yang dikontrol Partai Komunis. Penolakan terhadap RUU itu telah memicu kemarahan di penjuru Hong Kong karena khawatir peraturan tersebut dapat merusak kebebasan di kota tersebut. Hong Kong dikembalikan ke China pada 1997 dengan kebijakan satu negara dua sistem yang mengizinkan kebebasan yang tak diizinkan di Chian daratan, termasuk hak untuk berunjuk rasa dan sistem pengadilan independen.

Para demonstran telah menduduki gedung legislatif di jantung kota itu pada Senin (1/7) sebelum diusir oleh kepolisian yang menembakkan gas air mata. Demonstrasi itu hanya mendapat sedikit liputan di Chian daratan dan sensor diterapkan untuk sebagian besar berita unjuk rasa terbesar di Hong Kong itu. Pengunjuk rasa berpawai di Tsim Sha Tsui, pusat perbelanjaan populer yang dipenuhi toko-toko mewah.

Mereka berkumpul di sana kemarin untuk menyampaikan pesan secara langsung kepada para turis asal China daratan untuk pertama kali. Pawai singkat itu berakhir di stasiun kereta yang menghubungkan Hong Kong ke Chian daratan. Unjuk rasa itu digelar di lokasi yang sensitif karena sebagian fasilitas itu telah berada dalam yurisdiksi China sejak September, langkah yang membuat khawatir publik tentang janji otonomi Hong Kong.

Lau Wing-hong, salah satu pengorganisasi unjuk rasa, menjelaskan pawai itu digelar damai dan akan berakhir setelah demonstran tiba di tujuan mereka dekat stasiun kereta. Tidak ada rencana masuk ke stasiun tersebut. “Ini harapan bahwa warga Hong Kong dapat menyebarkan bagaimana orang Hong Kong dapat berpawai dengan damai dan membawa informasi protes ini kembali ke daratan pada turis daratan,” papar Lau, kepada kantor berita Reuters.

Kepolisian dan staf kereta berjaga di setiap pintu masuk stasiun. Para turis yang membawa koper mengaku tidak tahu tentang unjuk rasa itu dan tidak tahu tentang RUU ekstradisi tersebut. Mereka menjelaskan bahwa mereka tahu pemerintah telah memblokade beberapa bagian stasiun untuk keamanan.

MTR Corp Ltd yang mengelola kereta metro menjelaskan pihaknya akan menutup semua pintu masuk ke Stasiun West Kowloon yang menjadi bagian dari rute khusus untuk penumpang. Toko-toko makanan dan minuman juga ditutup. Tiket kereta online antara Hong Kong dan Shenzen di China daratan terlihat di layar sudah terjual habis dari pukul 14.30 sore hingga 18.30 sore, bertepatan dengan waktu unjuk rasa.

Turis asal Chian dari Xiamen, Huang, menyatakan dia datang dengan keluarganya dan tinggal di Tsim Sha Tsui saat para demonstran memberikan selebaran. “Saya tidak tahu rincian protes itu. Tapi, saya akan menghormati hak rakyat Hong Kong untuk pawai. Ini tidak banyak memengaruhi rencana perjalanan saya,” ujar dia.

Badan penyiaran RTHK menjelaskan, lebih dari 1.000 personel kepolisian dikerahkan. Kepolisian menyatakan beberapa jalan akan ditutup sementara dan transportasi publik akan dialihkan. Asosiasi pariwisata Hong Kong menjelaskan, beberapa agensi travel akan menjauh dari Tsim Sha Tsui, kemarin.

Penyelenggara unjuk rasa menyebarkan iklan untuk mendorong warga mengikuti pawai. “Kepada para pesulap, jika kalian dapat mengubah hati dingin menjadi hati hangat, ikut ke jalanan dengan kami pada 7 Juli,” ungkap salah satu iklan. RUU ekstradisi itu membuat Chief Executive Hong Kong Carrie Lam mendapat tekanan terbesar dalam kepemimpinannya.

RUU itu dapat berlaku untuk warga Hong Kong, warga asing, dan warga China yang tinggal atau melakukan perjalanan di kota tersebut. Para pengacara dan kelompok hak asasi manusia (HAM) menyatakan sistem pengadilan China diwarnai oleh penyiksaan, pengakuan paksa dan penahanan sewenang-wenang. Pemerintah China menyangkal tuduhan itu.

Para demonstran ingin RUU ekstradisi itu dibatalkan seluruhnya. Lam telah menawarkan perundingan tertutup dengan para mahasiswa dari dua universitas, tapi para aktivis menyatakan mereka ingin diskusi digelar secara terbuka dan penghentian investigasi kepada para demonstran yang ditahan. Kepolisian telah menahan sejumlah demonstran pekan ini.

Hampir 2.000 orang berunjuk rasa di distrik pemukiman Tuen Mun pada Sabtu (6/7) untuk memprotes para wanita asal China daratan yang dituduh menyanyi dan menarik lagu pop dengan bahasa Mandarin. pengunjuk rasa menyatakan para penyanyi itu mengakibatkan polusi suara dan mengganggu warga. Kepolisian menggunakan semprotan merica untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1258 seconds (0.1#10.140)