Persaingan Kursi PM Inggris, Johnson Makin Favorit

Sabtu, 22 Juni 2019 - 08:46 WIB
Persaingan Kursi PM...
Persaingan Kursi PM Inggris, Johnson Makin Favorit
A A A
LONDON - Pendukung keras Brexit Boris Johnson semakin menjadi favorit untuk duduk di kursi perdana menteri (PM) Inggris. Sementara pesaingnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Jeremy Hunt, memiliki strategi lain untuk bisa mengalahkan Johnson.

Johnson difavoritkan akan menjadi PM baru Inggris sejak Theresa May menyatakan diri bakal lengser pada bulan lalu. Sama seperti pendahulunya, May telah gagal menyelesaikan Brexit selama lebih dari tiga tahun. Rencananya telah ditolak Parlemen. Dia tidak memiliki solusi lain yang dapat diterima secara umum.

Johnson dan Hunt merupakan dua kandidat dari puluhan kandidat yang mengajukan diri dari Partai Konservatif dan bertahan sampai sekarang. Kedua politisi itu melewati pemungutan suara final (kelima) yang mengeliminasi Menteri Lingkungan Michael Gove. Johnson keluar sebagai pemenang dengan 160 suara.

Para ahli menilai, siapa pun yang naik menuju kursi PM harus mampu menyelesaikan sengketa Brexit. Brexit merupakan krisis politik terbesar Inggris. Johnson, 55, yang pernah menjabat sebagai wali kota London selama delapan tahun, dianggap sebagai satu-satunya kandidat yang dapat menuntaskan isu tersebut.

Dengan kampanye yang terkenal pendukung keras Brexit, Johnson sebelumnya berhasil menyingkirkan Nigel Farage dan orang sosialis Jeremy Corbyn. Dia mendominasi pemungutan suara pada 13 Juni dengan 114 suara, pada 18 Juni dengan 126, pada 19 Juni dengan 143, dan pada 20 Juni dengan 160 suara.

Dengan kemenangan itu, pasar judi menyatakan peluang Johnson menjadi PM Inggris sebesar 92%, sedangkan Hunt hanya 7%. “Saya tidak sabar membawa Inggris keluar dari Uni Eropa, mempersatukan negeri ini, dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi kita semua (bangsa Inggris),” ujar Johnson.

Hunt yang sebelumnya dikenal sebagai penentang Brexit, saat ini mengubah haluan. Dia mengatakan akan menyelesaikan Brexit melalui kesepakatan dengan Uni Eropa, sama seperti yang dilakukan May. Kesepakatan seperti apa yang akan dirancang Hunt tidak diketahui. Namun, cara tersebut sudah terbukti gagal.

“Di dalam dunia politik, kejadian yang mengejutkan terkadang terjadi seperti sekarang ini,” ujar Hunt, dikutip Reuters. “Saya tidak ragu dengan tanggung jawab yang akan saya pikul di bahu saya, tidak hanya dalam mengatasi masalah Brexit, tapi juga peningkatan ekonomi dan nama baik Inggris di dunia,” katanya.

Pemungutan suara terakhir akan digelar di seluruh wilayah Inggris dengan jumlah pencoblos sekitar 160.000 orang, seluruhnya dari anggota Partai Konservatif. Momentum itu tidak hanya untuk menunjuk pemimpin baru Inggris, tapi juga ketua Partai Konservatif. Hasil resmi akan diumumkan pada 22 Juli nanti.

Johnson berjanji akan mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa pada 31 Oktober, baik dengan atau tanpa kesepakatan. Sebelumnya, Uni Eropa menyatakan tidak bersedia melakukan negosiasi ulang setelah kesepakatan dengan May ditolak Parlemen. Adapun Parlemen juga tidak mau keluar tanpa kesepakatan konkret.

Sejauh ini, Johnson tidak menerangkan bagaimana dia akan mengatasi masalah itu. PM Irlandia Leo Varadkar mengatakan bahwa Uni Eropa kehilangan kesabaran. PM Luksemburg, Xavier Bettel, juga mengatakan pendirian Uni Eropa tidak akan berubah. Kesepakatannya akan sama seperti yang ditegaskan kepada May.

Johnson merupakan orang Inggris yang terlahir di New York. Dia merupakan alumni Universitas Oxford dan memulai kariernya sebagai konsultan manajemen. Dia dipecat setelah bekerja selama sepekan. Kariernya di dunia jurnalistik di The Times, juga tidak cemerlang karena terbukti telah memalsukan kutipan.

Meski demikian, Johnson merupakan orator hebat. Pada 2016, dia mulai terkenal karena menjadi salah satu pendukung keras Brexit. Setelah May memenangi pemungutan suara, Johnson ditunjuk sebagai menteri luar negeri. Namun, dia keluar karena tidak puas dengan kebijakan May dalam menangani Brexit.

Sementara itu, Hunt merupakan putra seorang pejabat tinggi militer. Dia juga merupakan lulusan Universitas Oxford. Dengan pengalaman mengajar bahasa Inggris di Jepang, dia fasih menggunakan bahasa Jepang dan menikah seorang perempuan China. Dia merupakan penolak keputusan Brexit.

Namun, sejak May mundur, Hunt berjanji akan memimpin Inggris keluar dari Uni Eropa. Dia mengatakan lebih baik meninggalkan Eropa tanpa kesepakatan dibanding Brexit gagal total. Kendati demikian, dia lebih memilih keluar via kesepakatan. Maklum, Brexit tanpa kesepakatan akan menimbulkan masalah baru.(Muh Shamil)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0990 seconds (0.1#10.140)