Facebook-Amazon Dominasi Ekonomi Digital Amerika Serikat

Selasa, 18 Juni 2019 - 06:48 WIB
Facebook-Amazon Dominasi Ekonomi Digital Amerika Serikat
Facebook-Amazon Dominasi Ekonomi Digital Amerika Serikat
A A A
NEW YORK - Potensi bisnis dalam ekonomi digital sangat besar, yakni mencapai 6,9% dari produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) atau sebesar USD1,35 triliun (Rp19.358 triliun) pada 2017. Saat ini keuntungan tinggi tersebut sebagian besar masuk ke rekening Facebook, Google, dan Amazon.

Seperti dilansir Business Insider, berdasarkan data eMarketer, tiga perusahaan teknologi paling berharga di dunia itu masing-masing menguasai segmen pangsa pasar tertentu dalam ekonomi online di AS. Segmen itu terbagi ke dalam penjualan e-commerce, iklan digital, iklan media sosial, hingga iklan mobile.

Sekitar 37,7% e-commerce dikuasai Amazon. Adapun iklan digital dikuasai Google dengan 37,2%, disusul Facebook 22,1%, dan Amazon 8,8%. Iklan media sosial hampir sepenuhnya dikuasai Facebook, yakni mencapai 83,3%. Sementara iklan mobile dikuasai Google dengan 33%, Facebook 30,8%, dan Amazon 5,2%.

Google dan Amazon juga mendapatkan sumber pendapatan baru di tengah industri pertelevisian yang sedang tersendat. Hampir 27% pelanggan yang menonton video streaming di televisi dilakukan melalui Amazon, sedangkan melalui Google hampir 17%. Situs video mereka bahkan menguasai pasar hampir 100%.

Senator Elizabeth Warren berharap ekonomi digital di AS tidak dimonopoli. Perwakilan Warren, Saloni Sharma, memperingatkan perusahaan teknologi raksasa dapat merusak demokrasi dan membunuh generasi baru. “Dewasa ini perusahaan teknologi raksasa memiliki terlalu besar kekuasaan,” tandas Sharma.

Pejabat tinggi antimonopoli Kementerian Keadilan AS, Asisten Jaksa Umum Makan Delrahim juga mengatakan akan menyelidiki perusahaan teknologi raksasa jika mereka telah melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Ciri-cirinya ialah kolusi antarperusahaan, peraturan eksklusif, dan akuisisi pesaing baru.

“Berbicara mengenai penegakan regulasi antimonopoli dalam ekonomi digital, isu utama yang harus kita selesaikan adalah apakah perusahaan tumbuh akibat inovasi, kualitas, dan harga atau akibat beberapa transaksi dan praktik bisnis yang tidak seimbang dan tidak kompetitif,” ucap Delrahim, dilansir CNBC.

Kementerian Keadilan dan Komisi Perdagangan Federal akan menekan kerja sama. Perusahaan teknologi diyakini dapat melewati garis merah antimonopoli tanpa diketahui jika saling berkoordinasi dalam menentukan harga atau menguasai pasar. Mereka juga dituduh berkolusi dalam menentukan gaji karyawan.

Selain itu, perusahaan teknologi juga berkolaborasi dengan perusahaan lain dalam menentukan kesepakatan eksklusif sehingga kompetitor atau pemasok kesulitan membentuk kesepakatan serupa. Microsoft juga pernah tersandung kasus kesepakatan eksklusif pemasangan perangkat Internet Explorer dengan firma komputer.

Taktik lain yang digunakan perusahaan teknologi ialah melakukan merger atau akuisisi dengan tujuan memblokade kompetitor potensial dan merusak kompetisi. Menurut Delrahim, dalam kasus tertentu, akuisisi dapat memberikan keuntungan. Namun, dalam kasus yang lain akuisisi dapat menghambat inovasi.

“Akuisisi bukan tidak mungkin dapat merusak kompetisi di dalam ekonomi digital jika ditujukan untuk monopoli dengan mengurangi pilihan produk dan inovasi,” kata Delrahim. Google juga didenda Uni Eropa senilai USD5 miliar setelah pabrik smartphone yang menggunakan Android diminta untuk memasang Chrome.

Berdasarkan data Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis April silam, ekonomi digital menyumbangkan 6,9% terhadap PDB AS atau sebesar USD1,35 triliun (Rp19.358 triliun) pada 2017. Meski besar, ekonomi digital masih berada di bawah industri lain; profesional, ilmu pengetahuan, dan teknik yang mencapai 7,4%.

Ekonomi digital telah membuka 5,1 juta lapangan pekerjaan pada 2017 atau 3,3% dari total pekerjaan di AS yang mencapai 152,1 juta pekerjaan. Angkanya sama dengan industri transportasi dan warehouse. Karyawan di ekonomi digital rata-rata menerima upah USD132,223 atau di atas rata-rata ekonomi AS (USD68).

Direktur Pusat Solusi Perkotaan dan Penelitian Terapan di Persatuan Kota Nasional Brooks Rainwater mengatakan, ekonomi digital telah mengubah hampir setiap kota di AS. “Ekonomi digital akan menjadi kekuatan besar. Para pembuat kebijakan juga mulai membangun lebih dalam ekosistem internet,” kata Rainwater.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4263 seconds (0.1#10.140)