Revolusi Penerbangan Jarak Jauh, New York-Shanghai 39 Menit
A
A
A
NEW YORK - Industri penerbangan diperkirakan bakal mengalami revolusi besar. Teknologi yang kian canggih memungkinkan waktu tempuh dengan transportasi udara kian cepat. Kabar baik ini disampaikan perusahaan perbankan UBS dalam laporan terbarunya yang menyatakan potensi pasar industri penerbangan akan semakin besar di masa mendatang.
Ini berkat revolusi di industri aviasi di mana terdapat sejumlah perusahaan yang menyiapkan layanan penerbangan supercepat melalui jalur luar angkasa. Dalam laporannya, UBS menyatakan perjalanan dengan kecepatan tinggi melalui jalur luar angkasa memungkinkan tiga perusahaan yakni Virgin Galactic, SpaceX, dan Blue Origin berhasil membuktikannya. Prospek bisnisnya cerah.
Nilai pasar transportasi supercepat itu dapat mencapai hingga USD20 miliar dalam satu tahun. Perbankan yang berkantor pusat di Swiss itu bahkan berani memprediksi, dengan teknologi yang ada, perjalanan dari Kota New York, Amerika Serikat (AS), menuju Shanghai, China, dapat ditempuh hanya dalam 39 menit melalui jalur orbit rendah.
“Transportasi luar angkasa masih berada pada fase awal. Dengan kemajuan teknologi dan jatuhnya biaya pengeluaran akibat kompetisi, penerbangan via luar angkasa akan menjadi sesuatu yang biasa,” kata Jarrod Castle dari UBS, dikutip CNBC. ”Hal itu akan menjadi batu loncatan bagi penerbangan jarak jauh di bumi,” ujarnya.
Penggunaan teknologi pesawat luar angkasa dalam sistem transportasi udara akan menjadi terobosan baru dan membuka persaingan dengan maskapai penerbangan yang menyediakan perjalanan jarak jauh. Menurut UBS, bisnis itu lebih menjanjikan dibanding pariwisata luar angkasa yang hanya memiliki pasar USD3 miliar.
UBS mengestimasikan, industri luar angkasa yang kini sekitar USD400 miliar akan meningkat dua kali lipat menjadi USD805 miliar pada 2030 jika inovasi itu diterapkan dalam bisnis penerbangan antar-negara. Castle mengatakan rute penerbangan melalui luar angkasa juga lebih realistis, baik secara bisnis atau ekonomi.
Perusahaan luar angkasa dunia seperti Virgin Galactic, SpaceX, dan Blue Origin telah menerima investasi selangit dalam melancarkan program pariwisata luar angkasa. Virgin Galactic sedikitnya mendapatkan dana dari Aabar Investment Group senilai USD380 juta dan dari Pemerintah New Mexico senilai USD200 juta.
Investasi agresif tersebut akan mendorong pengembangan pesawat luar angkasa secara lebih luas dan cepat. Sejauh ini, Virgin Galactic, SpaceX, dan Blue Origin tidak memberikan komentar terkait rencana penerbangan udara menggunakan pesawat luar angkasa. Namun, hal itu patut menjadi alternatif sektor bisnis.
Saat ini, penerbangan jarak jauh masih menggunakan pesawat dengan rata-rata daya tempuh sekitar 10 jam. Tempo perjalanan itu dapat dipangkas hingga di bawah satu jam jika menggunakan roket pesawat luar angkasa. SpaceX bahkan mengatakan pesawat miliknya mampu mengelilingi bumi dalam hitungan menit.
Selain itu, kapasitas pesawat luar angkasa SpaceX mampu menampung hingga 100 orang. Pesawat itu mampu menembus langit New York menuju Shanghai dalam waktu 39 menit. Bandingkan dengan penerbangan menggunakan pesawat yang bisa mencapai 15 jam lebih, belum termasuk transit di negara lain.
UBS mengestimasikan jumlah penumpang penerbangan jarak jauh mencapai 150 juta orang per tahun. Perjalanan itu mencapai 527.000 penerbangan dengan jumlah rata-rata 309 kursi. Jika 5% perjalanan itu diambilalih pesawat luar angkasa dengan tarif USD2.500, peluang pendapatannya sekitar USD20 miliar per tahun.
“Kapasitas pesawat luar angkasa saat ini baru 100 kursi. Tapi, kami yakin frekuensi perjalanan luar angkasa akan meningkat,” ungkap UBS. “Meski sebagian orang berpikir penggunaan jalur luar angkasa sebagai alternatif penerbangan jarak jauh kurang memungkinkan, kami kira pasarnya besar,” ungkap UBS.
Potensi Pariwisata
Sampai sekarang, pariwisata luar angkasa berhasil dilakukan Space Adventures. Dalam dua dekade terakhir, perusahaan tersebut mengirimkan tujuh turis dengan menggunakan roket pabrikan Rusia, Soyuz. Dengan tarif USD20 juta per orang, mereka tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional selama sepekan.
Kini, jumlah perusahaan luar angkasa terus berjamur. Mereka menawarkan perjalanan pariwisata menuju orbit rendah bumi. Virgin Galactic dan Blue Origin merupakan dua perusahaan yang hampir sukses merealisasikan proyek itu. Menurut UBS, sektor ini menjadi pasar paling potensial yang bergerak pesat.
Pada bulan lalu, Virgin Galactic mengirimkan penumpang pertama Beth Moses sebagai bagian dari uji coba penerbangan menuju luar angkasa. Pesawat Virgin Galactic hanya memuat enam penumpang dan dua pilot. Jumlah penumpang yang masuk dalam daftar antrean pariwisata Virgin Galactic mendapai 600 orang.
Harga tiket Virgin Galactic sekitar USD250.000 per orang. UBS meyakini model bisnis yang diusung Virgin Galactic, baik sebagai perusahaan pariwisata luar angkasa ataupun produsen pesawat ulang alik, menunjukkan adanya pertumbuhan bisnis penerbangan. Mereka diperkirakan menciptakan sejarah baru.
Blue Origin juga mendekati sukses dalam program pariwisata luar angkasa. Perusahaan yang didirikan CEO Amazon Jeff Bezos itu melancarkan program bisnisnya dengan merancang sistem roket New Shepard. Blue Origins, begitu juga dengan Virgin Galactic, menggunakan pesawat yang dapat digunakan ulang.
Elon Musk melalui SpaceX juga merancang pesawat luar angkasa untuk para turis yang ingin berwisata ke bulan. Salah satu penumpang yang sudah mem-booking perjalanan itu ialah miliarder asal Jepang, Yusaku Maezawa. Dia direncanakan tebrang menuju satelit alami itu bersama tujuh orang lainnya pada 2023.
Ini berkat revolusi di industri aviasi di mana terdapat sejumlah perusahaan yang menyiapkan layanan penerbangan supercepat melalui jalur luar angkasa. Dalam laporannya, UBS menyatakan perjalanan dengan kecepatan tinggi melalui jalur luar angkasa memungkinkan tiga perusahaan yakni Virgin Galactic, SpaceX, dan Blue Origin berhasil membuktikannya. Prospek bisnisnya cerah.
Nilai pasar transportasi supercepat itu dapat mencapai hingga USD20 miliar dalam satu tahun. Perbankan yang berkantor pusat di Swiss itu bahkan berani memprediksi, dengan teknologi yang ada, perjalanan dari Kota New York, Amerika Serikat (AS), menuju Shanghai, China, dapat ditempuh hanya dalam 39 menit melalui jalur orbit rendah.
“Transportasi luar angkasa masih berada pada fase awal. Dengan kemajuan teknologi dan jatuhnya biaya pengeluaran akibat kompetisi, penerbangan via luar angkasa akan menjadi sesuatu yang biasa,” kata Jarrod Castle dari UBS, dikutip CNBC. ”Hal itu akan menjadi batu loncatan bagi penerbangan jarak jauh di bumi,” ujarnya.
Penggunaan teknologi pesawat luar angkasa dalam sistem transportasi udara akan menjadi terobosan baru dan membuka persaingan dengan maskapai penerbangan yang menyediakan perjalanan jarak jauh. Menurut UBS, bisnis itu lebih menjanjikan dibanding pariwisata luar angkasa yang hanya memiliki pasar USD3 miliar.
UBS mengestimasikan, industri luar angkasa yang kini sekitar USD400 miliar akan meningkat dua kali lipat menjadi USD805 miliar pada 2030 jika inovasi itu diterapkan dalam bisnis penerbangan antar-negara. Castle mengatakan rute penerbangan melalui luar angkasa juga lebih realistis, baik secara bisnis atau ekonomi.
Perusahaan luar angkasa dunia seperti Virgin Galactic, SpaceX, dan Blue Origin telah menerima investasi selangit dalam melancarkan program pariwisata luar angkasa. Virgin Galactic sedikitnya mendapatkan dana dari Aabar Investment Group senilai USD380 juta dan dari Pemerintah New Mexico senilai USD200 juta.
Investasi agresif tersebut akan mendorong pengembangan pesawat luar angkasa secara lebih luas dan cepat. Sejauh ini, Virgin Galactic, SpaceX, dan Blue Origin tidak memberikan komentar terkait rencana penerbangan udara menggunakan pesawat luar angkasa. Namun, hal itu patut menjadi alternatif sektor bisnis.
Saat ini, penerbangan jarak jauh masih menggunakan pesawat dengan rata-rata daya tempuh sekitar 10 jam. Tempo perjalanan itu dapat dipangkas hingga di bawah satu jam jika menggunakan roket pesawat luar angkasa. SpaceX bahkan mengatakan pesawat miliknya mampu mengelilingi bumi dalam hitungan menit.
Selain itu, kapasitas pesawat luar angkasa SpaceX mampu menampung hingga 100 orang. Pesawat itu mampu menembus langit New York menuju Shanghai dalam waktu 39 menit. Bandingkan dengan penerbangan menggunakan pesawat yang bisa mencapai 15 jam lebih, belum termasuk transit di negara lain.
UBS mengestimasikan jumlah penumpang penerbangan jarak jauh mencapai 150 juta orang per tahun. Perjalanan itu mencapai 527.000 penerbangan dengan jumlah rata-rata 309 kursi. Jika 5% perjalanan itu diambilalih pesawat luar angkasa dengan tarif USD2.500, peluang pendapatannya sekitar USD20 miliar per tahun.
“Kapasitas pesawat luar angkasa saat ini baru 100 kursi. Tapi, kami yakin frekuensi perjalanan luar angkasa akan meningkat,” ungkap UBS. “Meski sebagian orang berpikir penggunaan jalur luar angkasa sebagai alternatif penerbangan jarak jauh kurang memungkinkan, kami kira pasarnya besar,” ungkap UBS.
Potensi Pariwisata
Sampai sekarang, pariwisata luar angkasa berhasil dilakukan Space Adventures. Dalam dua dekade terakhir, perusahaan tersebut mengirimkan tujuh turis dengan menggunakan roket pabrikan Rusia, Soyuz. Dengan tarif USD20 juta per orang, mereka tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional selama sepekan.
Kini, jumlah perusahaan luar angkasa terus berjamur. Mereka menawarkan perjalanan pariwisata menuju orbit rendah bumi. Virgin Galactic dan Blue Origin merupakan dua perusahaan yang hampir sukses merealisasikan proyek itu. Menurut UBS, sektor ini menjadi pasar paling potensial yang bergerak pesat.
Pada bulan lalu, Virgin Galactic mengirimkan penumpang pertama Beth Moses sebagai bagian dari uji coba penerbangan menuju luar angkasa. Pesawat Virgin Galactic hanya memuat enam penumpang dan dua pilot. Jumlah penumpang yang masuk dalam daftar antrean pariwisata Virgin Galactic mendapai 600 orang.
Harga tiket Virgin Galactic sekitar USD250.000 per orang. UBS meyakini model bisnis yang diusung Virgin Galactic, baik sebagai perusahaan pariwisata luar angkasa ataupun produsen pesawat ulang alik, menunjukkan adanya pertumbuhan bisnis penerbangan. Mereka diperkirakan menciptakan sejarah baru.
Blue Origin juga mendekati sukses dalam program pariwisata luar angkasa. Perusahaan yang didirikan CEO Amazon Jeff Bezos itu melancarkan program bisnisnya dengan merancang sistem roket New Shepard. Blue Origins, begitu juga dengan Virgin Galactic, menggunakan pesawat yang dapat digunakan ulang.
Elon Musk melalui SpaceX juga merancang pesawat luar angkasa untuk para turis yang ingin berwisata ke bulan. Salah satu penumpang yang sudah mem-booking perjalanan itu ialah miliarder asal Jepang, Yusaku Maezawa. Dia direncanakan tebrang menuju satelit alami itu bersama tujuh orang lainnya pada 2023.
(don)