Redam Ketegangan, Iran Siap Berdialog dengan Negara-negara Teluk
A
A
A
KUWAIT CITY - Iran menyatakan siap menciptakan mekanisme dialog dengan negara-negara Teluk Persia guna mengurangi ketegangan. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Iran Seyed Abbas Araqchi.
Araqchi saat ini sedang dalam kunjungan resmi ke Kuwait. Ia akan menyampaikan pesan dari Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif kepada diplomat top Kuwait Sheikh Sabah al Khalid al Sabah.
"Dialog dengan negara-negara regional adalah dasar bagi kebijakan luar negeri Iran dan atas dasar ini Iran siap untuk menciptakan mekanisme regional untuk memulai dialog dan kerja sama yang konstruktif dengan negara-negara ini," kata Araqchi, seperti dikutip Sputnik dari kantor berita Fars, Selasa (28/5/2019).
Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa kebijakan Amerika Serikat (AS) menimbulkan ancaman bagi keamanan regional.
Pada hari Minggu, Araqchi memulai perjalanan ke negara-negara Teluk Persia, termasuk Oman, Kuwait dan Qatar, dalam upaya untuk mengurangi ketegangan di wilayah tersebut.
Ketegangan AS-Iran berkobar tahun lalu ketika AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 dengan Iran dan mulai menerapkan kembali sanksi terhadap republik Islam itu. Pada 8 Mei 2019, Iran mengumumkan keputusannya untuk menghentikan sebagian kewajibannya berdasarkan perjanjian nuklir.
AS dalam beberapa pekan terakhir meningkatkan pasukannya di Timur Tengah dalam apa yang Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton sebut sebagai pesan yang jelas dan tidak salah untuk Iran. Pengerahan militer AS di kawasan itu termasuk kelompok tempur kapal induk, rudal Patriot, pembom B-52 dan pesawat tempur F-15, menurut Pentagon.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa Iran tidak bermaksud untuk berperang dengan Amerika Serikat, tetapi akan terus menentang Washington. Penjabat Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan telah membuat pernyataan serupa, mengatakan Amerika Serikat tidak menginginkan perang melawan Iran.
Araqchi saat ini sedang dalam kunjungan resmi ke Kuwait. Ia akan menyampaikan pesan dari Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif kepada diplomat top Kuwait Sheikh Sabah al Khalid al Sabah.
"Dialog dengan negara-negara regional adalah dasar bagi kebijakan luar negeri Iran dan atas dasar ini Iran siap untuk menciptakan mekanisme regional untuk memulai dialog dan kerja sama yang konstruktif dengan negara-negara ini," kata Araqchi, seperti dikutip Sputnik dari kantor berita Fars, Selasa (28/5/2019).
Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa kebijakan Amerika Serikat (AS) menimbulkan ancaman bagi keamanan regional.
Pada hari Minggu, Araqchi memulai perjalanan ke negara-negara Teluk Persia, termasuk Oman, Kuwait dan Qatar, dalam upaya untuk mengurangi ketegangan di wilayah tersebut.
Ketegangan AS-Iran berkobar tahun lalu ketika AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 dengan Iran dan mulai menerapkan kembali sanksi terhadap republik Islam itu. Pada 8 Mei 2019, Iran mengumumkan keputusannya untuk menghentikan sebagian kewajibannya berdasarkan perjanjian nuklir.
AS dalam beberapa pekan terakhir meningkatkan pasukannya di Timur Tengah dalam apa yang Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton sebut sebagai pesan yang jelas dan tidak salah untuk Iran. Pengerahan militer AS di kawasan itu termasuk kelompok tempur kapal induk, rudal Patriot, pembom B-52 dan pesawat tempur F-15, menurut Pentagon.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa Iran tidak bermaksud untuk berperang dengan Amerika Serikat, tetapi akan terus menentang Washington. Penjabat Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan telah membuat pernyataan serupa, mengatakan Amerika Serikat tidak menginginkan perang melawan Iran.
(ian)